Dalam strategi sepak bola, dikenal istilah karakter menyerang dan bertahan. Setiap tim punya gaya sendiri dalam bermain bola, kalau tidak menyerang ya diserang. Tim boleh berbeda-beda karakter, namun tujuannya sama yaitu mencetak gol, menang dan juara.
Bertahan merupakan salah satu pilihan dalam sepak bola. Pilihan satu lagi ya menyerang. Banyak tim yang menggunakan strategi bertahan, dan banyak kok yang berhasil juara dengan gaya ini. Di Italia seni bertahan dalam sepakbola disebut “Catenaccio” yang berarti kunci. Di Inggris dikenal dengan “Parkir Bus”. Di Indonesia banyak yang menyebut “Gerendel” yang artinya kunci slot dari logam yang bisa diputar, digeser tapi tidak dicelup.
Istilah parkir bus sendiri dipopulerkan oleh Jose Mourinho ketika bertanggung jawab melatih Chelsea pada tahun 2004-2007. Strategi itu kembali digunakan Mourinho di Chelsea, Inter Milan, Real Madrid, Manchester United, Tottenham Hotspur, dan AS Roma.
Salah satu negara yang menerapkan gaya bertahan dalam sepakbola adalah Italia, yang merupakan salah satu raksasa sepakbola dunia. Dengan 4 kali gelar juara dunia yaitu ditahun 1934, 1938, 1982, dan tahun 2006. Dan juga dua gelar juara di piala eropa yaitu tahun 1968 dan 2020.
Rentetan gelar dari Italia tersebut membuktikan bahwa seni bertahan atau strategi parkir bus dalam sepakbola bukan merupakan hal yang memalukan, tetapi suatu seni dalam sepak bola yang bisa membuahkan prestasi.
Berikut penjelasan secara gamblang mengenai strategi parkir bus dalam sepak bola.
1. Strategi parkir bus menerapkan teknik pertahanan berlapis
Strategi parkir bus merupakan teknik bertahan dalam sepak bola dengan menumpuk pemain di lini tengah sampai belakang. Penyerang pun harus mau turun ke belakang untuk membantu pertahanan. Ibarat parkir bus, pemain belakang dan tengah disuruh rapat mengisi lahan parkir yang disediakan. Jangan sampai ada sedan yang boleh ikutan parkir disitu.
Seluruh area pertahanan dipastikan terkunci sehingga semua serangan lawan bisa digagalkan. Ada satu pemain belakang yang ditugaskan sebagai sweeper, yang tugasnya sebagai tukang sapu bersih bola untuk diberikan kepada pemain tengah. Jika seorang sweeper sering gagal dalam menjalankan tugas sebagai tukang sapu, dengan ikhlas dia harus rela diganti oleh pemain cadangan yang sedang parkir di pinggir lapangan.
Dalam seni bertahan, dibutuhkan pemain cerdas berkualitas, dan lulus uji emisi untuk dapat memainkan peran sweeper. Barisan pertahanan yang parkir di depan sweeper pun mesti memiliki kemampuan bertahan dan berduel dengan dengan baik. Posisi sweeper tidak selalu berada paling belakang atau di antara barisan pertahanan dan kiper. Sweeper bisa berada sejajar dengan barisan pertahanan, juga bisa berada di depan barisan pertahanan. Dalam hal ini, butuh kejelian sweeper untuk parkir di tempat yang strategis.
Jika sweeper sudah berhasil mendapat bola dari musuh, tugas selanjutnya adalah buru-buru memberikan bola ke pemain yang parkir di lini tengah. Pemain tengah yang mendapat bola dari sweeper memberikan kepada pemain yang parkir di depan. Polanya kemudian berubah menjadi counter attack atau mbalik menyerang lawan dengan cepat. Pemain depan langsung mengganti transmisi ke nomor tujuh untuk mengejar bola dan berusaha mencetak gol.
Seni parkir bus dalam sepak bola biasanya menggunakan zona marking, lawan diberikan kesempatan untuk memainkan bola sampai ke dalam lingkup sepertiga pertahanan. Jika bola sudah masuk area sepertiga area pertahanan, akan ada pressure yang tinggi untuk berusaha merebut bola. Namun jika ada pemain musuh yang kecil, mungil, dan tengil seperti Messi, ada satu orang pemain yang ditugasi untuk ngintilin terus.
Baca Juga:
2. Strategi parkir bus mengandalkan serangan balik dan keberuntungan
Serangan balik menjadi senjata utama dalam strategi parkir bus. Kunci utama dalam serangan balik adalah mempunyai gelandang dan penyerang yang mempunyai kecepatan untuk berlari cepat. Bola tidak perlu berlama-lama ditahan, dan harus cepat dikirim ke tengah atau ke depan untuk membunuh lawan dengan satu atau dua sentuhan.
Melawan tim yang dengan naluri menyerang yang tinggi, membutuhkan kesabaran dan kejelian dalam merebut bola. Seni bertahan membiarkan dan memberikan kesempatan lawan untuk membangun serangan dari kaki ke kaki. Selain itu dibutuhkan juga penyerang yang pintar membaca pergerakan pemain belakang lawan agar tidak sering terperangkap dalam jebakan offside.
Tidak jarang juga bola secara buru-buru ditendang dari kiper langsung ke jantung pertahanan lawan, untuk kemudian dikejar dan dieksekusi pemain depan. Hal ini dilakukan jika posisi pemain lawan sudah masuk semua ke dalam area sendiri. Kiper yang berhasil menangkap bola dengan jeli langsung menendang bola ke arah gawang lawan.
Baca Juga:
3. Tim yang menerapkan strategi parkir bus, tidak pernah menang dalam penguasaan bola
Sepanjang pertandingan, tim dengan menggunakan strategi parkir bus menjadi seperti bulan-bulanan tim lawan. Lawan dengan leluasa mengolah bola dan membangun serangan dari semua sisi lapangan.
Memang tim yang memainkan strategi parkir bus seperti Italia terlihat membosankan dan tidak menarik. Kalah menarik dibandingkan dengan melihat suporter wanita yang menonton di stadion. “Lawan boleh menguasai bola sepanjang pertandingan, namun hasil akhirlah yang menentukan” itulah prinsip dalam gaya Catenaccio.
Hasil akhir memang tidak ditentukan dari penguasaan bola dan permainan cantik, namun dilihat dari skor akhir pertandingan. Tidak seperti tim yang bernaluri menyerang yang tinggi, tim yang menerapkan strategi parkir bus jarang menang dengan selisih gol yang besar.
Namun, jika kita lihat lebih dalam, terdapat keindahan tersendiri dari cara bermain sepak bola bertahan. Strategi parkir bus dalam sepak bola adalah suatu seni. Seperti alunan karya Mozart yang yang dimainkan oleh musisi dunia, bergerak berirama mengikuti gerak tongkat sang konduktor. Menghasilkan alunan musik yang enak didengar di malam hari sambil menikmati kopi hitam yang kental.
Baca Juga: 5 Pesepakbola Berdarah Palestina Yang Berkarir di Eropa