Science

Inovasi Produk Berbasis Ekstrak Daun Ketepeng Cina Sebagai Gel Antipruritik

Indonesia yang terdiri dari jajaran pulau mulai dari Sabang sampai Merauke menyimpan sejuta kekayaan alam. Kekayaan alam ini telah lama dimanfaatkan dan diolah untuk kesejahteraan rakyat, beberapa belum tergali dan dimanfaatkan secara maksimal. Tak heran jika kekayaan alam ini mempesona bangsa lain bahkan hingga terjadi perebutan disana-sini. Salah satu kekayaan alam Indonesia yang patut disyukuri adalah senyawa aktif bahan alam yang tersebar di dalam aneka tanaman. Senyawa aktif ini diaplikasikan di dalam berbagai sediaan, baik yang berfungsi sebagai pengobatan, menjaga stamina maupun untuk kecantikan.

Jumlah penduduk Indonesia mencapai 261 juta jiwa pada tahun 2017. Jumlah penduduk yang sangat padat ini menempatkan Indonesia pada peringkat keempat di dunia. Kondisi geografis Indonesia berupa kepulauan yang terpisahkan oleh selat dan laut. Jumlah penduduk dan kondisi geografis ini menjadi salah satu penyebab kurang tercapainya distribusi layanan kesehatan di seluruh wilayah Indonesia. Pelayanan kesehatan yang belum merata mengakibatkan peran yang sangat signifikan dari pengobatan tradisional.

Pengobatan tradisional yang merupakan nilai kearifan lokal suatu daerah tertentu telah terbukti berhasil dalam menyembuhkan beberapa penyakit. Beberapa masyarakat masih melestarikan budaya leluhur ini, diantaranya seperti suku Baduy, suku Wawonii, masyarakat Papua, dan masyarakat di sekitar hutan Tengale. Sayangnya, metode pengobatan yang menggunakan obat tradisional ini belum terdaftar dalam Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Lantas, apakah obat tradisional yang terkandung dalam kekayaan alam Indonesia ini dibiarkan begitu saja tanpa adanya upaya untuk memberdayakan dan mengkomersilkan? 

Penulis mencoba untuk memberikan gagasan dalam pengembangan sediaan gel antipruritik berbasis nilai kearifan lokal masyarakat Desa Kedung Peluk.

Potensi Nilai Kearifan Lokal untuk Kemandirian Kesehatan Nasional

Daun Ketepeng Cina (Casia Alata L.) (dok.pribadi/faififannum)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) bertujuan untuk mewujudkan kemandirian di segala sektor kehidupan, salah satunya adalah bidang kesehatan. Indonesia mentargetkan pada tahun 2020 telah mencapai kemandirian kesehatan nasional. Salah satu sasaran pada RPJP di bidang kesehatan adalah pada sediaan farmasi dan alat kesehatan. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan minuman adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya yang berkaitan untuk menjamin keamanan, kemanfaatan, mutu sediaan farmasi, ketersediaan dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial. Yang dimaksud sediaan farmasi meliputi obat, obat tradisional, bahan obat, dan kosmetika. Ketersediaan farmasi sangat memiliki peran penting dalam pelayanan kesehatan. Salah satu hak asasi manusia adalah akses masyarakat terhadap obat, utamanya obat esensial. 

Terdapat ketimpangan dalam hal persebaran jumlah terkait sarana produksi dan distribusi di Indonesia. Mayoritas sarana produksi maupun distribusi berlokasi di Pulau Sumatera dan Jawa, sebesar 93,67% sarana produksi dan 77,40% sarana distribusi. Ketersediaan ini meliputi sumber daya yang terkandung dan kebutuhan pada wilayah setempat. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kebijakan untuk mengembangkan jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian di wilayah Indonesia lainnya, sehingga terjadi pemerataan jumlah sarana tersebut di seluruh Indonesia. Nilai kearifan lokal pengobatan suatu masyarakat di seluruh wilayah Indonesia menjadi suatu potensi yang dapat dikembangkan untuk mendukung tercapainya RPJP dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2025. 

Sediaan farmasi (obat) yang selama ini digunakan secara turun menurun dalam suatu masyarakat, mengandung sejuta bahan aktif obat yang berbasis kekayaan alam Indonesia. Suku Baduy mengenal Pulai (Atonia scholaris) dan Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) untuk pengobatan malaria. Masyarakat Kalimantan mengenal pasak bumi (Eurycoma longifolia) untuk meningkatkan aktivitas seksual pria, bidara laut (Strychnos ignatii) yang digunakan sebagai tonikum dan menghilangkan rasa lelah. Masyarakat Papua memanfaatkan rumput Keybar untuk meningkatkan kesuburan wanita, akwai (Drymis anthon) untuk peningkatan seksual pria, dan watu (Piper methysticom) sebagai penenang. 

Gel Antipruritik ‘CASTA‘ dengan Bahan Aktif Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Casia Alata L.)

Gel Antipruritik “CASTA” (dok.pribadi/faififannum)

Ketepeng cina yang memiliki nama latin Casia Alata L. Adalah tanaman perdu yang mudah tumbuh. Tanaman ini memiliki daun yang berbentuk lonjong sampai bulat telur sungsang. Bunga ketepeng cina adalah bunga majemuk yang tersusun dalam tandan bertangkai panjang dan tegak. Bunga ini terletak di ujung-ujung cabangnya dan memiliki mahkota yang berwarna kuning terang. Buah ketepeng cina berupa polong-polongan yang gepeng panjang dan berwarna hitam.

Pada umumnya masyarakat menggunakan tanaman ini sebagai obat tradisional, diantaranya sebagai anti parasif, laktan, antihelminth, kudis, influenza, bronkitis dan malaria. Kandungan senyawa kimia yang terkandung dalam daun ketepeng cina adalah flavonoid, saponin, tanin, alkaloid dan senyawa antrakuinon (vein aloe-emodina, rein aloe-emodina-diantron, aloe emodina dan asam krisofanat (dihidroksimetilantrakuinon).

Masyarakat di Desa Kedung Peluk, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo biasa menggunakan daun ketepeng cina sebagai pengobatan penyakit gatal-gatal (alergi). Masyarakat setempat menyebut daun ini dengan nama “Madat”. Teknis pengobatan tradisional ini sudah dilakukan secara turun temurun. Pengobatan ini telah menjadi nilai kearifan lokal di Desa Kedung Peluk. Masyarakat Desa Kedung Peluk menggunakan cara yang sangat sederhana dalam pengobatan gatal-gatal, yaitu dengan cara menghaluskan daun ketepeng cina hingga lumat. Daun yang telah lumat yang mengandung ekstrak daun, ditempelkan pada bagian-bagian tubuh yang gatal. Hasil yang diperoleh selama ini bahwa daun ketepeng cina berkhasiat dalam penyembuhan penyakit gatal-gatal. Sudah selayaknya apabila nilai kearifan lokal ini dikembangkan dan dikomersilkan untuk kepentingan kesehatan masyarakat sehingga tujuan kemandirian kesehatan nasional bisa terwujud.

Penulis mencoba menginovasi produk yang berbasis ekstrak daun ketepeng cina sebagai Gel Antipruritik. Gel Antipruritik adalah suatu sediaan gel yang berfungsi untuk mengurangi atau menyembuhkan sakit gatal-gatal akibat jamur atau bakteri. Tujuan inovasi produk ini adalah untuk meningkatkan nilai guna dari daun ketepeng cina, menciptakan nilai jual serta melestarikan nilai kearifan lokal masyarakat Desa Kedung Peluk. Harapannya dengan adanya produk ini maka akan memberikan kontribusi produk baru dalam dunia farmasi serta untuk mewujudkan tujuan pembangunan jangka panjang dalam bidang kesehatan.

Basis gel yang digunakan adalah Sodium Carboxy Methyl Cellulose (Na-CMC). Bahan aktif yang digunakan adalah ektrak daun ketepeng cina sebesar 5%, yang diperoleh melalui ekstraksi penyari etanol 97% dengan teknik maserasi. Basis gel lebih dipilih dibanding basis cream karena gel bersifat hidrofil sehingga apabila diaplikasikan pada kulit yang gatal-gatal maka akan terasa lebih nyaman dan tidak menimbulkan kesan lengket. Bahan aditif dicampurkan ke dalam sediaan untuk melindungi dari oksidasi, yaitu Natrium EDTA. Selain itu, ditambahkan juga gliserin sebagai senyawa yang humektan.

Produk gel antiprurytik ini diberi nama “CASTA”. Sediaan farmasi secara modern ini tentunya akan meningkatkan nilai jual yang berorientasi ekspor. “CASTA” bisa memberikan kontribusi dalam mewujudkan Indonesia sehat 2025 sesuai dengan tujuan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP).

Referensi:

  • Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Kebijakan Obat Tradisional Nasional Tahun 2007.
  • Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025.
  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. 
  • Linda, Riza, dkk. 2011. Aktivitas Ekstrak Daun Ketepeng Cina (Cassia Alata Linn.) Terhadap Pertumbuhan Jamur Cercospora personatum. Jurnal Biopropal Industri Volume 1 : 02, Nomor 01, Juni: 1-7.

Baca Juga: 5 Hal Tentang Pengetahuan dan Riset yang Bisa Dilakukan di Kebun Raya Bogor

 

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

One Comment

  1. I may need your help. I tried many ways but couldn’t solve it, but after reading your article, I think you have a way to help me. I’m looking forward for your reply. Thanks.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button