PuisiSastra

SERAPUH PUALAM RETAK

Jangan sentuh lagi

Atau aku akan makin hancur berkeping

Tak bisa lagi disatukan

Dan tak lagi indah dipandang

Jangan singgung lagi

Semua sudah koyak tak tersisa

Tak ada lagi celah tuk bangkit

Tak ada harapan tuk menjalani hari dengan baik

Siapa yang harus bertanggung jawab

Ketika hati serapuh pualam telah retak

Karena benturan dan hantaman bertubi-tubi

Lagi dan lagi dari berbagai sisi

Awal mula sebuah goresan biasa

Pada sekeping hati sehalus pualam

Tak begitu dirasa meski sedikit ngilu

Hingga guncangan kedua dan seterusnya

Menambah retakan demi retakan tiada terkira

Pedih dan cukup menyakitkan

Sesekali berontak walau tidak mempan

Kembali sakit di permukaan pualam

Meninggalkan noda hitam

Wahai hati yang sedang rapuh

Mengapa mudah hancur bagai embun pagi

Sekali sentuh takkan bisa utuh lagi

Juga seperti jaring laba-laba terbentang

Yang mudah meluruh dalam sekali hentakan

Bukankah di malam-malam panjangmu

Selalu sujud bersimpuh memasrahkan diri

Berjanji untuk menguatkan hati

Tak peduli apa yang terjadi

Berusaha tegar menghadapi segala cobaan

Bukankah engkau telah mengerti

Beginilah dunia yang terkadang keji

Mana kawan mana lawan tak berarti lagi

Cukup diri sendiri yang menahan segala rintangan

Menjaga jiwa yang sedang rentan

Wahai hati yang dirundung lara

Tak cukupkan janji dari Sang Maha Pemberi

Yang kan menguji hingga batas kemampuan diri

Mengapa engkau ragu

Hanya karena rasa lelah yang mendera

Wahai hati yang berhak bahagia

Yang kau butuh hanyalah doa bukan airmata

Menggantungkan asa pada Sang Maha Pencipta

Mensyukuri segala kenikmatan tiada tara

Tidak hanya duka nestapa belaka

Meskipun kini engkau merasa rapuh

Bagai telur di ujung tanduk

Teguhkan diri tuk terus berjuang

Menggapai ketenangan hidup di dunia fana

Demi kedamaian hidup di akhirat yang kekal abadi

Berjuang tuk bahagia tanpa meratapi luka

Dan hanya berdiam diri menatap retak demi retak

Menjalar perlahan memenuhi permukaan pualam

Tanpa bisa berbuat apa

Bangkitlah wahai hati

Siapa lagi yang kan peduli

Jika bukan diri sendiri

 

Baca Juga: Syair Elegi dan Asmaraloka

 

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button