PuisiSastra

Menyapa Gerimis Bulan April

Gerimis Senja Kala

Rupa senja berkabut
Bersama gerimis rindu yang turut bertaut
Halaman terakhir telah habis kututup
Dan kisah di dalamnya lebur
Lalu hancur

Malam-malam simpul menyeringai
Menderma sesak usai rintiknya mencederai
Seolah-olah lantang berkabar
Bahwa ia telah memilih jalan takdirnya sendiri

Sedang aku masih menapaki sisa-sisa trauma
Atas segala luka dan kejamnya praduga
Memasung jiwa dalam perenungan
Lantas keluar dengan tawa paling ceria
Namun cacat di pikiran

***

Omong Tiga Kosong

Telah kutenggelamkan segala omong kosongmu
Pada genangan air hujan kemarin sore
Hingga menjelang malam pekat tiba
Tak tersisa sedikit pun kata-kata rayu
Dan aku tak lagi peduli barang sedetik
Sedang embun-embun yang masih merayap itu
Adalah sisa-sisa kekecewaan semalam
Tangisan menjelma rupa telaga
Sepasang janji kehilangan tuan rumahnya
Lantas benar inikah tujuanmu?
Omong kosong
Dan benar saja
Itulah senyatanya tiga kali omong kosong

***

Ketidakwarasan

Inilah musim dingin yang tak waras
Di dasar jurang pegunungan bermunculan tunas-tunas
Tumbuh subur dari hari ke hari
Seperti padang pasir kehilangan gersangnya
Musim panas telah lenyap beberapa waktu lalu

Kini hanyalah sisa kelembapan
Memenuhi tiap sudut tulang dedaunan
Dan tunas itu masih terus tumbuh
Bahkan jika padang pasir harus kembali gersang
Masih ada telaga air matamu
Untuk memekarkan kuncup bunga yang sempat layu
Di dasar jurang pegunungan yang gemar menunggu

***

Diari Hujan

Sudah kurasakan jatuh berjuta kali
Menembus dinding atmosfer
Menghantam muka bumi
Mengalir dan meresap di sela-sela tanah

Dan bukankah aku akan kembali lagi esok?
Mengulang siklus yang sama
Namun aku masih terlalu takut
Saat bumi acuh
Mungkinkah ia sudi menerima?
Sedang dari tempat tertinggi itu aku terbuang

***

Petrikor

Aku berada di keheningan musim hujan
Mengumpulkan awan-awan yang menepi sendirian
Susah payah kurayu mentari
Agar tak terlalu berterik diri
Menderma sinar ultraviolet
Aku ingin merasakan keheningan itu
Oleh karena melodi rinainya yang menawan
Mendekap setiap aroma dingin menua
Mengecup petrikor lenyap di udara

***

Baca Juga: Enigma

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button