7 Mutiara Hikmah dari Soeharto, Mantan Presiden Republik Indonesia
Soeharto pernah memimpin negara Indonesia selama 32 tahun dan menjadi presiden Republik Indonesia paling lama. Kekuasaan yang diperoleh setelah ada peristiwa kudeta tahun 1965, membuat sang jendral memerintah hingga demonstrasi besar tahun 1998.
Mantan penguasa ini dikenal sebagai Bapak Pembangunan dan lebih lagi sebagai the smiling general. Mengingat kekuasaannya yang stabil membuat banyak orang di Indonesia mendambakan pemerintahan yang kokoh dan tidak banyak kejadian negatif berlangsung. Bahkan masyarakat mengekspresikan keinginan kehidupan zaman Soeharto memerintah muncul di bak belakang truk dengan sindiran. Piye, Le. Isih penak zamanku to? Bagaimana, Nak. Masih enak zamanku kan?
Mengenang perbuatan dari Soeharto, penulis menemukan beberapa ungkapan dan ucapan sebagai kata mutiara penuh hikmah. Setelah melakukan pembacaan literatur, penulis mencatat 7 mutiara hikmah yang bisa dijadikan bahan merenung dan mawas diri agar menjadi pribadi yang lebih baik dan beribadah kepada Tuhan. Berikut 7 mutiara hikmah dari Soeharto.
1. Perbuatan baik dan buruk selalu mengikuti kita
Perbuatan buruk dan baik itu mengikutimu dan menunjukkan jalan sampai ajal. Oleh karena itu, selagi maaih hidup, jalankan perbuatan yang baik agar memperoleh sarana atau memperoleh tempat di surga.
Kita mengetahui bahwa hidup di dunia ini dilingkupi perbuatan baik dan buruk. Di mana ada kebaikan, si sanalah keburukan akan menyertainya. Tidak peduli betapa baiknya kita, hal-hal buruk mendampingi. Baik dan buruknya perbuatan kita lakukan di dunia ini akan menyertai hingga ajal menjemput. Mengikuti kita hingga kematian. Tidak peduli seberapa hebat kita. Tidak peduli berkuasanya kita. Perbuatan baik dan buruk seolah bergandengan tangan.
Karena hal itulah Soeharto berpesan bagi kita semua bahwa selagi masih hidup lakukanlah perbuatan baik agar mendapatkan sarana atau memperoleh surga dari Tuhan.
Marilah berbuat baik dalam hidup ini agar tidak menyesal nanti setelah meninggal dunia. Perbuatan baik akan mendapatkan balasan surga, sementara hal buruk mendapatkan neraka. Perbuatan baik dikenang kebaikannya dan perbuatan tercela dikenang keburukannya. Lakukanlah hal baik dalam hidup ini sebelum ajal menjemput.
Baca Juga:
2. Berani melakukan kebaikan
Berani melakukan suatu kebaikan lebih baik daripada sekadar menguasai dalil-dalilnya.
Berbuat baiklah, jangan hanya mengerti teori tentang kebaikan. Umpama anak kecil yang belajar naik sepeda. Diajari cara mengendarai sepeda tapi tidak pernah memegang sepeda, sama saja bohong. Belajar berenang tidak pernah mencebur ke air, sama saja bohong jika hanya membaca buku tentang cara berenang. Belajar menulis di bekelsego, hanya membaca syarat dan ketentuan menulis, tanpa pernah menuliskan satu kalimat pun, itu hanya omong kosong.
Sama seperti berbuat baik. Jangan hanya tahu teori dan dalil tentang berbuat baik tapi tidak pernah melaksanakan. Lebih baik tahu sedikit dalil dan teori kebaikan tetapi langsung mempraktikannya daripada tahu banyak tanpa praktik. Marilah berbuat kebaikan dalam hidup ini.
3. Penguasa jangan kejam dan sewenang-wenang
Penguasa yang enak hidupnya hanya karena banyak harta di badannya, kelak matinya tidak akan terhormat. Oleh karena itu, jangan kejam dan sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
Menjadi penguasa atau pemimpin banyak diharapkan sebagaian besar orang. Mereka berharap menjadi bupati, walikota, dan gubernur. Mereka berlomba mendapatkan kekuasaan dengan harapan hidup enak karena memiliki harta yang melimpah. Memiliki kuasa untuk memerintah bahkan keluarga yang tidak berkuasa saja sok menjadi penguasa. Lihat saja, para pemimpin yang istri/ suami dan anak sok berkuasa, mereka mencoba mendapatkan harta dengan segala cara. Akibatnya matinya tidak terhormat.
Namun, mereka tidak terlalu peduli. Korupsi dan gratifikasi dianggap biasa. Mereka memperkaya diri dan tidak memperhatikan rakyat. Lihat saja bagaimana mereka dikritik dan responnya. Mereka akan merespon dengan menggunakan kekuasaan. Mereka juga sewenang-wenang. TIdak memperhatikan jalan dan fasilitas umum. Berpikirlah bahwa ketika mati tidak terhormat, maka.berlakulah yang baik. Jangan kejam dan sewenang-wenang pada rakyat.
4. Banyak berkarya
Banyak berkarya, tanpa menuntut balas jasa, untuk menyelamatkan kesejahteraan manusia.
Hidup di dunia harus banyak berkarya. Beribadah dan berbuat baik bagi sesama. Ketika berkarya bagi bangsa, masyarakat dan negara, janganlah menuntut balas jasa. Janganlah menuntut balas jasa dari pemerintah. Ikhlas saja berkarya untuk menyelamatkan kesejahteraan manusia. Semoga dengan ikhlas, menjadi amal ibadah kita.
5. Perubahan itu kehendak Tuhan
Perubahan keadaan itu kehendak Tuhan. Tiada kesaktian yang menyamai kepastian Tuhan, karena tiada yang dapat menggagalkan kepastian Tuhan.
Hidup selalu berubah. Perubahan selalu ada. Entah berubah menjadi lebih baik atau lebih buruk. Baik perubahan diinginkan atau tidak, semua pasti terjadi. Sebab perubahan itu kehendak Tuhan. Tidak ada yang bisa menolak perubahan. Perubahan itu pasti terjadi.
Misalnya, hari ini mendung dan seolah hujan siap turun. Namun, jika Tuhan tidak berkehendak hujan turun di daerah tersebut, hujan pun akan bergeser ke daerah lain. Manusia tidak bisa mengalihkan dan menolak hujan walau memiliki kesaktian yang unggul.
Tiada kesaktian yang menyamai kepastian Tuhan karena tiada yang dapat menggagalkan kepastian Tuhan. Untuk itulah berserah diri dan berdamai dengan kepastian Tuhan. Hidup akan damai dan tenteram.
6. Sikap pasrah kepada Tuhan
Sikap pasrah kepada Tuhan bukan berarti tidak mau bekerja, melainkan percaya bahwa Tuhan itu Maha Kuasa. Berhasil tidaknya apa yang kita lakukan merupakan otoritas Tuhan.
Hidup dijalani dengan bekerja keras. Kita harus pasrah pada kuasa Tuhan. Bersikap pasrah kepada Tuhan bukan berarti tidak mau bekerja. Tidak mau berusaha. Kita tetap harus bekerja keras, sementara hasilnya kita pasrahkan kepada Tuhan. Ketika kita pasrah berarti kita percaya bahwa Tuhan itu Maha Kuasa. Berhasil tidaknya usaha yang kita lakukan itu kekuasaan atau otoritas Tuhan.
Manusia wajib berusaha, Tuhanlah yang menentukan segalanya. Contoh, kita sudah berusaha menulis untuk bekelsego, masalah terbit dan tidaknya kita pasrah.
Baca Juga:
7. Tidak ada yang membenarkan korupsi
Di dunia ini tidak ada yang membenarkan korupsi. Tidak ada. Dalam pengertian yang sebenarnya, tidak akan ada yang membenarkan korupsi itu.
Korupsi termasuk perbuatan tercela. Perbuatan yang tidak baik dan tidak ada yang membenarkan di dunia ini. Namun, ternyata banyak orang-orang yang berkuasa melakukan korupsi.
Entah korupsi waktu, uang atau barang. Apalagi mereka memiliki kekuasaan. Mereka menerima gratifikasi. Jika bukan dirinya, istri/ suami bahkan anak dan menantu juga menerima gratifikasi. Mereka melakukan penumpukan kekayaan dengan memanfaatkan jabatan.
Karena tidak ada yang membenarkan korupsi dan korupsi termasuk perbuatan dosa dan tercela, maka kita harus menghindari. Jangan pernah melakukan tindak korupsi sebab menjadikan kita hina di dunia dan akhirat.
Demikian 7 mutiara hikmah dari Soeharto, mantan presiden Republik Indonesia. Semoga membawa pencerahan dan perenungan bagi kita. Salam literasi.
Baca Juga: Mengintip Mobil Pejabat RI di Masa Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.