6 Kata Mutiara dari Abraham Lincoln, Sebuah Pelajaran dari Presiden AS ke 16
Abraham Lincoln, tokoh anti perbudakan dari Amerika Serikat yang juga pernah menjadi presiden negerinya Donald Trump. Abraham Lincoln tanggal 12 Februari 1809 di wilayah Kentucky AS dan meninggal tanggal 15 April 1865 di Washington DC saat masih menjabat presiden periode kedua akibat dibunuh.
Abraham Lincoln menjadi presiden AS ke-16, sejak 4 Maret 1861. Sebagai presiden AS yang sedang menghadapi masalah dalam negeri yaitu peperangan akibat perbedaan pendapat tentang perbudakan, Abraham Lincoln sangat menentang perbudakan. Perbedaan pendapat itu menjadikan perang saudara di Amerika Serikat antara wilayah utara dan selatan.
Bagi lawan politiknya, ia tidak disukai karena menentang perbudakan dan bagi kawan politiknya ia juga dibenci karena dinilai lambat dalam menghapus perbudakan.
Baca Juga:
Perjuangan Abraham Lincoln menjadikan ia dihormati dan dianggap presiden AS paling hebat sepanjang sejarah negara tersebut. Sebagai pemimpin hebat, beliau menyampaikan beberapa ucapan yang mungkin dulu hanya kata-kata biasa, kini menjadi kata-kata mutiara penggunggah semangat generasi sekarang.
Apa saja kata mutiara yang pernah diucapkan oleh Abaraham Lincoln, berikut penulis merangkum berbagai sumber dan menemukan 6 kata mutiara dari beliau yang sangat berarti.
1. Tidak Mudah Memarahi Seseorang
“Jangan memarahi seseorang karena keadaan yang semacam itu, sebab kita pun akan berbuat sama seperti apa yang ia perbuat.”
Jangan pernah mudah marah pada orang lain. Jangan mudah tersinggung akibat perbuatan orang lain. Kemungkinan ketika kita menghadapi masalah yang sama kita juga akan berbuat sama dengan yang dilakukan mereka.
Contoh saja. Seorang mencuri makanan karena tidak punya uang dan dalam kondisi lapar. Memang hal tersebut salah yaitu mencuri atau mengambil barang yang bukan miliknya. Namun, kita juga tidak perlu langsung memarahi, menghakimi mereka tanpa ampun. Jelas mencuri memang perbuatan tercela, tapi janganlah langsung kita memarahinya. Mungkin saat kita ada dalam posisi mereka, kita juga melakukan hak yang sama.
Atau saat anak kita berkelahi dengan saudaranya. Janganlah langsung kita memarahinya. Kita nasehati saja anak kita tersebut. Sebab ketika kita masih kanak-kanak kalau kita mau jujur dan mengingat kembali, kita pasti sering melakukan hal yang sama. Berkelahi dengan saudara kita. Jadi, tepatlah jika kita jangan memarahi seseorang karena suatu hal, bisa jadi kita juga akan berbuat sama jika kita memiliki keadaan yang sama dengan orang tersebut.
Baca Juga:
2. Kematian pasti datang
“Kita akan mati kalau saatnya tiba. Aku ingin tentang diriku dikatakan oleh mereka yang paling mengenalku bahwa aku senantiasa mencabut tanaman duri dan menanam bunga.”
Abraham Lincoln yakin akan kematian pasti datang. Sebab manusia pasti akan meninggalkan dunia ini. Tidak akan ada yang abadi. Jika waktunya tiba, sang malakul maut pasti datang menjemput. Entah dalam keadaan beribadah, melakukan hal negatif berbuat kebajikan dan menolong orang lain. Kita tidak tahu kapan waktunya. Yang jelas semua perlu dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Jangan sampai saat malaikat pencabut nyawa datang, malah berbuat hal yang negatif.
Kita harus berusaha berbuat baik agar saat ajal datang kita tetap dalam keadaan baik. Sehingga yang dikenal pun hal-hal baik saja. Contoh saja. Orang yang meninggal saat beribadah akan dikenang dengan ibadahnya. Lain halnya jika meninggal dalam keadaan mabuk, selamanya dikenal seperti itu. Oleh karena itu, Abraham Lincoln ingin dikenang senantiasa mencabut tanaman duri dan menanam bunga.
Maksudnya, Lincoln ingin dikenang bahwa ia senantiasa mencabut tanaman duri. Maksud tanaman duri ialah perbuatan yang tidak bak atau perbuatan jahat. Mencabut duri berarti tidak berbuat kerusakan atau menghilangkan masalah. Selalu menanam bunga maksudnya selalu berbuat baik untuk sesama termasuk anak, istri dan tetangga.
3. Percaya pada diri sendiri
“Keuntungan itu tidak bergantung pada bantuan orang lain saja, tetapi lebih-lebih pada kepercayaan atas diri sendiri.”
Coba kita renungkan kata-kata tersebut. Kita tidak boleh hanya bergantung pada orang lain. Kita harus memiliki kepercayaan akan kemampuan kita. Memiliki kepercayaan pada diri sendiri. Misalnya saja, kita belajar naik sepeda.
Kita tidak hanya bergantung pada pegangan sepeda oleh orang tua kita atau yang mengajari kita. Kita juga harus percaya diri mengayuh pedal sepeda. Coba kalau sepeda kita terus dipegangi, kapan kita bisa bersepeda sendiri? Jatuh, ya. Tapi dengan kepercayaan pada kemampuan sendiri, menjadikan kita kuat dan menjadi mandiri.
4. Hubungan harmonis dengan orang lain
“Tidak ada orang yang dapat mengatur orang lain dengan baik tanpa persetujuan orang yang bersangkutan.”
Hubungan harmonis dengan orang lain menjadikan komunikasi berjalan lancar. Misalnya antara sesama anggota keluarga. Seorang suami mengatur istrinya agar berlaku baik, menjaga rumah dan mengurus segala keperluan. Jika tanpa persetujuan pihak istri maka hak tersebut tidak akan terjadi.
Sama saat orang tua mengatur anak-anaknya. Jika anak-anak tidak menyetujuinya, maka hal yang diharapkan orang tua juga tidak tercapai.
Jadi, sebenarnya seorang bisa mengatur orang lain jika ada persetujuan yang bersangkutan. Jika tidak ada persetujuan yang terjadi adalah pertengkaran dan permusuhan.
5. Rasa tanggung jawab ada pada diri sendiri
“Rasa tanggung jawab untuk terus maju ada dalam diri kita semua. Tugas untuk berjuang sekuat tenaga adalah tugas kita semua. Aku merasakan panggilan untuk tugas itu.”
Hidup terus saja berjalan. Tanggung jawab ada dalam diri setiap orang. Apakah ingin maju atau stagnan? Jika ingin maju yang harus berjuang sekuat tenaga. Sebab berjuang adalah tugas semua orang.
Coba saja kalau kita tidak bertanggung jawab untuk memajukan diri kita sendiri? Kita pasti akan ketinggalan dengan orang lain. Misal, kita tidak mau belajar. Kita pasti akan ketinggalan pelajaran dan pengetahuan. Jika itu terjadi berarti kita tidak bertanggung jawab dan kita akan mengalami kemunduran.
Baca Juga:
6. Melakukan kewajiban tanpa meminta upah
“Saya tidak dapat menerima upah karena saya melakukan kewajiban saya.”
Abraham Lincoln merasa, jika beliau melakukan suatu kewajiban, ia tidak bisa menerima upah. Upah diberikan saat kita melakukan pekerjaan dan bukan kewajiban. Contoh kita anak-anak kita sendiri itu sebuah kewajiban. Kita tidak bisa menerima upah karena kita melakukan kewajiban merawat anak kita, mendidiknya, menyekolahkannya. Ini kewajiban sebagai orang tua. Lain kalu kita bekerja maka kita bisa mengambil upah.
Demikian, 6 kata-kata mutiara dari tokoh Amerika Serikat, Abraham Lincoln. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: 8 Kata Mutiara dari RA Kartini Yang Menggugah Semangat Kaum Wanita
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.