14 Tradisi Unik di Indonesia Saat Hari Raya Iduladha, Sakral dan Penuh Makna!

Hari Raya Iduladha, atau yang sering disebut Hari Raya Kurban, merupakan salah satu hari besar umat Islam yang diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Serempak di seluruh dunia, Hari Raya Iduladha selalu identik dengan penyembelihan hewan kurban sebagai wujud ketakwaan kepada Allah SWT dan juga berbagi kepada sesama.
Namun di Indonesia, Hari Raya Iduladha tidak hanya sebatas itu. Keberagaman budaya dan adat istiadat yang kaya melahirkan berbagai tradisi unik yang menambah semarak hari raya ini. Tradisi-tradisi unik ini menjadi cerminan eratnya nilai-nilai keagamaan dengan kearifan lokal yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Seperti semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu, berikut beberapa tradisi unik saat Hari Raya Iduladha di berbagai wilayah Indonesia.
1. Gamelan Sekaten Surakarta
Surakarta yang berada di Jawa Tengah, memiliki tradisi Iduladha dengan nama Gamelan Sekaten. Gamelan Sekaten adalah salah satu bentuk seni tradisional yang memainkan gamelan, seperangkat alat musik Jawa yang terbuat dari perunggu atau besi, dengan melodi yang kaya dan kompleks.
Tradisi unik di Indonesia ini sebenarnya lebih sering dikaitkan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw, namun dalam beberapa kesempatan juga dapat ditemukan pada perayaan Iduladha. Gamelan Sekaten dimainkan di keraton atau Istana Surakarta. Para pemain gamelan mengenakan pakaian tradisional Jawa, menciptakan suasana yang sakral dan penuh sisi kebudayaan.
Baca Juga:
2. Toron dan Nyalasi Madura
Ada yang menarik dengan tradisi Iduladha di Madura yang dirayakan dengan dua kegiatan utama, yaitu Toron dan Nyalasi. Toron sendiri merupakan tradisi mudik yang dilakukan oleh masyarakat Madura.
Pada hari-hari menjelang Iduladha, perantau Madura yang tinggal di luar pulau akan kembali ke kampung halaman mereka untuk merayakan hari besar bersama keluarga. Mudik ini adalah momen penting untuk berkumpul.
Setelah kembali ke kampung halaman, tradisi Nyalasi dilakukan. Nyalasi adalah prosesi penyembelihan hewan kurban yang diadakan di halaman rumah atau masjid. Daging kurban kemudian dimasak menjadi berbagai hidangan khas Madura, seperti sate kambing dan gulai kambing.
Daging yang sudah dimasak dinikmati bersama keluarga dan tetangga. Nyalasi juga mencerminkan rasa syukur dan kebersamaan, serta semangat berbagi dengan sesama. Tradisi unik di Indonesia ini memperlihatkan bagaimana Iduladha di Madura tidak hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai perayaan budaya yang penuh makna dan kehangatan.
3. Meugang Aceh
Tradisi unik Iduladha di berbagai wilayah Indonesia selanjutnya ada di Aceh, bernama Meugang. Meugang dilaksanakan sehari atau dua hari sebelum Iduladha, di mana masyarakat Aceh akan menyembelih hewan seperti sapi atau kambing untuk dimasak menjadi hidangan istimewa.
Daging tersebut biasanya dimasak menjadi berbagai masakan khas Aceh, seperti rendang, kari, dan dendeng. Meugang adalah waktu yang sangat dinanti-nanti karena menjadi kesempatan bagi keluarga untuk berkumpul dan menikmati makanan bersama-sama.
Selain itu, masyarakat juga membagikan daging kepada tetangga dan warga yang kurang mampu, Kegiatan ini biasanya diiringi dengan pasar meugang, yang mana para pedagang banyak menjual berbagai bahan masakan dan bumbu.
4. Grebek Besar Keraton Yogyakarta
Selanjutnya, ada tradisi Grebek Besar di Yogyakarta yang menjadi salah satu cara khas merayakan Iduladha. Grebek Besar merupakan upacara adat yang melibatkan arak-arakan gunungan, yaitu susunan hasil bumi yang berbentuk kerucut.
Gunungan dibuat dari sayuran, buah-buahan, dan makanan lainnya. Gunungan ini diarak dari Keraton Yogyakarta menuju Masjid Gede Kauman dengan diiringi oleh pasukan prajurit keraton. Upacara ini dimulai dengan prosesi doa dan dilanjutkan dengan pembagian hasil bumi kepada masyarakat.
Nah, masyarakat yang hadir akan berebut untuk mendapatkan bagian dari gunungan, yang diyakini membawa berkah dan keberuntungan. Tradisi ini mencerminkan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen dan melambangkan keberlimpahan serta kesejahteraan.
5. Apitan Semarang
Selain Yogyakarta, Semarang juga punya tradisi unik. Apitan Semarang merupakan salah satu tradisi Iduladha di berbagai wilayah Indonesia. Biasanya Apitan dilakukan sebelum perayaan Iduladha. Apitan adalah tradisi sedekah bumi yang diadakan oleh masyarakat untuk mengungkapkan rasa syukur atas hasil panen.
Tradisi ini biasanya diadakan pada bulan Dzulhijjah, bertepatan dengan waktu Iduladha. Kegiatan Apitan diisi dengan berbagai ritual adat, termasuk arak-arakan hasil bumi yang dihias indah, doa bersama, dan pembagian makanan kepada masyarakat. Masyarakat percaya bahwa tradisi ini akan membawa berkah dan menjaga keharmonisan antara manusia dan alam.
6. Manten Sapi Pasuruan
Di Pasuruan, Jawa Timur, ada tradisi unik saat Iduladha yang dikenal sebagai Manten Sapi. Tradisi ini merupakan bagian dari perayaan Iduladha yang melibatkan upacara adat “pernikahan” sapi sebagai simbol penghormatan dan rasa syukur.
Menariknya, acara ini memang sengaja masyarakat adakan untuk menghormati hewan kurban yang akan disembelih. Layaknya seperti sepasang pengantin, sapi-sapi ini juga akan dirias semenarik mungkin. Para sapi yang akan disembelih, dikalungi rangkaian bunga tujuh rupa agar terlihat layak seperti pengantin. Kemudian, tubuh para binatang yang akan disembelih ini ditutupi dengan sehelai kain putih.
Setelah itu, para sapi akan digiring menuju masjid dan diserahkan pada panitia kurban. Tak ketinggalan, ratusan ibu rumah tangga ikut serta dalam meramaikan barisan penduduk, dengan membawa peralatan rumah tangga dan bumbu-bumbu untuk persiapan saat menyembelih.
7. Mepe Kasur Banyuwangi
Ada yang unik di Banyuwangi, Jawa Timur ketika Iduladha, yaitu Mepe Kasur. Tradisi ini biasanya dilakukan sehari sebelum Iduladha.
Mepe Kasur secara harfiah berarti “menjemur kasur.” Pada hari tersebut, masyarakat Banyuwangi akan mengeluarkan kasur-kasur dari dalam rumah. Masyarakat Banyuwangi kemudian menjemurnya di halaman atau pekarangan.
Kasur-kasur ini biasanya berwarna merah dengan motif khas Banyuwangi.Mepe Kasur dilakukan sebagai simbol membersihkan diri dan lingkungan sebelum merayakan hari besar Iduladha. Kasur yang dijemur dipercaya akan terhindar dari kotoran dan kutu, melambangkan pembersihan dari segala dosa dan keburukan. Setelah kasur-kasur dijemur, biasanya diadakan doa bersama dan kegiatan bersih-bersih di lingkungan sekitar.
Tradisi Mepe Kasur menunjukkan betapa pentingnya kebersihan dan kesucian dalam menyambut hari raya, serta nilai gotong royong yang masih kuat di masyarakat Banyuwangi.
Baca Juga;
8. Accera Kalompoang Gowa
Tradisi Iduladha di berbagai wilayah Indonesia selanjutnya adalah Accera Kalompoang yang merupakan bagian dari perayaan Iduladha di Gowa, Sulawesi Selatan. Tradisi ini sudah dilakukan sejak lama.
Tradisi unik di Indonesia ini merupakan upacara adat yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa untuk membersihkan benda-benda pusaka kerajaan. Accera Kalompoang secara harfiah berarti “membersihkan pusaka”.
Selama upacara ini, berbagai benda pusaka kerajaan seperti kalompoang (mahkota), senjata tradisional, dan benda-benda bersejarah lainnya dibersihkan secara ritual di Balla Lompoa, yang merupakan rumah adat Kerajaan Gowa.
Prosesi ini dipimpin oleh para pemangku adat dan disaksikan oleh masyarakat serta keturunan kerajaan. Upacara Accera Kalompoang dimulai dengan pembacaan doa-doa dan mantera-mantera khusus untuk memohon keselamatan dan keberkahan.
Setelah itu, benda-benda pusaka tersebut dicuci dengan air suci yang dicampur dengan berbagai ramuan tradisional. Proses pembersihan ini dilakukan dengan penuh kehormatan dan khidmat, sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan peninggalan sejarah.
9. Ngejot Bali
Ngejot menjadi salah satu momen penting dalam budaya Bali, karena menjunjung nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, dan penghormatan terhadap tradisi dan leluhur yang sangat dijunjung tinggi.
Ngejot Bali sebenarnya tidak hanya dilakukan saat Iduladha saja, namun juga perayaan hari keagamaan lainnya seperti Idulfitri, Nyepi, Galungan dan sebagainya.Ngejot sendiri merupakan tradisi dengan saling berbagi hidangan khusus kepada tetangga.
Setelah hewan kurban disembelih, dagingnya kemudian diolah menjadi hidangan lezat, seperti sate, gulai, atau rendang. Kemudian, hidangan tersebut dibungkus dan dibawa ke rumah-rumah tetangga sebagai bentuk penghormatan dan berbagi kebahagiaan dalam perayaan Iduladha.
Tradisi Ngejot tidak hanya sekadar memberi makanan, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan antar tetangga dan meningkatkan rasa persaudaraan dalam masyarakat Bali.
10. Kaul Negeri dan Abda’u Maluku Tengah
Selanjutnya, ada tradisi Kaul Negeri dan Abda’u yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Tulehu, Maluku Tengah. Diketahui bahwa tradisi ini sudah ada sejak abad ke-17.
Masyarakat akan menyembelih satu kambing, sebagai inti acara sementara dua lainnya menjadi pendamping. Sebelum prosesi penyembelihan dimulai, ketiga kambing tersebut diarak keliling kampung untuk kemudian menuju Masjid Negeri Tulehu.
Saat berarak-arak, masyarakat tidak berhenti mengucapkan shalawat dan takbir. Setelah tiba di masjid, kambing kemudian disembelih oleh imam besar.
11. Tradisi Nganggung dari Bangka Belitung
Tradisi Nganggung merupakan tradisi yang dilakukan sebagai bentuk kekeluargaan yang kokoh dan menjadi ajang silaturahmi masyarakat setempat.
Nganggung ialah tradisi di mana masyarakat membawa makanan dari masing-masing rumah ke masjid, langgar, atau balai pertemuan untuk memperingati hari-hari besar agama Islam, salah satunya Idul Adha.
Tradisi unik di Indonesia ini terkadang disebut dengan Sepintu Sedulang yang maknanya setiap rumah (satu pintu) membawa satu dulang (sedulang), yaitu sebuah wadah yang digunakan untuk mengisi makanan dan kemudian ditutup dengan tudung saji. Dalam pelaksanaan tradisi ini, biasanya diisi dengan rangkaian acara seperti doa bersama dan ceramah agama.
12. Tradisi Hadrat dari Maluku Utara
Tradisi hadrat dilakukan oleh masyarakat Buton di Maluku Utara. Tradisi ini dijalankan pada sore Hari Raya Idul Adha menjelang penyembelihan hewan kurban.
Hadrat sendiri ialah kegiatan pawai hewan kurban keliling sebelum mengantarkannya ke masjid yang dilakukan masyarakat setempat mulai dari anak-anak hingga orang tua. Pawai dilakukan dengan iringan rebana serta selawat. Rombongan yang melakukan pawai, harus menggunakan kebaya atau baju adat.
13. Tradisi Maanta dari Jambi
Dilansir jurnal The Traditional Values of Maanta in Jambi, Tradisi Maanta merupakan tradisi saling mengirim makanan kepada keluarga maupun tetangga serta masjid yang dilakukan masyarakat Jambi di hari-hari besar seperti Idulfitri dan Iduladha.
Makanan yang dikirimkan dapat berupa nasi, opor, kari ayam, atau kue-kue. Namun, makanan yang dikirim ke masjid ialah hanya kue-kue dan kue basah, dan hanya dilakukan oleh anak laki-laki. Uniknya, makanan yang akan dikirim disusun menurun di dalam keranjang, dimulai dengan nasi dan diakhiri dengan kue.
Baca Juga:
14. Tradisi Nganteuran dari OKU Selatan
Hampir sama dengan Tradisi Nganggung dan Maanta, Nganteuran juga merupakan tradisi saling mengirim makanan yang dilakukan oleh masyarakat sunda yang ada di Desa Tanjung Baru Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan pada hari-hari besar seperti Idul Adha.
Masyarakat Desa Tanjung Baru biasanya memulai tradisi ini tujuh hari sampai satu hari sebelum hari raya tiba. Makanan yang diberikan menggunakan rantang berisi sajian-sajian khas lebaran seperti nasi, daging, hingga kue kering dan kue basah.
Itulah beberapa tradisi unik di Indonesia saat Hari Raya Iduladha. Banyaknya Tradisi unik di Indonesia ini mencerminkan kekayaan budaya negara ini. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Sumpah Pocong: Tradisi Sakral yang Memicu Kontroversi di Indonesia