Refleksi Umat Islam dalam Tragedi Kanjuruhan
innalillahi wainna ilaihi rojiun
Indonesia dan seisi dunia berduka atas tragedi Kanjuruhan yang telah menewaskan lebih dari 200 suporter secara sia-sia. Pemerintah sedang melakukan penyelidikan atas semua aspek tragedi tersebut. Banyak video amatir beredar di media sosial yang menunjukkan bahwa aparatlah yang paling patut disalahkan atas kematian yang tidak perlu ini.
Terlihat jelas kekerasan yang berlebihan aparat yang bersepatu lars, memakai tameng dan tongkat pemukul, baik TNI dan Polri menggunakan senjata api dan pelontar gas air mata yang tidak lain adalah senjata kimia yang pertama kali dipakai dalam perang dunia pertama satu abad yang silam. Namun dengan mudah dapat disimpulkan bahwa kesalahan prosedur aparat polisi menembakkan gas air mata ke tribun yang jadi penyebab jatuhnya korban jiwa. Sebab tribun adalah ruangan semi tertutup, konstruksinya menyulitkan penonton atau suporter melarikan diri dari pekatnya gas air mata, belum lagi pintu keluar stadion yang kecil penuh sesak orang yang mau keluar.
Satu hal yang patut kita renungi sebagai umat Islam adalah, apakah kematian saudara kita tersebut kematian yang sia-sia, atau kematian yang diridai Allah Subhanahu Wa Ta’ala? Allah Tabaroka Wa Ta’ala telah mengabarkan dalam Alquran bahwa tidaklah diciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada Allah. Dalam bacaan sholat khususnya di doa iftitah selepas takbiratul ihram, umat islam berikrar bahwa sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan mati semata-mata untuk Robb Tuhan sekalian alam.
Dalam surat Alfatihah yg merupakan rukun sholat, ada ayat yang diulang-ulang minimal 17x sehari semalam “iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” yang artinya hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami minta tolong”. Artinya penyembahan dan pengabdian itu benar-benar hanya untuk Allah Tabaroka Wa Ta’ala.
Berarti apapun yang kita buat di dunia ini tidaklah bebas semau kita sendiri, melainkan harus dalam kerangka ibadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun kenyataannya dalam kehidupan sekarang ini, sedikit sekali orang yang mau berpikir dalam kerangka hidup adalah beribadah. Ibadah dianggap hanya sebatas ritual semata seperti salat, puasa, zakat-infaq-sedekah, haji. Sehingga apabila telah melaksanakan satu, beberapa atau semuanya dianggap sudah beribadah.
Padahal agama Islam mengatur kehidupan manusia 24 jam sehari semalam, dari bangun tidur sampai tidur lagi. Jangankan buang air, potong kuku rambut saja diatur sesuai sunah. Islam juga mengatur urusan dalam bernegara, bermasyarakat, berjual beli, pendidikan, kesehatan, olahraga, rekreasi dan lain sebagainya. Olahraga yang disunahkan Rasulullah ﷺ adalah berkuda, memanah dan berenang. Olahraga bela diri pun juga termasuk fitrah. Bagaimana dengan olahraga sepakbola? Ulama sepakat bahwa sifatnya adalah mubah atau boleh dengan syarat tidak menimbulkan dosa dan permusuhan.
Konteks tulisan ini dengan tragedi Kanjuruhan adalah, ternyata sepakbola sudah menjadi ajang perbuatan dosa dan permusuhan. Di zaman orde baru dulu pernah ada SDSB yang sudah lama dihapuskan. Ini adalah semacam kegiatan judi yang legal. Walaupun begitu ternyata sulit menghapuskan judi bola, apalagi sekarang ada yang bersifat online.
“Sepak bola gajah” adalah salah satu ekses judi yang melibatkan klub sepakbola. “Perseteruan abadi” antar suporter juga salah satu ekses negatif sepakbola seperti antara Jakmania dengan Bobotoh, Aremania dengan Bajul ijo misalnya. Permusuhan ini telah banyak menimbulkan korban jiwa, dan tragedi kanjuruhan adalah rekor terbesar di dunia karena 219 orang lebih meninggal. Walaupun korban meninggal bukan karena perkelahian antar suporter melainkan akibat tindakan aparat yang nyata-nyata telah melanggar aturan FIFA yakni penggunaan gas air mata dalam stadion.
Yang sangat disayangkan adalah, pertandingan dijalankan di malam hari di mana bagi umat Islam itu adalah waktu untuk ibadah sholat magrib dan isya. Berapa banyak di antara penonton, panitia, aparat, dan semua yang terlibat pertandingan sepak bola tersebut dapat melaksanakan sholat magrib dan isya?
Apalagi jika betul-betul ikut sunah Nabi yakni di awal waktu dan berjamaah di masjid atau musala. Tragisnya lagi, bagaimana jika di antara para korban yang tewas ternyata tidak sempat melaksanakan salat minimal sholat magrib? Padahal akhir hayat seseorang sangat menentukan apakah dia husnul khotimah atau su’ul khotimah. Ulama katakan, bahwa manusia akan dimatikan sesuai dengan apa yang dia cintai atau sukai lakukan dalam kehidupannya. Dan saudara-saudara kita tersebut telah menemui ajalnya dengan tragis. Kita doakan semoga Allah mengampuni semua dosa dan kesalahan mereka semua.
Adapun bagi yang masih hidup, ini menjadi i’tibar atau pelajaran bagi kita semua. Bahwa janganlah sampai kita melalaikan sholat 5 waktu apalagi meninggalkannya. Salat adalah pembeda antara mukmin dan kekafiran. Salat adalah amalan pertama yang akan dihisab di akhirat. Salat adalah tiang agama. Salat adalah mi’rajul mukminin. Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Mintalah pertolongan dengan sabar dan sholat.
Sejuknya pandangan mataku adalah dalam sholat, kata Nabi Muhammad ﷺ. Jangan pula bagi yang punya kedudukan tinggi seperti panitia pelaksana dan regulator seperti pemerintah, PSSI, pemilik klub, stadion, aparat keamanan dan lain-lain kelak terseret masuk neraka karena menyebabkan umat lalai dari kewajiban salat 5 waktu. Di akhirat kelak setiap orang akan tuntut menuntut antara satu sama lain. Bahkan antara suami istri, anak dengan orang tua, sesama saudara kandung, karib kerabat, tetangga, teman dekat dan teman jauh, atasan dengan bawahan, antara rakyat dengan pemerintah.
Tantangan umat Islam ke depan adalah, bagaimana menjadikan olahraga sepakbola sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan justru sebaliknya. Bagaimana agar olahraga dan pertandingan sepakbola menjadi ladang pahala bagi pemain, panitia, penonton, dan semua pendukung kegiatannya. Bukan menjadi penyebab dosa, permusuhan, kerusuhan dan kerusakan. Semua terpulang kepada diri umat Islam, sebab 87% penduduk Indonesia adalah umat Islam, mereka yang terlibat sebagai mayoritas dalam setiap kegiatan pertandingan sepakbola dan apapun di republik Indonesia.
Baca Juga: 5 Kejuaraan Sepakbola Paling Populer di Dunia
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.