PuisiSastra

Orang Yang Sama

Biarkan Hanya Aku

Bisakah kau tahan aku selamanya?
Menikmati kebersamaan tanpa akhir
yang mengenaskan.
Mengecup pelan bibirmu tanpa enggan ku
lewatkan.

Bisakah kau biarkan aku menjadi penenang?
Merangkulmu saat risau datang,
menjadi rumah untukmu menepi
dari keramaian.

Tidak lupa perhatian-perhatian kecil:
membuatkanmu sarapan,
menemanimu di depan layar sampai
tengah malam.

Bisakah kau tahan aku selamanya?
Menikmati kebersamaan dengan akhir yang
membahagiakan.

****

Indahnya Realita

Ingin sekali aku mengutuk diriku sendiri,
menjadi angin yang bisa menyelinap ke kamarmu dengan
mudah tanpa tertahan pagar pintu.
Atau menjelma kucing peliharaan agar bisa mencuri dengar
keluh dan tangis yang tak pernah kau perlihatkan.

Sekalipun aku menulis puisi melankoli,
kau tanpa bosan menemaniku sepanjang hari.
Padahal aku sangat tahu seleramu,
bermain musik,
atau membaca berita-berita politik.
Bahkan saat pergi ke toko buku favoritku,
kau dengan mudah meluangkan waktu.

Jika saat ini aku sedang bermimpi,
akan ku pejamkan mataku lagi dan lagi.

Jika saat ini aku sedang berhalusinasi,
maka takkan lagi aku peduli.

****

Asing Kembali

Aku pernah terlalu berharap pada tumpukan buku diary
Merancang segala rencana indah tanpa memperdulikan peluang gundah
Aku pernah menulis namamu tanpa henti
Seolah berkata pada semesta bahwa kaulah yang pantas menemani

Hingga tiba di bulan Januari
Ternyata aku hanya berteman indurasmi
Membawa kue dan lilin kecil yang tadi sudah ku beli
Meniupnya sendiri

Sudah ku titipkan doa pada angin malam
Biar ia yang mengetuk jendela kamarmu dari luar
Menyampaikan salam juga perasaan yang lama terpendam

Entah apa jadinya nanti
Biarkan aku menepi dan seolah tidak peduli
Melihatmu bahagia tanpa memperlihatkan raut kecewa
Sungguh, aku tidak berniat menutupi
Tapi nyatanya,
Kita adalah kini yang menjadi asing kembali

****

Masihkah Aku Orangnya?

Kemarin aku melihat lukamu sudah mulai memulih
Bahkan kau berani membuka hati kembali
Menaruh bahagia kesekian kali
Pada sosok yang belum kau mengerti

Tapi anehnya,
Harapan muncul tiba-tiba
Aku ingin menjadi dulu yang kau cintai
Membenahi kesalahpahaman yang kita sesali

Masihkah ada ruang yang tersisa?
Setelah ribuan hari tak saling sapa

Masihkah kau izinkan aku untuk menikmatinya?
Tulus yang sempat ku sia-sia

Masihkah kau mau menerima?
Jika akulah satu-satunya

****

Duniamu, Bukan Untukku

Aku tidak pernah tahu apa yang sedang kau pikirkan.
Sampai batas waktuku habis dan aku masih
tidak tahu apa-apa.
Kau menutup semua ruang yang hendak ku tuju,
menguncinya rapat-rapat sampai tidak ada sekat.

Kau bagai racun yang ampuh menghipnotisku.
Membuatku buta,
melupakan nestapa yang mungkin tercipta.
Dengan mudah kuutarakan segalanya,
cerita yang kau anggap bualan belaka.

Di hadapan dua dunia yang berbeda.
Pada netra yang ku anggap lentera,
aku hanya terpanah sendirian,
tanpa genggaman yang coba menguatkan.

****

Baca Juga: CINTA KITA BERAKHIR DI SINI

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button