Mimpi dan Obsesi
Kulihat tubuh kecil itu bergerak
Seolah meminta belaian lembut
Tangan ini siap mengabulkannya
Dengan dukungan cinta dan kasih sayang
Momen ini sudah lama dinanti
Akhirnya terwujud setelah tiga tahun
Aku tampak bahagia dan lega
Namun tidak dengan sang pasangan
Seringkali sulit memahami situasi
Rasa bersalah pun kian menyelimuti
Terbesit dia yang mungkin menolak
Memiliki keturunan dalam waktu dekat
Durasi itu bahkan sangat lama
Terlebih aku yang kerap dicecar
Oleh ribuan pertanyaan sama
Hingga muak dan hanya bisa pasrah
Dia kemudian mengatakan sesuatu
Anak itu tak pernah ada
Segala yang kulakukan rupanya miris
Sebab terjebak mimpi dan obsesi
Baca Juga: Menjadi Asing Kembali
Arah Diri
Tajam tak hanya milik pisau
Mulut menjadi contoh lainnya
Jika dipakai menyalahi aturan
Bisa membuat orang lain terluka
Kalimat itu sering muncul tiba-tiba
Tepat di saat amarah menguasai diri
Entah mengapa kepala berhenti berpikir
Sampai rela menyakiti hati
Ada kalanya memilih diam lebih baik
Suasana bahkan tak semakin keruh
Meski emosi terus bergejolak
Jangan membawanya ke dalam api
Penting membuat diri mampu terarah
Pastikan sudah ada kedamaian di hati
Kurang mencaci pada keadaan yang tak selaras
Jika tidak ingin merasakan kehilangan
Baca Juga: Meratapi Senja
Sebut Dia Pantai
Langit membentang ditemani awan
Burung-burung tampak melepas penat
Nyanyiannya begitu syahdu didengar
Angin pun sampai ikut bergoyang
Air laut turut memperindah suasana
Dengan warna yang bahkan sepadan
Desiran ombak kian membuatku nyaman
Masalah hidup bahkan terlupa sejenak
Keindahannya seolah menjebakku
Untuk selalu singgah seumur hidup
Bayangkan menikmati masa tua di sana
Senyuman terukir di momen terakhir kita
Aku tidak pernah merasa sedamai ini
Sebelum akhirnya menemukanmu
Tempat indah dengan sebutan pantai
Teman terbaik saat lelah menghampiri
Baca Juga: Buffer Kehidupan
Makhluk Serupa
Beban ini terus berpijak di bahu
Tiap detik berharap segalanya berlalu
Belum lagi ada secercah rasa malu
Saat seseorang memintaku mengaku
Aku memang belum bisa setara
Apakah tiap orang harus bernasib sama?
Keberagaman jadi tak ada gunanya
Menghilang termakan kerasnya dunia
Sangat sulit menjadi anak pertama
Ekspektasi tinggi kerap menyiksa
Gagal sekali sakit diterima
Seperti tak boleh lelah dalam bekerja
Pernahkah mereka sedikit berpikir
Tentang kondisi tubuhku secara utuh
Terus berkata ingin merasa bahagia
Tanpa peduli apa aku bisa tersenyum
Ingat bahwa diriku makhluk serupa
Tak selalu bisa memenuhi keinginan
Terlebih dengan adanya paksaan
Masih ada di bumi pun sebuah kebanggaan
Baca Juga: INGIN WALAU
Babak Baru
Kalimat tajam kerap kuterima
Hingga dada sulit merasa lega
Seringkali tampak berpura-pura
Meski membuatnya kian semena-mena
Momen itu kujadikan alasan
Untuk menyendiri tanpa teman
Namun nyatanya tak bisa bertahan
Saat diri ini mulai merasa bosan
Kupikir selalu sendiri keputusan tepat
Sebab kita tak perlu menerima hujat
Sepi yang membuatnya buruk
Hidup pun semakin ikut terpuruk
Babak baru kembali dicoba
Aku yang bisa menghadapi fakta
Caci maki tak dipendam dalam hati
Cukup pahami bahwa itu tanda dengki
Pastikan pula tak semua orang sama
Cukup percaya dan jalani apa adanya
Terapkan semuanya secara nyata
Niscaya bahagia bisa terus menerpa
Baca Juga: MENGHARAP CINTA HADIR
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis. |