Kisah Perjalanan PT Sritex, Perusahaan Tekstil Terbesar di Asia Tenggara yang Pailit
PT Sritex merupakan pabrik tekstil yang berada di Sukoharjo, Jawa Tengah, dengan pendirinya bernama Le Djie Shin atau sering disebut Haji Muhamad Lukminto. Pada awalnya perusahaan ini hanya terdiri dari dua buah kios yang berada di Pasar Klewer, Solo.
Awal berkembangnya perusahaan ini ialah ketika memproduksi seragam militer NATO yang terus meningkat dan terbesar hingga ke 30 negara termasuk Belanda, Arab Saudi dan Jerman. Lalu, bagaimana perusahaan ini bisa mengalami pailit? Simak ulasannya di bawah.
1. Masa kejayaan PT Sritex
Pada tahun 1968, PT. Sri Rejeki Isman Tbk. (PT. Sritex) mampu memproduksi tekstil dengan kapasitas 600 hingga 700 meter pertahunnya. Lukminto pun melihat hal ini sebagai peluang untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih besar sehingga pada tahun 1978 Lukminto mengembangkan perusahaan nya menjadi sistem maklon.
Dari tahun ke tahun, PT. Sritex ini terusa berkembang dan mengembangkan sayapnya. Di tahun 1992 PT Sritex mampu mendirikan pabrik tenunnya sendiri dengan mengoperasikan 1.000 unit mesin dan di tahun yang sama pula PT Sritex mempunyai 4 pabrik usaha yang terdiri dari pemintalan, penenunan, pencetakan dan garmen. Semakin berjaya dan semakin sukses, PT Sritex semakin bisa dikenal oleh negara-negara lain dan akhirnya dipercaya untuk memproduksi seragam militer.
Baca Juga:
2. Berganti Kepemimpinan
Di tahun 1997, Sritex berganti kepemimpinan, PT Sritex diserahkan kepada anaknya Lukminto bernama Iwan Lukminto. Iwan pun terusa mengembangkan bisnis ayahnya ini, terbukti di tahun 1994 hingga 2004 saat masa krisis ekonomi di Indonesia, PT Sritex mampu bertahan dan justru semakin berkembang.
Pada tahun 2008, Iwan mengekspansi PT Sritex sebesar 50% dari kondisi semula. Iwan mengekspansi produk dan mengakuisisi perusahaan tekstil besar yang memegang pasar domestik yaitu PT Sari Warna Asli, PT Senang Kharisma Tekstil, dan PT Dasar Rukun. Hal ini dilakukan Iwan untuk mencapai tujuan dari PT Sritex sendiri yaitu menjadi perusahaan tekstil terbesar di dunia.
3. Meningkatkan kualitas produk
Selain itu, PT Sritex pun sudah meningkatkan kualitas produknya dengan memenuhi standar ISO 14000, ISO 9001 dan ISO 9002. Yang akhirnya dari hal ini membuat banyak negara semakin tertarik untuk bekerja sama dengan PT Sritex ini. Karena banyaknya negara yang tertarik dengan PT Sritex ini, saham PT Sritex mencapai 135 juta dollar Amerika.
4. PT Sritex mengalami penurunan saham hingga pailit
Namun, sayangnya pada tahun 2017 sampai 2019 saham PT Sritex mengalami penurunan. Yang akhirnya pun pada tahun 2021 mengakibatkan PT Sritex dan anak usaha lainnya digugat PKPU berdasarkan aduan yang disampaikan oleh para kreditur, hal ini dikarenakan PT Sritex mempunyai hutang sebesar 350 juta dollar Amerika. Di tahun yang sama, PT Sritex mengajukan proposal kesepakatan dengan kreditur kepada PKPU dan akhirnya pada tahun 2022 PT Sritex dan anak usahanya dapat keluar dari gugatan tersebut.
Di tahun 2024 kesepakatan damai tersebut dibatalkan oleh pihak kreditur karena pihak PT Sritex yang tidak bisa menepati janji membayar hutangnya sesuai dengan proposal yang diajukan. Hal ini juga diakibatkan oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan kurang berpartisipasi terhadap PT Sritex sehingga membuat PT Sritex pailit dan berada di ujung tanduk.
Baca Juga:
5. Dibantu Rekonstruksi Oleh Prabowo Subianto
Presiden saat ini Prabowo Subianto langsung memberikan arahan kepada para menterinya untuk segera membantu PT Sritex. Adapun kementerian yang diutus oleh Presiden Prabowo diantaranya Kementerian Perindustrian, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan dan Kementerian Ketenagakerjaan. Hal ini Prabowo lakukan agar PT Sritex bisa bertahan tanpa harus mengeluarkan para pekerjanya dan semua urusan perhutangannya diselesaikan.
Adapun kebijakan dari pemerintah diantaranya ialah berkoordinasi dengan BPJS ketenagakerjaan agar nantinya bila karyawan banyak yang di PHK dari PT Sritex, BPJS ketenagakerjaan akan memenuhi hak para karyawan dengan memberikan tunjangan jaminan kehilangan pekerjaan dan jaminan hari tua.
Kemudian Kementerian Perindustrian melakukan audensi dengan PT Sritex, PT Sritex sendiri yang akan mengusulkan teknis penyelematan apa yang tepat untuk menyelamatkan PT Sritex yang nantinya akan diusulkan dan pada akhirnya Kementerian Perindustrian dapat membantu PT Sritex tersebut. Selanjutnya kebijakan lainnya yaitu berupa diskusi dengan kurator terkait status kebangkrutan PT Sritex.
Nahh, itulah kisah dari perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara yang pailit dan hampir memecat seluruh karyawannya. Kita doakan bersama semoga PT Sritex yang sudah sejak lama berdiri ini bisa bertahan tanpa harus mem-PHK para karyawannya, dan semoga semua kebijakan yang telah pemerintah lakukan membuahkan hasil.
Baca Juga: Yuk! Kenalan dengan Program CSR dan Manfaatnya Bagi Perusahaan serta Masyarakat
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.