PuisiSastra

CERITA DI AKHIR BULAN SEPTEMBER

 

Memandang langit gelap gulita

Tiada cahaya bulan purnama

Tiada seberkas cahaya bulan sabit

Tiada sorot sinar rembulan malam

Tiada sinar terang walau sebuah noktah

Bintang-bintang pun tiada yang muncul

Memancarkan sinar kerlip di atas sana

Penanda arah timur barat selatan dan utara

Teringat kelamnya hidup di bumi nusantara

 

Malam ini

Kejadian kelam puluhan tahun yang lalu

Terus teringat tiada terlupakan selamanya

Abadi dalam hati menusuk jiwa-jiwa terluka

Kisah kekejaman sekelompok orang terhadap golongan lain

Bagai semut merah menyerang semut hitam

Membunuh sesama demi kekuasaan atas kerajaan semut

Kerajaan yang keropos dan hampir runtuh

Dalam sendi-sendi kehidupan yang dimakan rayap

Tiang-tiangnya pun ditarik kemana-mana

Sesuai arah mata angin sesuai arah politik warna

 

Malam ini

Cerita kejadian itu seolah hadir di pelupuk mata

Menunjukkan kejadian di sumur penuh buaya

Saat semut-semut merah membantai semut hijau

Menghilangkan jejak-jejaknya dengan menimbun

Menanam pohong pisang dalam sumur penuh buaya

Cerita awal pengubah sejarah dunia semut

Kudeta semut-semut merah pun gagal total

Dimusnahkan kerajaan semut merah oleh semut hijau

Dari dalam istana kerajaan

 

Malam ini

Aku duduk termenung memandang langit

Tiada cahaya di angkasa raya

Merenungkan kejadian perang semut di masa lalu

Semoga tiada lagi perang antarsemut

Dunia pun tenang

Damai selamanya

 

Mantingantengah, Jakenan, Pati, 30 September 2022.

 

CINTA BULAN SEPTEMBER

 

Inilah bulan September

Bulan di mana orang-orang tercinta

Datang dan pergi meninggalkan

Diri ini dalam keterpurukan

Dalam kesedihan hidup selamanya

Walau orang-orang menyatakan bulan ini

September ceria penuh kegembiraan

Namun, bagiku September bulan kelabu

Bulan penuh rasa sakit dalam kalbu

Bulan tanpa keriangan tanpa senyum

 

Saat aku duduk di teras rumah

Ku lihat beriringan awan di langit sana

Bergerak ditiup angin sore

Membuat suasana angkasa mendung

Berkurang terang sinar surya

Redup seperti suasana jiwa ini

Tiada berpengharapan akan cinta

Yang bergerak meninggalkan diriku

Bagai awan di langit yang gelap

Menutup cahaya sinar mentari sore

 

Bulan September tahun-tahun lalu

Selalu terisi dengan cinta dan kasih sayang

Bersama kekasih hati dambaan jiwa

Entah kenapa bulan September tahun ini

Seolah berbalik arah dari cinta jadi benci

Dari suka menjadi duka

Berawal bahagia berubah nestapa

Wajah merah merona menjadi gelap gulita

Tiada cahaya terang menyinari hati ini

 

Debu-debu beterbangan ditiup angin

Kemarau membuat hati dan jiwaku kering

Hujan kasih sayang dan perasaan cinta

Kuharapkan segera hadir di bulan September

Masih dalam angan-angan belaka

Memang angin laut di sore hari

Membawa butir-butir uap air kehidupan

Masih berkerumun menggumpal dalam awan

Bergerak beriringan menuju ketinggian

Menunggu proses kondensasi di lapisan tertinggi

Agar bisa mencapai klimaks menjadi gumpalan awan

Yang selanjutnya menjadi titik gerimis 

Tanda mula hujan mulai turun

Membasahi bumi-bumi gersang ini

 

Sama seperti cintaku di bulan September

Angin cintaku pun masih mencari tuk menemukan

Orang terkasih di antara kumpulan manusia

Menyeleksi sifat dan perilaku mereka

Menunggu proses pendekatan untuk nyatakan cinta

Hingga benar-benar menemukan orang terpilih

Saat mulai terlihat kebaikan dan keluhuran budi

Munculah titik gerimis meluluhkan hati

Bahwa dialah orang yang terkasih

Hadir membuat hati kering kerontang akan kasih

Basah dan hidup kembali menemukan cinta

Cerita cinta di bulan September

Selalu dalam kenangan suka dan duka

Abadi selamanya hingga akhir masa

 

Mantingantengah, Jakenan, Pati, 27 September 2022.

 

Baca Juga: Menyusur Jalan Sepi

 

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button