Opini

Mengapa Perempuan Belum Merdeka?

Asal kata merdeka dari bahasa sanskerta yang berarti kaya, sejahtera dan kuat. Sedangkan dalam bahasa Melayu dan Indonesia merdeka berarti bebas, tidak bergantung atau independen. Kata “Merdeka” sangat penting pada saat itu, karena menjadi seruan penyemangat bagi bangsa Indonesia agar bebas dari penjajahan.

Di masa kini kata “Merdeka” juga sangat penting karna dapat diartikan sebagai sebuah kebebasan bukan hanya untuk kepentingan negara namun juga harus diartikan sebagai kebebasan untuk masing-masing individu (baik laki-laki maupun perempuan). Namun dimasa kini jika dikaitkan dengan pola pikir, kebiasaan, serta stereotipe yang sudah ada sejak zaman dahulu dan berkembang, penulis menganggap bahwa kata merdeka adalah hal yang nyatanya sulit dicapai khususnya bagi perempuan.

Penulis menganggap ada rintangan besar yang dihadapi perempuan sehingga membuat perempuan sulit mencapai kemerdekaannya.

Kekerasan pada perempuan yang terus meningkat

Tentunya kita dapat melihat kondisi tersebut dari data-data dan berita yang ada. Dari data Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan yaitu pada tahun 2020 menyebutkan kekerasan yang terjadi pada perempuan kian meningkat. Dimana kekerasan tersebut, bermacam-macam bentuknya mulai dari yang terbanyak yaitu fisik, kemudian kekerasan seksual dan adanya kekerasan psikis dan ekonomi.

Fakta yang mengejutkan adalah banyak kekerasan yang terjadi dirumah dimana harusnya rumah adalah tempat yang nyaman dan aman bagi perempuan. Dari banyaknya uraian kasus tersebut merupakan salah satu bukti nyata yang menyebabkan penulis beranggapan bahwa hingga kini perempuan masih dihadapkan kenyataan bahwa mereka belum merdeka, karena merdeka bagi perempuan seharusnya adalah ketika perempuan dapat terbebas dari tindak kekerasan serta segala bentuk penindasan.

Selain terbebas dari kekerasan dan penindasan, sudah semestinya juga perempuan berhak untuk mengambil keputusan yang penting. Misalnya saja keputusan yang sifatnya khusus terkait tubuh dan dirinya sendiri, namun fakta yang terjadi di Indonesia? Sebaliknya, bahkan tak segan banyak justifikasi yang mengarah kepada perempuan, contohnya adalah ketika terjadi tindakan kekerasan seksual, anggapan bahwa kekerasan dapat terjadi diakibatkan oleh perempuan sendiri dikarenakan busana (cara berapakaian), bersolek yang berlebihan sehingga memancing adanya kekerasan seksual.

Baca Juga: Nasib Petani yang Miris di Negara Agraris

Permasalahan pendidikan

Permasalahan lain yang dihadapi perempuan adalah terkait pendidikan. Masak, berdandan, melahirkan yang lekat sebagai kewajiban perempuan dan terus berkembang dimasyarakat Indonesia sebagai kodrat dari perempuan, membuat masalah yaitu keterbatasan perempuan dalam menempuh pendidikan.

Selain itu, anggapan masyarakat terkait perempuan yang kewajibannya menjadi istri sehingga membuat perempuan dilabeli stigma agar selalu patuh serta terus melayani suami, anggapan inilah kemudian yang menjadi alasan bahwa pendidikan bagi perempuan tidaklah penting karena ujungnya perempuan harus menikah dan melayani suaminya.

Walaupun perempuan dan laki-laki mempunyai hak yang sama dalam mengenyam pendidikan, fakta yang ada adalah sebaliknya dimana perempuan dianggap tidak didukung keluarganya untuk menempuh pendidikan dikarenakan dirinya perempuan, stigma yang sering menyatakan bahwa laki-laki lebih kompeten daripada perempuan, serta finansial yang membuat perempuan harus rela mengubur cita-cita untuk mengenyam pendidikan.

Perempuan dalam dunia kerja

Didalam segi ekonomi, banyak kasus dan bukan menjadi rahasia lagi bahwa perusahaan bahkan kerap kali menganggap ketika mempekerjakan perempuan yang terjadi adalah kerugian karena misalnya saja terdapat anggapan bahwa perempuan tidak sekompeten laki-laki dalam bekerja.

Adanya cuti melahirkan, cuti menstruasi yang ketika perusahaan memenuhi hak-hak tersebut untuk pekerja perempuan sehingga menyebabkan penghambatan dari majunya sebuah perusahaan, yang membuat sampai saat ini perempuan masih sulit untuk setara dengan laki-laki dalam segi dunia kerja

Rintangan-rintangan lainnya

Yang dimaksud penulis mengenai rintangan lainya adalah rintangan-rintangan yang terus terjadi pada perempuan selain 3 topik besar yang sudah penulis jelaskan sebelumnya. Misalnya saja pernikahan dini dan perjodohan yang masih terjadi menyebabkan perempuan sulit untuk meraih kemerdekaannya.

Kemudian didalam segi politik, partisipasi perempuan juga sangat minim tentunya menyebabkan sulitnya perempuan untuk mengekspresikan suara dan aspirasi guna kepentingan perempuan itu sendiri. Dan rintangan-rintangan lain yang masih harus dihadapi oleh perempuan di Indonesia.

Rintangan-rintangan yang penulis jabarkan diatas tentunya hanya sedikit dari banyaknya rintangan yang sebenarnya harus dihadapi perempuan di Indonesia. Merdeka? Tentunya masih sangat jauh rasanya untuk digapai perempuan walaupun sudah banyak suara yang mengutarakan semangat kesetaraan agar laki-laki dan perempuan bisa mendapatkan hak yang sama dan berjalan beriringan dalam posisi yang sama sebagai manusia.

Hadirnya kesetaraan gender hendaknya agar dijadikan solusi agar kemudian terciptanya Kemerdekaan bukan bagi Negara dan para laki-laki saja namun juga Merdeka untuk mereka, yaitu Perempuan.

Baca Juga: Perlunya Digitalisasi Sistem Pertanahan di Indonesia

 

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button