PuisiSastra

Ketika Manusia Tak Mengenal Cinta

Mereka Yang Sakit

Ketika rakyat sedang menjerit
Kaum itu menambah pil pahit
Dengan segala akses dipersulit
Benarkah semua ini demi kita bangkit

Aku di sini hanya bisa merangkai bait
Karena kesempatan semakin sempit
Akhir-akhir ini banyak hal yang implisit
Tetapi benarkah untuk kami atau untuk kaum elit

Ketika rakyat hanya bisa menyeberang dengan rakit
Mereka dengan bangga meluncurkan satelit
Katanya demi menekan defisit
Tetapi hutang saja masih melilit

Semua aparat diperintahkan untuk gesit
Katanya untuk menoreh keuntungan yang melejit
Siapa tahu mendapat penghargaan favorit
Tetapi kemiskinan masih saja terus membelit

Lalu saat ini apa yang mampu mengapit
Tidak mungkin kita hanya menghitung digit
Mau bagaimana lagi tak seorang pun menabur bibit
Maka jangan banyak bertanya ketika kita terpaksa pailit lalu pamit

 

Harapan Yang Mati

Meriam jiwa dan genderang sadis menghantam kuas alam
Mendaratkan buah jiwa yang terkapar awam
Menjeritlah alunan sesak napas terbungkam
Bagai teririslah sanubari nan jatuh tenggelam

Bombardir saraf yang perlahan hangus
Mengalirkan siasat desas-desus
Dewasa kini hanyalah tempat yang halus
Bagaikan ratapan makhluk yang terbungkus

Iba kini meratapi kesukaran
Menghadapi alasan yang penuh kemungkaran
Merajut dahaga dalam sebuah keingkaran
Berjuang melawan jiwa busuk yang berkeliaran

Hancur pasti melihat jatuhnya bangsawan hati
Menyayat-nyayat harapan sang belati
Menjerat kaum yang terjangkiti
Dengan harapan kesukaran terlewati

 

Payah

Elusan halus di kepalaku membuatku melayang
Tentu saja aku mengira itu akan berubah
Tapi nyatanya semua terbang dan terbuang
Sia-sia saja aku mengharapkan hadiah

Kemudian aku berjalan layaknya pendekar perang
Mencoba mencari yang bijak dalam bertuah
Nyatanya semuanya hanya bagus di luar cangkang
Tak kutemukan yang bisa memberi sedikit amanah

Aku kecewa karena semua terlihat begitu gamblang
Tapi perilakunya tak ada yang terarah
Semua programnya jatuh hingga ke dasar jurang
Tapi malah dirayakan dengan begitu megah dan meriah

Mereka tak peduli dengan isi kepala yang terlanjur gersang
Dengan bangga memproklamirkan diri secara pongah
Dan lebih keji semuanya terus berulang
Sungguh parah tidak bisa dibantah

 

Terlanjur Tergoda

Manusia di dunia ini sudah gila
Menganggap biasa hal tercela
Susah untuk mengubahnya seperti sediakala
Karena kemunafikan sudah merajalela

Bukankah negara kita berasaskan Pancasila
Tetapi kenapa kebenaran susah dibela
Apakah mungkin kita tak dapat lagi menyesap manis gula
Ataukah kelebihan hingga akhirnya menjadi kendala

Manusia saat ini sepertinya lupa akan pahala
Itu diperlihatkan atas dukungan mereka terhadap asusila
Perbuatan mereka bahkan lebih keji dari drakula
Setidaknya drakula takut pada sesuatu yang menyala

Dunia mulai memperlihatkan sebuah gejala
Yang memberi ancaman hal mengerikan selain Ebola
Yang bisa menahan mereka di sebuah aula
Lalu perlahan-lahan Tuhan runtuhkan cakrawala

Baca Juga: Syair Elegi dan Asmaraloka

 

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button