PuisiSastra

Rindu Bukan Rindu

Dekap Rindu

Akan ku rawat rindu ini dengan bijaksana
Meski tanpa singgasana atau hiasan kepala berupa mahkota
Biarkan aku menjelma bidadari tanpa punya apa-apa;
Merawat taman berbunga hingga kunjung renta
bersama

Di kontrakan rumah sederhana;
Kita selalu merayakan ulang tahun bersama
Meniup lilin sambil mengucap doa-doa
Berharap bahagia meski seadanya

Biarkan aku merawat rindu ini tanpa sembunyi-sembunyi
Menatapmu lekat saat kau pulang nanti
Atau langsung berlari dan mendekapmu tanpa permisi

Hey, sudah ku cuci semua baju kotormu kemarin lusa
Bahkan sudah ku siapkan makanan favoritmu tanpa kau minta
Jadi, bisakah hari ini kita dirumah saja?

****

Perihal Usaha

Langit sedang cerah-cerahnya
Tapi mengapa kau bersedih, nona?
Siapa yang berani mengusik pikiranmu itu?
Katakan padaku!
Biar aku menjelma debu yang menyilap matanya
Atau menjadi lumpur penghisap yang perlahan menelan raganya
Percayalah, aku siap menjadi apa saja.
Asal tawamu mengembang semula

Bahkan saat kau merasa risau akan pelik dunia
Aku siap menjadi telinga yang mendengarkanmu bercerita
Sampai kau terlelap dan tak lagi bersuara
Percayalah, aku siap melakukan apa saja
Asal kau selalu bahagia

Tapi jika kau belum bisa menerima;
Mari aku perkenalkan pada mesin ketik tua
Disana ada ribuan kata yang biasa aku sebut rela
Juga setangkai mawar yang katanya penangkal lara
Karena saat kau tak ada
Nona,
Sudah tersimpan penawar yang aku beri nama tidak sia-sia

****

Berjumpa Lagi

Aku menyusuri kios-kios kecil diujung perempatan
Melihat bagaimana manusia berinteraksi;
Seorang Ibu yang rela berjualan sambil mengendong anaknya,
Para tukang becak yang asik bercengkrama sembari menunggu pelanggannya menyapa,
Juga para pembeli yang sedang memilih bahan-bahan belanjaan mereka
Begitulah sebuah potret yang terekam oleh netra

Hingga akara muncul tiba-tiba
Aku memandanginya secara seksama:
Bertubuh lebih tinggi dengan hoodie yang menutupi bagian kepalanya
Nyaris saja aku terperanjat ketika lamunanku dibuyarkan dengan kepalan tangan yang menggenggamku perlahan
Memberikan sentuhan hangat yang selama ini aku rindukan

Jonah;
Entah bagaimana mimik yang harus aku tunjukkan
Bahagia dan terkejut saling bercampuran
Jika diizinkan, aku ingin mendekap tubuhnya saat itu juga
Menghujaninya dengan ribuan atensi tanpa perlu sembunyi-sembunyi
Atau langsung aku ajak pulang dengan pintu yang sengaja ku kunci
Agar nantinya, dia tidak pergi-pergi lagi

****

2019

Rasanya baru kemarin;
Aku sibuk mencari perhatianmu,
Mengabaikan orang lain yang ingin mendekatiku
Sampai nadaku sedikit memaksa Tuhan untuk bisa merengkuhmu

Rasanya baru kemarin;
Aku selalu mencuri pandang
Saat kita tidak sengaja berpapasan
Menyapamu dengan senyum kecil yang kadang kau abaikan

Rasanya baru kemarin;
Aku terlalu terbawa perasaan…

****

Baca Juga: Bersiap Menjadi Dewasa

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button