Gersang melalap jalanan di sekitar Laki-laki ini. Rain anak laki-laki kuliah an. Tubuhnya tidak terlalu gemuk. Memakai pakaian hitam dari hoodie hingga celana panjangnya, kecuali sepatu, Rain memakai warna putih. Di lengkapi dengan memakai kacamata hitam juga jam tangan hijau army ditangannya.
Rain melirik ke jalan kanan juga ke kiri secara bergantian, menunggu seseorang. Tidak menunggu lama, yang ditunggu Rain tiba di ujung jalan.
Lutfi, Laki-laki cukup kurus memakai jaket merah celana panjang, membonceng seorang perempuan dibelakangnya, namanya Key, rambutnya se pundak, hitam pekat seperti celana yang dia pakai. Menggunakan hoodie merah juga mengendong tas warna biru dongker. Key juga memakai kacamata hitam, kaca sedikit tebal, dibanding Rain. Lutfi memberhentikan motornya diparkiran depan Rain berdiri.
Key perlahan turun dari motor, wajahnya mengerutkan dahinya menopang terik matahari. Key perlahan menghampiri Rain.
“Hai Key” Rain dulu an menyapa.
Melambaikan tangan lebih dulu.
“Hai” jawab Key berjalan berdiri di sebelah Rain.
“Panas banget” keluh Key tangannya berusaha menutupi dahi dari terik matahari.
“Iya, aku dari tadi disini nunggu kalian” ucap Rain ikut mengerutkan dahinya juga.
Lutfi menghampiri Rain dan Key, “dari tadi?” Tanya Lutfi ke arah Rain.
Rain mengangguk, “Yang lain mana?” Tanya Rain.
“Dijalan mungkin, sini biar ga panas” ajak Lutfi ketepi sebuah gedung yang tidak terlalu besar.
“Ayo Rain” ajak Key mengikuti Lutfi ke dekat gedung itu.
“Kenapa ga neduh disini sih?” Tanya Lutfi sambil menunjuk ke gedung yang teduh.
“Kan tadi aku nunggu kalian” jawab Rain.
“Alfa udah di jalan?” Tanya Key membuka percakapan baru.
Rain menggeleng.
“Udah mungkin” Jawab Lutfi.
Rain, Key dan Lutfi meneduh di gedung yang tadi di tunjukan Lutfi.
Mereka berdiri sejajar, Key berdiri di tengah di antara Rain dan Lutfi.
“Key udah ngeprint naskahnya?” Bisik Rain.
“Oh iya” Key membuka tasnya mengambil naskah, “nih” Key memberikan Naskahnya ke Rain.
“Oke” jawab Rain mengambil Naskah dari tangan Key.
“Hm.. makasih ya Key” Rain sedikit tersenyum.
“Iya” Jawab Key menjawab juga senyuman Rain.
Motor berwarna merah berhenti di depan parkiran. Seseorang laki-laki dengan badan gemuk memarkirkan motornya, itu Alfa, menggendong tas selendang berwarna coklat bercorak coklat muda. Membuka helm hitamnya, melirik ke arah Rain, Key dan Lutfi.
“Hai Alfa!” Teriak Key dari kejauhan sambil melambaikan tinggi tangannya.
Alfa menaikan dagunya sebagai tanda sapaan dari Key. Alfa melangkah ke arah Rain, Key dan Lutfi.
“yaa telat haha” Ucap Rain tertawa sambil menunjuk ke arah Alfa.
“Kenapa gitu, aktornya aja belom dateng” ucap Alfa sambil menyimpan kunci motornya ke saku celana.
“Tuh aktornya” Ucap Lutfi sambil menunjuk ke ujung jalan.
2 orang laki-laki berjalan ke arah Rain dan teman-temannya. Satu laki-laki badannya sedikit kurus, tinggi di banding teman di sebelahnya. Laki-laki ini menggunakan jaket parasit berwarna merah celana panjang, temannya menggunakan jaket hitam juga sama menggunakan celana panjang. 2 orang laki-laki berkenalan dengan Rain dan Teman temannya. Dua orang itu teman Lutfi, dari komunitas yang sekarang dia kerjakan. Rain wajahnya tampak Canggung, juga Key, berdiam kaku.
“Yuk” ajak Lutfi masuk kedalam gedung untuk menunggu dan mempersiapkan untuk mulai mengerjakan tugas syuting. Saat Rain dan teman-temannya duduk di lantai, seseorang memparkirkan motor di pakiran depan gedung.
Janu namanya. Dia bukan kelompok dari Rain dan temen-temannya.
“Hah? Janu ngapain ke sini” bisik Rain sedikit tertawa.
“Kan mau minjem kamera” jawab Alfa.
“Nah” lanjut Lutfi.
Rain hanya mengangguk, mengerti.
Janu menghampiri Rain dan teman-temannya. Seperti biasa bersalam-salam anak laki-laki. Berkenalan juga dengan 2 teman Lutfi. Janu membuka tasnya sebelum ikut duduk, memberikan kamera DSLR 700D ke Alfa. Janu lalu duduk.Lutfi membuka pembicaraan sedikit formal dengan mendiskusikan tugas syuting ini.
Rain dan Key sebagai sutradara di dalam kelompok ini, berdiskusi dengan aktornya. Ada beberapa hal yang aktor ingin ganti. Rain mengiyakan dan juga Key setuju. Lutfi memberikan pendapat, pendapatnya diterima dengan baik. Beberapa menit, Rain dan temannya terus berdiskusi akhirnya mereka memulai Syuting. Posisi mereka sudah dengan posisi jodestnya masing-masing. Rain dan Key menjadi sutradara, bertugas mengarahkan aktor agar tetap sama dengan skenario dan storyboard yang mereka buat. Lutfi dan Alfa bertugas menjadi videographer, tugasnya merekam aktor yang akan berakting. Janu, karena memang bukan bagian kelompok dari Rain dan teman-teman, jadi hanya menonton dan sedikit membantu.
 “Scene satu shot satu, Action!” Seru Key sambil menganggam skenario ditangannya.
Lutfi dan Alfa sudah merekam sejak tadi. Aktor mulai berakting dengan skript yang sudah di tentukan.
“Cut!” Seru Rain menyelesaikan syuting. Mereka semua segera mendekat kamera untuk melihat hasil rekaman yang selesai syuting. Kecuali Key, tetap diam kepanasan.
Mereka diam sejenak, menatap satu sama lain, hasil rekaman mereka tidak sesuai ekspetasi, tertawa. Lalu mereka memulai ulang syuting.
“Uhaa!” keluh Key mengusap dahi lalu mengipas rambutnya menggunakan kertas skenario.
“Panas banget yah Key” ucap Alfa mengibas-gibaskan bajunya, Alfa sama kepanasan juga.
Key mengangguk, mengerutkan dahinya.”Minjem Key” Rain mengambil skenario yang digenggam Key.
Rain sekarang yang mengibas kertas ke arah dirinya. Key menatap lesu ke arah Rain.
“Ayo pindah tempat, ke tempat kopi” seru Lutfi sambil berjalan mundur.
“Jadinya kemana?” Tanya Rain masih tetap mengibas kertas skenarionya.
“Ada deket sini atau ke temen aku” Jawab Lutfi.
“Hah?” Seru Key wajahnya terkejut,
“tempat itu, ahhh!” Key berseru pasrah.
“Oh tempatnya yang di situ?” Tanya Lutfi wajahnya siap tertawa lebar, mereka berdua mempunyai ceritain lain, makannya mereka tertawa tanpa harus di jelaskan.
“Ahkk sudah lah” lirih Key pasrah dengan semuanya.
“Ohhh” gumam Rain.
Alfa ikut tertawa bersama Lutfi, Rain juga ikut tertawa.
Mereka menyiapkan alat-alat untuk syuting. Mangambil alatnya diruangan suatu tempat, yang mengambil alatnya Lutfi dan temannya yang menjadi Aktor. Rain dan lainnya duduk di tepi bangunan, yang tadi mereka meneduh.
“Panas banget yah” ucap Key melanjutkan mengibas lehernya dengan kertas skenario.
“Iya nih, gatau” lanjut Alfa mengibas-ngibas bajunya.
Rain pasrah dengan keadannya. Memakai hoodie di tengah terik matahari sudah tentu panas. Di depan bangunan yang kami sedang tempati, terdapat beberapa tukang jualan, makanan ringan. Ada tahu isi, cakue juga ada es kepala muda.
“Alfa, mau jajan?” Tanya Rain sambil menunjuk tukang jualan yang tidak jauh dari mereka.
Alfa menggeleng, “ga ah aku masih kenyang, tadi malem makan mie”
“3 mienya yah” ejek Rain tertawa.
“Wih banyak banget” seru Key terkejut di samping Alfa.Key dan Janu ikut tertawa.
Wajah Alfa sangat pasrah dengan kalimat yang di lontarkan oleh Rain.
Alfa menghela nafas, menandakan pasrah.
***
Rain dan temannya berjalan di pinggir jalan raya. Jalan hari itu di penuhi mobil dan motor berlalu-lalang. Berhenti sesekali karena lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Lalu setelah berubah hijau, mobil dan motor berjalan kembali.
“Mana tempatnya?” Tanya Rain sambil melihat ke sekeliling.
“Itu didepan” ucap Alfa menunjuk ke arah depan.
Mereka melangkah terus menuju tempat kopi yang mereka tuju. Hanya dengan beberapa langkah, mereka sampai di tempat.
“Siap Key?” Ejek Rain melirik ke arah Key, Rain siap tertawa.
“Ahhh sudahlah” jawab Key sedikit kesal.
Mereka sampai di tempat yang di tuju. Tempatnya terbuka, atapnya di tutup oleh pohon-pohon besar, tidak ada pagar, hanya ada semak-semak yang tinggi. Lalu lampu gantung ada di beberapa tempat, seperti riasan kafe pada umumnya.
Lutfi dan temannya masuk lebih dulu. Menanyakan tentang syuting apakah bisa atau tidak di tempat ini. Hanya 2 menit Lutfi kembali.
“Ga bisa harus ada surat” gumam Lutfi wajahnya sedikit bingung.
“Kan” lanjut Rain.
“Yeah!” Bisik Key mengepal tangannya.
“Jadi gimana?” Tanya Rain.
“Ke tempat yang lain, aku ada kenalan” jawab Lutfi menjelaskan.
“Jauh ga?” Tanya Key.
“Engga, deket-deket sini” jawab Lutfi,
“aku sama temen aku ketempatnya dulu, nanti kalau bisa syuting di sana, aku kabarin” Lutfi menjelaskan.
“Oke” jawab Rain.
Key dan lainnya mengangguk. Selagi Lutfi dan temannya datang ke tempat kopi selanjutnya, Alfa dan Janu duduk lebih dulu.
“Janu pesen kopi dong, nanti aku traktir” ucap Alfa sambil memberikan uang.Tanpa disuruh lagi Janu menghampiri pelayan, pelayan dan Janu datang ke meja mereka. Setelah memesan Janu kembali duduk.
“Sini duduk” ajak Janu kearah Key.
Key menghampiri kursi yang kosong,
“Rain sini” ajak Key ke arah Rain.”Iya” Jawab Rain menghampiri kursi.
Tanpa menunggu apapun Key mengambil kursi, kursi yang sebelumnya diberikan ke Rain. Rain menghela nafas. (aku sama Key benar-benar tidak seimbang, aku manja banget, Huft) Rain duduk di sebrang Key, Janu duduk di seberang Alfa.
Beberapa menit kemudian, pelayan membawa minum pesanan Alfa dan Juna, minuman Juna berwarna merah, dengan isi beberapa potongan buah, dan di atasnya di taburi cia seed. Minuman Alfa kopi walau sudah di tuang gulai cair tatap kopinya pahit.
“Rain mau beli minum? Itu langsung aja” ucap Alfa membuka plastik sedotan.
“Engga, nanti aja, di tempat selanjutnya” Jawab Rain kembali memaikan ponsel yang udah di genggam dari tadi. Key juga menggenggam sekaligus memakai poselnya dari tadi.
Juna memulai minum minumannya, wajahnya berubah pecut.
“Enak ga?” Tanya Rain yang ada di sebelahnya.
Wajah Janu menyeringai menggeleng, “asam banget” Rain dan Alfa tertawa, Key melirik hanya tersenyum. “Mana aku cobain” Alfa meminta minumannya.
Janu memberikan minumannya. Alfa segera, meneguk minuman merah itu. “Enak kok, seger, tapi ga manis, iya tapi asam” lanjut janu.
***
Mereka kembali ke gedung yang di awal. Kemudian pindah tempat, ke kedai kopi yang kenalannya Lutfi. Rain membonceng Janu sembari membawa tripod kamera. Lutfi bersama Rain. Alfa sendiri. Tidak terlalu jauh dari tempat mereka pergi.
Akhirnya sampai. Kedainya di samping jalan, tempat duduknya terbuka tidak di dalam ruangan, ada tiga meja masing masing dengan dua kursi. Sebelahnya kedai kecilnya untuk memesan dan meracik kopi. Rain dan temannya memparkirkan motornya tepat di depan kedai kopi ini. Rain dan temannya duduk dikursi menunggu arahan dari Lutfi. Syuting dimulai.1 jam berakhir, syuting selesai, dengan beberapa adegan diganti, itu tidak masalah selagi Rain dan Key menyutujui.
“Kalian habis dari sini kemana?” Tanya Lutfi sambil membereskan alat-alat kamera.
“Gatau” Rain menggeleng duduk di meja ke dua berhadapan dengan Janu.
“Mau makan dulu?” Tanya Key ke arah Rain dan Alfa secara bergantian.
Key duduk di meja pertama berhadapan dengan Alfa.
“Aku terserah” jawab Rain (Aduh ayo dong makan bareng, kita udah lama ga ngobrol bareng)
“Ayo aja, mau makan dimana?” Tanya Alfa sambil memainkan ponselnya.
“Ayam geprek?” Tanya Rain.
“Jangan, aku bosen” gumam Key sambil mencari tempat dari ponselnya.
“Apa dong?” Tanya Alfa.
“Ramen?” Tanya Key tetap mencari tempat diponsel.
“Jangan” Ucap Rain sedikit ragu.
“Apa?” Tanya Key melirik.
“Terserah deh hehe” Jawab Rain tersenyum malu.
“Eatboss mau?” Tanya Key melirik ke arah Rain dan Alfa.
“Nah boleh” jawab Rain menyeringai.
“Ayo kesana” ajak Alfa.
“Makanannya ada apa aja?” Tanya Rain.
“Nasi goreng, yang gitu gitu, harganya juga murah” jawab Alfa menjelaskan.
“Yaudah ke situ yah” ucap Key.
“Kamu ikut ga Janu?” Tanya Rain yang ada didepannya.
“Ayo” jawab Janu.
“Jadi kemana kalian?” Tanya Lutfi melihat ke arah Rain dan lainnya.
“Eatboss” jawab Key.”Kamu pulang sama siapa?” Tanya Lutfi ke arah Key.
“Sama Alfa atau Rain, berarti kamu sama Janu” Jawab Key.
“Oke” lanjut Lutfi.
Rain dan temannya beranjak dari duduk, ternyata hujan, sedikit tidak sesuai rencana, Rain dan lainnya duduk kembali menunggu hujan. Menunggu hujan beberapa menit, akhirnya hujan reda, sedikit terang oleh sorot sore matahari. Rain dan lainnya berjalan ke arah parkiran motor, Rain bersiap menjalankan motor. Key jadinya sama Alfa, Janu sama Lutfi, dua teman Lutfi menetap nongkrong di tempat kopi itu.
“Janu nanti nyusul aja yah” ucap Rain.
Janu mengangkat jempolnya. Key yang menentukan arah jalan, sambil melihat map di ponselnya. Rain mengikuti motor Alfa dari belakang.Tidak jauh tempatnya, Rain dan temannya sampai di tempat tujuan. Ternyata didalam satu bangunan ada beberapa tempat didalammnya, ada boling, ada toko sepatu dan di atasnya tempat yang Rain dan temannya tuju, Eatboss. Rain jalan dulu an naik ke atas, di susul oleh Key dan Alfa dari belakang.
Tempat lumayan besar, ada tujuh meja dekat jendela.
“Hallo berapa orang?” Tanya pelayan.
“3” jawab Rain sambil menunjukan jarinya tiga.
“duduknya mau di dalam atau di luar?” Tanya pelayan lagi.
“diluar atau di dalam?” Tanya Rain membalik ke arah Key dan Alfa.
“dalam” jawab Key.
Pelayan menunjukan mejanya, Rain ditunjukan ke arah meja yang paling ujung dekat dengan area boling. Kursi yang dekat dengan kaca berbeda dengan di seberangnya, kursinya Sofa. Key dulu an duduk di sofa juga Rain, Alfa duduk di hadapan Key. Rain langsung membuka buku menu dan dulu an mencatat makanannya. Dilanjut oleh Key dan Alfa. Key memberikan pesanan ke kasir sekaligus membayar, Rain dan Alfa nanti bayar ke Key. Mereka memulai berbincang satu sama lain.
“Kamu magang dimana?” tanya Key kearah Rain, membuka percakapan.
“Yang di jakarta, aku kemarin coba lamar juga di tempat lain, tapi kurang cocok menurut aku, jadi aku bingung” jawab Rain menjelaskan.
“Mending yang di jakarta” tegas Alfa.
“Iya yah” lanjut Rain.
“Kenapa emang?” Tanya Key penasaran.
“Yang di tempat baru kurang pas aja hehe, soalnya yang di jakarta lebih ramah gitu orangnya” jawab Rain menjelaskan.
“Ohh, kamu Fa, jadinya dimana?” Tanya Key melirik ke arah Alfa yang ada didepannya.
“Aku mah yang di temen aku” jawab Alfa.
Ditengah percakapan mereka, pelayan membawa makanan yang mereka pesan, yang datang dulu an pesanan Rain, nasi goreng, lalu tidak lama, pelayan datang, pesanan Alfa sama nasi goreng, disusul dengan pesanan Key, sama nasi goreng juga.Janu datang membawa nasi bekalnya, lalu dia memesan minum sendiri.
Mereka melanjutkan percakapan sambil makan. Membicarakan magang satu sama lain, lalu pengalaman magang Key yang lebih dulu, membicarakan ilustrasi yang sedang di kerjakan Key dan Rain. Percakapan tidak terasa, dari yang tadi terik sore matahari, hujan di tengah mereka mengobrol, lalu kembali terik matahari sorenya, hujan ya sudah berhenti.
“Pulang kapan?” Tanya Alfa.
“Ayo bentar lagi” Jawab Key.
“Jam 5 yah” lanjut Alfa.
“Eh ada yang ngelewatin kampus ga? Aku mau ikut” ucap Key.
“Kenapa ga pake ojek online?” Tanya Rain.
“Mahal banget” jawab key sambil mengecek ponselnya.
“Ohh” bisik Rain.
“Ga ada yang deket kampus yah?” Tanya key menatap Alfa, Janu dan Rain secara bertahap. Legang sejenak, suasana sedikit canggung. (duh mata Alfa udah ngasih kode buat aku yang anter, tapi aku ga mau salah paham, aku takut kaya dulu lagi ketauan aku suka)
“Yaudah deh aku pake ojek online aja” jawab Key menyimpan ponselnya diatas meja.
 “Yaudah sama aku aja Key” ucap Alfa menawarkan tumpangannya.
“Jauh kan rumahnya” lanjut Key.
“Ga apa apa aku mau mampir beli makanan lagi hehe” ucap Alfa tertawa.
Key mengangguk, “okay deh”
“Kamu tau ga Key sebelah kelas kita yang gambarnya bagus” ucap Rain membuka percakapan baru.
“Hah? Siapa?” Tanya Key wajahnya penasaran.
“Itu loh yang gambarnya kecil tapi bagus” lanjut Rain.
“Ohh itu, itu orangnya pernah deket loh sama aku” ucap Key.
“Hah? Deket? Temenan?” Tanya Rain kebingungan. (ya kali aku gatau yang di maksud Key, deket pacaran)
“I-iya deket, tapi ga jadi” jawab Key sepertinya agak ragu.
“Ohh..” Rain sedikit tertawa. (aku benar benar tertawa? Ya kali jantung aku hampir berhenti berdetak saat Key ngomong gitu)
“Aku pernah mau makan bareng” ucap Key hampir tertawa.
“Terus kenapa engga?” Tanya Rain penasaran.
“Aku takut” jawab Key tertawa.
Lalu mereka beranjak dari duduk, segera pulang, Alfa yang akan mengantar Key kerumahnya, itu agak jauh tapi Alfa yang mengajak Key untuk mengantarnya.
Rain berjalan dibelakang Alfa dan Janu, disebalah Rain ada Key, sibuk memasukan uang kedalam dompet.
Aku baru pertama kali sesenang ini. Sekian lama aku dan kamu Key tidak bertemu, akhirnya hari ini kita ketemu karena alasan hanya syuting untuk tugas
Aku selalu berusaha agar tidak menatap kamu tanpa alasan tapi itu rasanya tidak sopan kalau aku menatap kamu tanpa alasan, makannya aku coba untuk mengajak ngobrol kamu agar rasa tidak sopan itu ga ada.
Aku juga bersyukur kalau kita di pertemukan memang untuk berteman engga lebih, karena apa? Karena untuk masuk kedalam hidup kamu itu sulit, sulit banget, maka dari itu pertemanan ini membantu aku agar lebih mengenal kamu bahkan dengan teman lainnya juga.
Disisi lain aku ikut senang kalau kamu senang dan kalau kamunya sedih akunya ikutan sedih, perasaan ini bener bener ga bisa aku bohongi, jadi semoga kamu ketemu sama orang yang kamu suka dan bikin kamu senang
Terdengar bercanda ya, tidak ada hubungan yang special antara satu sama lain tapi rasa senang dan sedihnya kamu sampai ke diri aku.
Aku mengerti, untuk menyenangi kamu tidak harus memiliki kamu, aku bisa senang karena kamu juga senang dengan orang yang kamu mau.
Kamu tau, pada hari ini aku sangat senang sekali sampai aku tulis memori cerita ini agar tidak bisa hilang kemana-kemana.
Baca Juga: Angin Akhir Tahun
Â
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.