PuisiSastra

Meratapi Senja

KAN KUJADIKAN

Terpendam laraku begitu lama

Terdampar tubuhku di ujung nestapa

Semenjak kau tinggalkan kenangan kita

Menghilang bersama harumnya cinta

Kini kucoba membangkitkan prana

Mengobati luka yang mencintaiku

Menjadikan batinku memiliki arti

Untuk memulai jejak langkah baru

Namun suatu waktu engkau kan menyadari

Bahwa goresan ini masih terpatri

Tertulis kuat tanpa memiliki rasa

Akan tetap terbenam dalam ingatan kita

Kan kujadikan jemariku sebagai pena

Kan kujadikan darahku sebagai tintanya

Kan kutuliskan seluruh isi hatiku

Bahwa dulu aku mencintaimu

GURUKU

Masih terngiang kata bijakmu

Masing teringat pesan-pesanmu

Bukan tertulis dalam catatan maya

Buka tertulis dalam lembaran senja

Namun tertancap kuat dalam ingatanku

Dalam batinku

Menuntunku dalam kegalauan kehidupan

Yang aku buat sendiri

Aku jejakkan kakiku di rumah mungilmu

Rumah yang penuh keberkahan

Rumah yang membuat betah setiap insan

Rumah yang atapnya dari rumbai-rumbai kehidupan

Rumah yang dibangun dengan do’a dan air mata

Agar setiap yang hadir di dalamnya mendapatkan kedamaian

Aku bersyukur mengenalmu

Aku bersyukur mencium tanganmu

Semoga engkau tertidur bagaikan pengantin

Wahai Guruku

Baca Juga: MENGHARAP CINTA HADIR

WARNA DUNIA

Dahulu,

Aku merasa paling baik dari mereka

Aku lupakan noda-nodaku lebih tebal dari mereka

Menjejakkan kaki saja merasa risih, jijik

Berjinjit seolah tanah becek itu adalah kotoran

Berjinjit seolah mereka semua bukan manusia

Terdengar bisikan menghajarku

Menamparku

Mengingatkan siapa aku

Mengingatkan betapa kerdilnya aku

Tak ada apa-apanya

Bahkan mungkin jika dibandingkan dengan semut hitam

Aku mulai membuka lebar-lebar mataku

Aku mulai memberanikan diri melawan egoku

Aku mulai mendengarkan bahasa tubuh mereka

Aku mulai memasuki halaman mereka

Aku menyadari

Inilah warna dunia

AMARAH

Pintu itu menjadi korban

Kaca itu juga menjadi korban

Tembok itu pun menjadi korban

Mereka tidak tahu-menahu

Hanya korban nafsu durjana

Memang saat itu aku tak mampu membendung

Memang saat itu aku tak mampu melihat

Bukan karena gulita

Juga bukan karena aku buta

Tapi karena mataku tertutup

Ya, mataku telah tertutup

Telingaku tak mampu mendengar

Aku tak mampu melihat kebenaran

Namun aku teringat akan suatu nasehat

Kembalilah segera kepada-Nya

Sebelum terlambat

Baca Juga: SURAT CINTA BUAT NOVIA

BEDA

Hancur sudah istana rasaku

Cinta yang pernah ada, kini tiada

Kisah yang pernah bermula harus berakhir

Di sini

Sudahlah!

Jalan kita memang beda

Memang salahku pernah mempermainkan waktu

Mengharapkan tanpa tahu apakah kamu mau

Merindu tanpa tahu apakah kamupun rindu

Menunggu tanpa tahu apakah kamu kembali

Sudahlah!

Januari telah kembali, aku harus pergi

Menata hidup dan impian yang tertunda

Kembali pada Ilahi, yang sempat terlupakan

Oleh nafsu duniawi

 

Baca Juga: INGIN WALAU

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button