PuisiSastra

Menjadi Asing Kembali

Ternyata, manusia sempurna itu nyata

Entah memang aku baru menyadarinya

Atau terlalu berlebihan menilainya

Tapi Tuhan menunjukkan kebaikannya

Mempertemukanku dengan makhluk yang berhasil dalam penciptaannya

Disaat semesta terlalu banyak bercanda

 

Entah apa maksud pertemuan itu

Tidak pernah ada dalam bayanganku

Pun juga dalam anganku

Karena terlalu mustahil pikirku

 

Seseorang itu datang tanpa disengaja

Aku tidak akan menyebut pertemuan kita tidak tepat

Apalagi mengutuk semesta atas momen yang hanya sesaat

Karena, memang itulah saatnya

 

Baca Juga: SERAPUH PUALAM RETAK

 

Dia memperkenalkan luasnya dunia

Menunjukkan bahwa kehidupan bukan hanya sudut dengan gelapnya

Juga bukan tentang malam dengan tangisannya

 

Dia meyakinkan bahwa semuanya bisa baik-baik saja

Terdengar klise, namun bisa-bisanya aku percaya

Aku tenggelam dalam ucapannya

Jiwaku tenang dibuatnya

 

Tanpa basa-basi aku membiarkan ia menjangkau hidupku

Tanpa ragu aku berbagi kekuranganku

Kekurangan yang tidak pernah kubagi dengan siapapun

 

Bagaimana bisa orang asing semudah itu mempercayaiku?

Pun sebaliknya, bagaimana bisa aku mempercayai orang itu?

Tak lepas seharipun ia mencoba membantu

Agar aku ikut maju

 

Baca Juga: MENGHARAP CINTA HADIR

 

Salahku, yang tidak mempercayai diriku

Entah tidak mudah atau aku yang terlalu lemah

Aku menyesali semua itu

Sehingga sekarang aku kehilangan arah

 

Kepada siapa sekarang aku berbagi?

Kepada siapa aku mengadu saat malam yang sepi?

Jika aku lelah, siapa lagi yang bersedia mendengar tangisanku ini?

Apakah kita benar-benar berhenti sampai di sini?

 

Ah, aku kadang lupa akan suatu hal

Bahwa tidak ada yang abadi dan kekal

 

‘Semua orang ada masanya, dan semua masa ada orangnya’

Andai aku bisa menghindar dari kenyataan

 

Jika ditanya apa yang tidak aku suka dari dunia

Akan kujawab dengan tegas bahwa aku tidak menyukai kenyataan

Bahkan jika bisa, aku tidak ingin menerimanya

Aku tidak suka dimana aku kalah oleh semesta

 

Tapi tentu saja aku hanya manusia

Mau tidak mau memang beginilah ujungnya

Hidup sendiri untuk diri sendiri

Selagi masih diberi nafas, maka tetap harus menjalani hari

 

Lagi dan lagi, aku tidak bisa menebak semesta

Aku tidak pernah menerka bahwa akan seperti ini ujungnya

 

Baca Juga: Meratapi Senja

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button