Ternyata, manusia sempurna itu nyata
Entah memang aku baru menyadarinya
Atau terlalu berlebihan menilainya
Tapi Tuhan menunjukkan kebaikannya
Mempertemukanku dengan makhluk yang berhasil dalam penciptaannya
Disaat semesta terlalu banyak bercanda
Entah apa maksud pertemuan itu
Tidak pernah ada dalam bayanganku
Pun juga dalam anganku
Karena terlalu mustahil pikirku
Seseorang itu datang tanpa disengaja
Aku tidak akan menyebut pertemuan kita tidak tepat
Apalagi mengutuk semesta atas momen yang hanya sesaat
Karena, memang itulah saatnya
Baca Juga: SERAPUH PUALAM RETAK
Dia memperkenalkan luasnya dunia
Menunjukkan bahwa kehidupan bukan hanya sudut dengan gelapnya
Juga bukan tentang malam dengan tangisannya
Dia meyakinkan bahwa semuanya bisa baik-baik saja
Terdengar klise, namun bisa-bisanya aku percaya
Aku tenggelam dalam ucapannya
Jiwaku tenang dibuatnya
Tanpa basa-basi aku membiarkan ia menjangkau hidupku
Tanpa ragu aku berbagi kekuranganku
Kekurangan yang tidak pernah kubagi dengan siapapun
Bagaimana bisa orang asing semudah itu mempercayaiku?
Pun sebaliknya, bagaimana bisa aku mempercayai orang itu?
Tak lepas seharipun ia mencoba membantu
Agar aku ikut maju
Baca Juga: MENGHARAP CINTA HADIR
Salahku, yang tidak mempercayai diriku
Entah tidak mudah atau aku yang terlalu lemah
Aku menyesali semua itu
Sehingga sekarang aku kehilangan arah
Kepada siapa sekarang aku berbagi?
Kepada siapa aku mengadu saat malam yang sepi?
Jika aku lelah, siapa lagi yang bersedia mendengar tangisanku ini?
Apakah kita benar-benar berhenti sampai di sini?
Ah, aku kadang lupa akan suatu hal
Bahwa tidak ada yang abadi dan kekal
‘Semua orang ada masanya, dan semua masa ada orangnya’
Andai aku bisa menghindar dari kenyataan
Jika ditanya apa yang tidak aku suka dari dunia
Akan kujawab dengan tegas bahwa aku tidak menyukai kenyataan
Bahkan jika bisa, aku tidak ingin menerimanya
Aku tidak suka dimana aku kalah oleh semesta
Tapi tentu saja aku hanya manusia
Mau tidak mau memang beginilah ujungnya
Hidup sendiri untuk diri sendiri
Selagi masih diberi nafas, maka tetap harus menjalani hari
Lagi dan lagi, aku tidak bisa menebak semesta
Aku tidak pernah menerka bahwa akan seperti ini ujungnya
Baca Juga: Meratapi Senja