Menikmati Indahnya Alam Pedesaan Khas Sunda di Kampung Naga Tasikmalaya


Kampung Naga Tasikmalaya

Kampung Naga, satu dari sekian kampung-kampung adat yang ada di Jawa Barat. Kampung Naga terletak tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan daerah Garut dengan Tasikmalaya.

Kampung ini berada pada suatu lembah yang subur, dilalui oleh sebuah sungai bernama sungai Ciwulan yang bermata air di Gunung Cikuray di daerah Garut. Secara administratif, Kampung Naga berada di wilayah Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya.

Kampung Naga Tasikmalaya hanya dihuni oleh sekitar 300 orang dan di desa ini sama sekali belum tersentuh oleh pengaruh modern seperti di kota-kota. Desa ini menyimpan keindahan alam yang sangat asri dengan hijaunya pohon, angin segar dan sejuk, dan lembah yang subur.

Mata pencaharian penduduk Kampung Naga sebagian besar adalah petani. Mereka mempunyai sawah di sekitar kampung, ada juga yang menggarap sawah orang lain. Sementara para istri, selain membantu di sawah, juga menumbuk hasil pertanian mereka di lumbung padi tradisional serta menjual berbagai suvenir.

Dibandingkan Suku Baduy, mereka lebih terbuka dengan modernisasi, terlihat dari penggunaan berbagai peralatan modern seperti televisi dan juga penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci. Menariknya, listrik tidak boleh masuk. Jadi mereka menonton Televisi dengan aki. Bagaimana ngecharge aki-nya? Mereka naik keluar kampung, karena di luar kampung boleh menggunakan listrik.

Kampung Naga merupakan kawasan dengan adat istiadat yang ketat

Kampung Naga Tasikmalaya (antara news)

Kampung Naga Tasikmalaya adalah sebuah kampung budaya yang oleh masyarakatnya masih berusaha dijaga keasliannya. Terdapat adat dan aturan yang tidak boleh dilanggar penghuninya. Jika melanggar, hak menghuni kampung ini hilang dan dia harus rela keluar dari Kampung Naga.

Kampung seluas 1,5 hektar ini terdapat 113 bangunan. Sebagian besar bangunan ini adalah perumahan, satu buah balai rakyat, satu buah Masjid dan satu buah bangunan terlarang di mana pengunjung tidak boleh masuk.

Karena keterbatasan rumah (yang dibatasi hanya 113 bangunan, dan dipagar di seluruh komplek kampung), maka keturunan baru dan para pemuda/pemudi yang sudah menikah harus meninggalkan komplek. Mereka inilah yang disebut sebagai Sanaga, masyarakat yang berada di luar wilayah pagar Kampung.

Masyarakat Kampung Naga merupakan suku Sunda Asli dan beragama Islam Sunda Wiwitan. Secara umum, ajaran Islam Sunda Wiwitan tidak jauh beda dengan ajaran Islam lainnya, tetapi mereka kental mengedepankan nilai-nilai budaya dan adat istiadat lokal.

Di Kampung Naga ada “hutan keramat” yang asri. Hutan keramat ini boleh dimasuki baik oleh orang dalam maupun luar kampung sebanyak 6 kali dalam setahun, dua kali di antaranya adalah setelah Idulfitri dan Iduladha.

Seluruh desain rumah hampir seragam. Terdapat tiga ruangan di dalam rumah; ruang tamu, satu kamar tidur dan dapur. Menariknya, dapurnya mengandalkan kayu bakar. Pertanyaannya, bagaimana agar api tidak menyebar dan tidak membuat bangunan rumah yang terbuat dari kayu beratapkan ijuk ini tidak terbakar?

Ternyata ada rumusnya: Pawon itu digali dan diletakkan di atas tanah. Pinggirannya dibuat kotak penghalang api dari semen sehingga api tidak keluar dari pawon. Sebuah kearifan lokal yang patut diapresiasi dan harus dipatuhi semua orang. Karena risiko kebakaran memang bisa berakibat fatal. Jika ada satu rumah terbakar, bisa-bisa seluruh kampung ikut terbakar. Hal ini pula bisa jadi tetua adat melarang listrik masuk agar tidak mudah terjadi kebakaran.

Baca Juga:

Indahnya alam pedesaan di Kampung Naga Tasikmalaya

Alam pedesaan Kampung Naga Tasikamalaya (wikipedia/Abdulrohmatt)

Untuk bisa sampai ke Kampung Naga Tasikmalaya, dari kampung luar kita harus menuruni 439 anak tangga. Jalan masuknya memang terus menurun dari perbukitan menuju lembah dan sawah. Mengasyikkan melihat hamparan sawah yang hijau. Di kejauhan terdapat semacam air terjun kecil.

Sumber air utama untuk Kampung Naga memang terdapat dari mata air pegunungan. Saya mencoba berwudu, airnya dingin menyegarkan. Nah, turun ke kampungnya memang mengasyikkan, tapi naiknya memang bikin ngos-ngosan.

Bayangkan, ada 439 anak tangga yang harus dilewati. Tapi jangan khawatir, di atas banyak warung yang menyediakan minuman dingin dan kelapa muda segar. Di sini, minum kelapa muda sungguh enak banget, apalagi habis ngos-ngosan naik tangga.

Baca Juga:

Bersantai sejenak sambil menikmati indahnya sungai Ciwulang serta pepohonan hijau yang menyejukkan merupakan pilihan tepat untuk rileks sejenak. Sayangnya, di kampung ini dilarang mendengarkan musik keras-keras dari music player atau menggunakan peralatan elektronik kamu namun sebagai gantinya anda bisa mendengarkan kicauan burung yang merdu.

Jika kamu ingin tinggal lebih lama di kampung ini maka penduduk setempat akan senang hati menyambut kamu. Namun, terlebih dahulu kamu harus meminta ijin kepada pejabat setempat beberapa hari sebelumnya. Di sini rumah-rumah penduduk terbuat dari kayu dan bambu dengan atap dari daun Kelapa atau Nipah.

Sebelum pulang dari tempat wisata Kampung Naga Tasikmalaya maka berhentilah sejenak di toko-toko cinderamata yang berada tidak jauh dari kampung ini. Di sana kamu bisa membeli dan membawa oleh-oleh berupa kerajinan tangan yang dibuat langsung oleh penduduk setempat seperti tas dan sandal. Untuk anak-anak, bisa membeli mainan kayu seperti mobil-mobilan, kapal terbang, dan sepeda motor. Semua cinderamata buatan penduduk Kampung Naga tersebut ditawarkan dengan harga yang terjangkau.

Oh iya, kalau mau mencoba bermalam di rumah mereka juga bisa. Biayanya Rp 150.000 per orang termasuk 3 kali makan. Tapi ingat, tidak ada listrik. Malam pakai petromak dan mandinya juga di kamar mandi semi terbuka.

Baca Juga: Alat Musik Tradisional Angklung Buhun, Kesenian Khas Masyarakat Badui Yang Penuh Aroma Mistis