Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi, pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha sekaligus monumen Buddha terbesar di dunia.
Yuk, lebih jauh mengenal candi Borobudur!
1. Asal nama Borobudur
Asal nama Borobudur tidak dapat diketahui secara pasti. Banyak teori atau cerita perihal asal nama Borobudur. Nama Borobudur pertama kali dikenal melalui buku karya Sir Thomas Stanford Raffles, yang berjudul “Sejarah Pulau Jawa”. Di buku tersebut, Raffles menulis mengenai sebuah monumen yang bernama Bore-budur.
Bore-Budur ditulis Raffles sebagai sebutan desa terdekat dengan candi tersebut, yaitu desa Bore (Boro). Untuk nama Budur sendiri, berkaitan dengan dengan istilah buda yang dalam bahasa jawa berarti purba. Ada juga arkeolog yang beranggapan bahwa nama budur berasal dari istilah budhara yang berarti gunung.
2. Struktur Candi Borobudur
Candi Borobudur dibangun dengan gaya Mandala yang melambangkan alam semesta dalam ajaran Buddha. Struktur candi borobudur ini berbentuk persegi dengan empat titik masuk dan titik pusat melingkar. Struktur Candi Borobudur terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang di atasnya terdapat tiga pelataran melingkar. Pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.
Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia. Stupa utama terbesar terletak di tengah sekaligus menjadi mahkota bangunan ini. Stupa ini dikelilingi oleh tiga barisan melingkar dengan 72 stupa berlubang. Stupa-stupa ini di dalamnya terdapat arca Budha yang sedang duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
3. Fungsi candi Borobudur
Candi Borobudur dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha. Tempat ini sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.
Para peziarah bisa masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam. Lalu terus berjalan naik ke undakan berikutnya, melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah kāmadhātu (ranah hawa nafsu), rupadhatu (ranah berwujud), dan arupadhatu (ranah tak berwujud). Peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Hingga kini, Candi Borobudur masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan. Setiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan luar negeri berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak.
Baca Juga: 5 Karya Arsitektur Indah, Kuno, dan Menawan di Indonesia
4. Sejarah penemuan kembali candi Borobudur
Candi Borobudur sempat hilang karena tertimbun oleh tanah dan debu vulkanik, yang berasal dari letusan besar gunung Merapi. Akibat dari letusan dahsyat gunung Merapi tersebut, Candi Borobudur, ditinggalkan karena banyak rakyat yang mengungsi. Letusan gunung merapi tersebut, juga menyebabkan pemindahan ibu kota Kerajaan Medang yang berada di Magelang, ke Jawa Timur.
Candi Borobudur ditemukan kembali pada tahun 1814. Saat itu nusantara dijajah oleh Inggris. Sir Thomas Stanford Raffles yang menjabat gubernur jenderal Inggris atas tanah jawa menemukan bebatuan berukir di sekitar desa Bumisegoro, Magelang. Kala itu Raffles dalam perjalanan ke Semarang.
Bukit yang diyakini bekas wihara tersebut, kemudian diteliti dan digali kembali. Sejak itu Borobudur telah mengalami beberapa kali pemugaran.
5. Tiga Candi Serangkai
Selain Borobudur, terdapat beberapa candi Buddha dan Hindu di kawasan ini. Pada masa penemuan dan pemugaran di awal abad ke-20 ditemukan candi Buddha lainnya yaitu Candi Mendut dan Candi Pawon yang terbujur membentang dalam satu garis lurus.
Awalnya posisi ini diduga hanya suatu kebetulan saja. Namun berdasarkan dongeng penduduk setempat, dulu terdapat jalan berlapis batu yang dipagari pagar di kedua sisinya yang menghubungkan ketiga candi ini. Namun bukti fisik adanya jalan dan pagar yang menghubungkan 3 candi tersebut, tidak dapat ditemukan.
Ketiga candi ini memiliki kemiripan langgam arsitektur dan ragam hiasnya. Tiga serangkai candi tersebut memang berasal dari periode yang sama, dan memperkuat dugaan adanya keterkaitan ritual antar ketiga candi ini. Tidak jauh di sebelah utara Candi Pawon ditemukan reruntuhan bekas candi Hindu yang disebut Candi Banon.
Itulah 5 hal yang menarik dari candi Borobudur. Yuk, kita jaga Candi Borobudur sebagai salah satu mahakarya terbaik nusantara yang telah ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.
Baca juga: Akulturasi Budaya Jawa dengan Islam Melalui Ketupat