Cerita Tentang Kiai Cokro, Tongkat Pangeran Diponegoro Yang Dikenal Sebagai Simbol Pemimpin Besar


Foto Anies Baswedan Memegang tongkat Pengeran Diponegoro

Foto Anies Baswedan memegang tongkat Pangeran Diponegoro kembali jadi sorotan di media sosial, baru-baru ini. Padahal sebetulnya itu merupakan momen lebih dari sembilan tahun yang lalu.

Anies, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), mewakili pemerintah Indonesia menerima langsung pengembalian Tongkat Kiai Cokro.

Apakah benar Pangeran Diponegoro memiliki tongkat pusaka?

Sejak zaman penjajahan, Belanda menyimpan Tongkat Pangeran Diponegoro di negaranya. Pengembalian tongkat Pangeran Diponegoro pun dilabeli Top Secret Operation yang memicu polemik setelah penguasa di negeri ini berebut untuk menerimanya pertama kali.

Tongkat Pangeran Diponegoro juga dikenal sebagai Kiai Cokro merupakan pusaka bersejarah yang sering menemani Pangeran Diponegoro ketika ziarah dan tirakat ke Pesisir Selatan Jawa. Tongkat ini punya gagang besi ukir berbentuk cakra yang dibuat khusus merujuk senjata Dewa Wisnu dalam mitologi Jawa.

Tongkat Kiai Cokro sangat unik karena memiliki kepala berbentuk lingkaran yang ternyata adalah simbol matahari dilengkapi dengan bintang serta bulan. Simbol itu lambang dari pergerakan melawan kezaliman dan harapan untuk mendapat keselamatan dunia dan akhirat bagi pangeran Diponegoro dan pengikutnya.

Sayangnya, tak diketahui secara pasti kapan dan dari mana Pangeran Diponegoro memperoleh tongkat itu. Berdasarkan penelitian, tongkat tersebut diperkirakan telah ada sejak abad ke-18.

Sejarah tongkat pusaka itu pun juga belum diketahui secara pasti. Tapi dari bukti-bukti yang ada seperti foto dan lukisan di Museum Diponegoro, tidak pernah muncul Pangeran Diponegoro memiliki tongkat.

Cerita Tongkat Pangeran Diponegoro dibawa ke Belanda dan diserahkan kembali ke Indonesia

Perlu diketahui, tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro berbentuk setengah lingkaran ini disimpan selama 183 tahun oleh keluarga Baud di Belanda, yang pada 2015 mengembalikannya secara langsung pada pemerintah Indonesia.

Cerita singkat disampaikan keluarga Baud tentang keberadaan Tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro selama di Belanda. Sebagai ahli waris Jean Chretien Baud, menyerahkan tongkat Kanjeng Kyai Tjokro (Cakra) yang pernah dimiliki oleh Pangeran Diponegoro. Tongkat ini diberikan kepada leluhur Baud pada tahun 1834. Tongkat Pusaka tersebut diterima leluhur Baud ketika itu sebagai hadiah dalam sebuah periode yang bergejolak akibat adanya persaingan politik dan hubungan kekuasaan kolonial.

Dengan berjalannya waktu dan generasi silih berganti, sejak ayahanda Jean meninggal dunia pada tahun 2012, tongkat tersebut di simpan di rumah saudara perempuan bernama Erica. Pada bulan Agustus 2013, pihak keluarga dihubungi oleh Harm Steven dari Rikjsmuseum yang menyampaikan tentang asal usul tongkat itu. Kemudian tahap terakhir dimulai, tongkat tersebut diperiksa oleh sejumlah ahli yang memastikan asal usul tongkat yang pernah dimiliki oleh Pangeran Diponegoro.

Sebagai ahli waris dalam berbagai era sejarah, pihak keluarga sadar betapa pentingnya penemuan ini dan tanggung jawab untuk merawat tongkat pusaka tersebut. Pihak keluarga telah membahas makna dan konteks pemberian tongkat pusaka tersebut dari leluhur. Keputusan untuk memberikan tongkat pusaka itu kembali kepada Bangsa Indonesia muncul.

Keputusan itu diambil, dan pameran yang didedikasikan kepada kehidupan dan karya Pangeran Diponegoro menjadi saat yang tepat untuk menyerahkan kembali tongkat pusaka Pangeran Diponegoro kepada Bangsa Indonesia.

Pihak keluarga berharap bahwa penyerahan tongkat pusaka Pangeran Diponegoro menjadi momentum yang penting secara simbolis dalam memasuki era baru yang diisi dengan saling menghormati, persahabatan, dan kebersamaan.

Kini, kisah seputar benda peninggalan itu telah menciptakan gelombang spekulasi di media sosial. Beberapa pihak menganggap bahwa penyerahan tongkat Diponegoro kepada Anies Baswedan cukup mencuri perhatian.

Baca Juga:

Mitos seputar Tongkat pangeran Diponegoro

Mitos yang berkembang di masyarakat Jawa menyebutkan bahwa orang yang memegang tongkat sakti tersebut akan mendapatkan kekuatan dan pengaruh tertentu, menambah kontroversi terkait pengalihan penerima tongkat.

Setelah bertahun-tahun Kiai Cokro Pangeran Diponegoro berada di negeri kincir angin, Pemerintah Belanda memutuskan untuk menyerahkannya kembali ke Pemerintah Indonesia.

Anies Baswedan, saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menjadi orang Indonesia pertama yang menerima sekaligus memegang tongkat cakra Diponegoro.

Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro atau Kiai Cokro memiliki mitos tersendiri. Dalam falsafah Jawa, sang penerima Cakra dimitoskan sebagai orang yang berpeluang menjadi pemimpin besar.

Sumber:

  • Tongkat Pusaka Pangeran Diponegoro Telah Kembali, kemendikbud.go,id, 2015
  • Tongkat Kiai Cokro, Pusaka Pangeran Diponegoro Untuk Perjalanan Spritual, historia.id,2023

Baca Juga: Kisah Sejarah Lagu Indonesia Raya, Dari Awal Tercipta Hingga Menjadi Lagu Kebangsaan