PuisiSastra

Balada Sang Tulang Rusuk

Konon dialah si tulang rusuk

Bukan untuk menyangga tubuh

Namun agar selalu menemani

Makhluk lemah yang perlu dilindungi

Tapi lihatlah kini

Zaman sudah berganti

Begitu banyak tulang rusuk yang ingin berganti peran

Menjadi tulang punggung untuk menegakkan badan

Menyusuri jalanan penuh debu dan asap

Demi sebuah pengakuan aktualisasi diri

Ataupun juga emansipasi

Salahkah jika pada akhirnya nanti

Perannya benar-benar terganti

Renungkanlah wahai kaum lelaki

Sebab di tanganmu semua kunci

Yang menjadikannya bengkok atau tak lurus lagi

Bahkan mematahkannya berkeping-keping

Menjadi serpihan luka yang tersiram air cuka

Perih dan tak ada yang menghiraukannya

Tidak ada kata terlambat jika kau ingin sesali

Menjadikannya permata hati yang tak lagi merintih

Menanggung semua beban hidup dan berpura-pura tabah

Menjalani hari demi hari yang kian tak bersahabat

Mendudukkannya di sisi singgasana dengan segala kenyamannya.

Tak perlu bersikap seolah kuat dan mampu menahan rasa

Meskipun logika memang sudah dijungkirbalikkan

Di zaman roda semakin cepat berputar

Hitam jadi putih secepat membalikkan telapak tangan

Hatinya yang terlanjur menyimpan segala macam angan-angan

Tidak serta merta bisa dihentikan

Atau ini memang tak perlu ditutupi lagi

Bukan karna sang lelaki namun tekad diri sendiri

Yang selalu mencari dan terus mencari tiada henti

Meski sudah jenuh

Tak jua hati puas dan menerima

Semua takdir kehendak Sang Pencipta

Entahlah

Siapa penyebab semua gonjang-ganjing

Kerusakan di muka bumi

Apakah tulang punggung yang tak pernah mengerti

Atau tulang rusuk yang tak tahu diri

Inilah takdir kehidupan

Kadang lurus kadang berbelok arah

Yang sangat dipinta

Tak ada yang terwujud jua

Pun sebaliknya

Jika kemalangan menyapa

Tiada henti silih berganti

Hingga nafas sesak tak mampu berpikir lagi

Masihkan belum sadar diri

Wahai dua insan yang susah mengerti

Bahwa hidup bukanlah permainan monopoli

Semu dan penuh janji-janji

Ketika permainan berakhir

Semua harus tersingkir

Tanpa peduli kau akan sakit hati

Karna ternyata itu hanya mimpi

Saatnya bangun dan menata diri

Menjalankan kodrat dan takdir Ilahi

Baca Juga: CERITA KELAM SINGOSARI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button