Pasca Big Bang! 5 Hipotesis Tentang Proses Terbentuknya Tata Surya

Pernahkah kamu menatap langit malam dan bertanya-tanya dari mana semua materi ini berasal? Bagaimana Bumi, matahari, dan planet-planet lainnya bisa terbentuk?
Terbentuknya tata surya kita adalah salah satu peristiwa paling megah dalam sejarah alam semesta. Berlangsung sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu. Selama bertahun-tahun, telah banyak teori-teori dan hipotesis-hipotesis yang dikemukakan. Ilmu yang mempelajari dan menyusun hipotesis-hipotesis atau teori tentang terjadinya tata surya dan bumi disebut kosmogoni.
Berikut ini beberapa hipotesis yang telah dikemukakan oleh para ahli kebumian yang berkaitan dengan proses terbentuknya tata surya, yaitu:
1. Hipotesis Nebula
Proses bagaimana terjadinya Bumi dan Tata Surya kita ini telah lama menjadi bahan perdebatan di antara para ilmuwan. Banyak pemikiran-pemikiran yang telah dikemukakan untuk menjelaskan terjadinya planet-planet yang menghuni Tata Surya kita ini. Salah satu diantaranya yang merupakan gagasan bersama antara tiga orang ilmuwan yaitu, Immanuel Kant, Pierre Marquis de Laplace, dan Helmholtz. Mereka beranggapan adanya suatu bintang yang berbentuk kabut raksasa dengan suhu yang tidak terlalu panas karena penyebarannya yang sangat terpencar.
Benda tersebut yang kemudian disebutnya sebagai awal-mula dari matahari, digambarkannya sebagai suatu benda (masa) yang bergaris tengah 2 bilyun mil yang berada dalam keadaan berputar. Gerakan tersebut menyebabkan matahari ini secara terus-menerus akan kehilangan daya energinya dan akhirnya mengkerut. Akibat dari proses pengkerutan tersebut, maka ia akan berputar lebih cepat lagi.
Dalam keadaan seperti ini, maka pada bagian ekuator kecepatannya akan semakin meningkat dan menimbulkan terjadinya gaya sentrifugal. Gaya ini akhirnya akan melampaui tarikan dari gaya beratnya, yang semula mengimbanginya, dan menyebabkan sebagian dari bahan yang berasal dari matahari tersebut terlempar. Bahan-bahan yang terlempar ini kemudian dalam perjalanannya juga berputar mengikuti induknya, juga akan mengkerut dan membentuk sejumlah planet-planet.
Sekitar 5 milyar tahun yang lalu, nebula mulai kontraksi karena gaya gravitasi dan mulai berputar dan menjadi lebih pipih. Pada akhirnya, matahari mulai mengalami fusi dan planet-planet baru terbentuk dan mulai memisahkan diri. Unsur-unsur dan komponen-komponen kimia yang lebih berat bergerak ke bagian tengah atau pusat dan material batuan membentuk kerak. Planet-planet yang baru terbentuk serta bulan melepaskan gas yang merupakan pembentukan awal dari atmosfir.
Baca Juga:
2. Hipotesis Planetisimal
Karena ternyata masih ada beberapa masalah yang berkaitan dengan kejadian-kejadian di dalam tata surya yang tidak berhasil dijelaskan dengan teori ini, maka muncul hipotesis baru lainnya yang mencoba untuk memberikan gambaran yang lebih sempurna. Salah satu nya adalah yang disebut dan dikenal sebagai teori Planetisimal yang dicetuskan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R. Moulton.
Teori ini mengemukakan adanya suatu Bintang yang besar yang menyusup dan mendekati matahari. Akibat dari gejala ini, maka sebagian dari bahan yang membentuk matahari akan terkoyak dan direnggut dari peredarannya. Mereka berpendapat bahwa bumi kita ini terbentuk dari bahanbahan yang direnggut tersebut yang kemudian memisahkan diri dari matahari.
Sesudah itu masih ada bermunculan hipotesis lainnya yang juga mencoba menjelaskan terjadinya planet-planet yang mengitari Matahari. Tetapi rupanya kesemuanya itu lebih memfokuskan terhadap pembentukan planet-planet itu sendiri saja tanpa mempedulikan bagaimana sebenarnya matahari itu sendiri terbentuk.
3. Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesa pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet.
Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.
4. Hipotesis Kondensasi
Astronom Gerard P. Kuiper (1905 – 1975) menjelaskan bahwa alam semesta terdiri atas formasi bintang-bintang. Menurut dia pusat yang memadat berkembang dalam suatu awan antarbintang dari gas hidrogen. Pusat yang satu lebih besar daripada pusat yang lainnya, kemudian memadat menjadi bintang tunggal, yaitu matahari.
Peristiwa berikutnya, kabut menyelimuti pusat yang lebih kecil yang disebabkan adanya daya tarik dari massa yang lebih besar, menyebabkan awan yang lebih kecil terpecah-pecah menjadi awan yang lebih kecil yang disebut proto planet.
Setelah suatu periode yang lama, proto planet tersebut menjadi planet-planet seperti yang kita lihat sekarang ini. Bila kedua awan mempunyai ukuran yang sama maka akan terbentuk bintang ganda. Formasi bintang ganda sangat sering terjadi di alam semesta ini.
Ketika matahari memadat, ia akan menjadi begitu panas sehingga sebagian besar energi radiasi dipancarkan. Energi itu cukup kuat untuk mendorong gas- gas yang lebih terang, seperti hidrogen dan helium dari awan yang
menyelubungi protoplanet-protoplanet yang paling dekat dengan matahari.
Baca Juga:
5. Hipotesis Bintang Kembar
Teori ini mungkin cukup ‘unik’ dan berbeda dari sebelumnya. Teori ini dikemukakan oleh Raymond Arthur Lyttleton, seorang ilmuwan berkebangsaan Inggris pada tahun 1956. Menurutnya, sebelum galaksi terbentuk, terdapat dua ‘bintang raksasa’ di luar angkasa. Teori ini didukung banyak ahli astronomi karena dewasa ini banyak diketemukan bintang ganda atau kembar.
Salah satu dari dua bintang ini meledak dan hancur membentuk serpihan berupa batuan, gas, debu, dan berbagai material lainnya. Kemudian, pecahan dari bintang yang meledak tersebut mengambang-ambang di angkasa dan perlahan-lahan mengorbit ke bintang yang masih utuh.
Pecahan-pecahan dari bintang yang meledak itu lama kelamaan menjadi planet beserta penyusun sistem tata surya lainnya, sementara bintang yang masih utuh (tidak meledak) kemudian menjadi matahari.
Itulah beberapa hipotesis tentang proses terbentuknya tata surya. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: 8 Teori Sains Tentang Alam Dalam Alquran, Sudah Sejak 14 Abad Lalu!

















