Gabungkan Budaya Tradisional dan Teknologi Maju, Berikut 10 Fakta Menarik Kasepuhan Cipta Gelar


Kampung adat Kasepuhan Cipta gelar (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat)

Kasepuhan Cipta Gelar adalah komunitas adat yang berada di lereng gunung Halimun dan sepanjang sungai Cibareno Girang, kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Di mana Kasepuhan ini masih memegang teguh kebudayaannya mereka sesuai dengan amanat dari para leluhur nya.

Adapula kepala dari Kasepuhan Cipta Gelar ini diketuai oleh “Abah” sebagai pemangku struktur kelembagaan adat berdasarkan garis keturunan. Pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama para warganya yang dianggap sebagai sesuatu yang sakral serta memiliki aturan adatnya sendiri. Hasil-hasil pertanian yang sudah ditanam tidak boleh diperjualbelikan melainkan diistimewakan dan dimuliakan.

Proses pengolahan pertaniannya pun tidak diperkenankan untuk memakai alat-alat modern seperti traktor melainkan harus menggunakan alat tradisional.

Kasepuhan Cipta Gelar ini mempunyai prinsip dalam rangka memegang teguh adat dan tradisi untuk melestarikan alam dengan membagi 3 zona wilayah hutan menjadi titipan, tutupan dan garapan.

Hingga saat ini Kasepuhan Cipta Gelar masih menjaga kelestarian alam dengan menggunakan pembagian tersebut, Kasepuhan Cipta Gelar yakin bahwa hutan dan alam lainnya merupakan suatu unsur penting yang dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup manusia sehingga alam dan ekosistem lainnya perlu dijaga bersama.

Baca Juga:

Meskipun Kasepuhan Cipta Gelar sangat erat berkaitan dengan adat istiadat dan tradisi yang mengharuskan warganya menggunakan cara-cara tradisional, Kasepuhan Cipta Gelar tidak menolak adanya sebuah teknologi, Kasepuhan Cipta Gelar menyadari bahwa teknologi juga merupakan sesuatu yang penting yang dapat beriringan sejalan dengan nilai adat dan tradisi yang berada di Kasepuhan Cipta Gelar.

Wahh penasaran kan? Kok bisa ya menyeimbangkan antara tradisi tradisional khas leluhur dengan teknologi? Ada fakta unik apa saja sih di Kasepuhan Cipta Gelar? Simak ulasannya dibawah ya!

1. Tradisi Bertani yang unik

Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Kasepuhan Cipta Gelar yang Sebagian besar Bertani di sawah, kebun, dan ladang. Pertanian menjadi sebuah ritual adat yang penting dan sakral sehingga dalam proses pertanian itu sendiri terdapat aturan-aturan adat tersendiri yang diterapkan masyarakat Kasepuhan Cipta Gelar.

Pertanian juga menjadi sebuah alasan terbentuknya Kasepuhan Cipta Gelar ini, para masyarakat di Kasepuhan Cipta Gelar terus melestarikan system pertanian tradisional yang khas secara turun-temurun.

Terdapat beberapa proses ritual yang dilakukan selama satu siklus masa tanam padi. Siklus ini terdiri dari:

a. Ngaseuk

Ngaseuk adalah proses awal penanaman padi, kata ngaseuk mempunyai arti menanam padi di lahan kering (huma) dengan menggunakan tongkat berujung lancip (aseuk) untuk melubangi tanah sebagai tempat benih padi yang akan ditanam. Proses ini dimulai saat Abah (Pemimpin Kasepuhan Cipta Gelar) turun ke lahan kering (huma) untuk memimpin prosesi ritual yang menjadi penanda waktu penanaman padi telah dimulai.

b. Mipit

Mipit mempunyai arti memetik atau menuai, di mana proses ini menggunakan pisah kecil (etem) untuk mendapatkan padi yang masih utuh sampai batangnya. Hasil dari padi tersebut kemudian diikat dan dijemur hingga kering selama beberapa minggu sebelum dimasukkan ke dalam leuit atau lumbung padi.

Dalam prosesi mipit ini terdapat 3 proses, diantaranya yaitu : mabay yang di mana proses ini adalah memilih dua dapuran padi yang bersisian dan dianggap serasi untuk disatukan dalam satu ikatan menggunakan daun padi yang sudah dianyam. Selanjutnya proses mipit pare menggunakan sebilah pisau kecil dipotong sesuai dengan ukuran sekepal tangan dari padi yang telah dianyam. Yang terakhir adalah prosesi dibuat dimana padi dipetik oleh semua kalangan baik perempuan maupun laki-laki, anak-anak hingga orang tua.

c. Nganyaran

Nganyaran memiliki arti menikmati hasil padi yang telah ditanam, kegiatan ini dimulai denga kegiatan nutu yaitu menumbuk padi yang telah dipanen menggunakan alat penumbuk yang masih tradisional kemudian dilanjutkan dengan kegiatan prosesi ngisikan yaitu mencuci beras yang sudah ditumbuk hingga ke proses nyangu memasak nasi yang dipimpin oleh istri abah.

d. Ponggokan

Ponggokan ini diartikan sebagai penyerahan batiniyah kepada orang tua atau sesepuh adat untuk menyerahkan jiwa. Dahulunya proses ini diawali dengan sapu lidi untuk menghitung jumlah penduduk dan menyerahkan hasil panennnya, hewan, kendaraan. Seiring perkembangan zaman, prosesi ini dapat digantikan dengan nominal uang.

e. Serentaun

Merupakan upacara adat dalam menghormati leluhur dan pemuliaan Dewi Sri atau Nyai Pohaci Sanghyang Asri sebagai dewa kesuburan dan pertanian. Serentaun ini adalah sarana untuk bersyukur kepada sang pencipta atas hasil pertanian yang mereka dapatkan dan berharap semoga hasil pertanian semakin meningkat setiap tahunnya.

2. Adanya gaya arsitektur lumbung padi yang khas

Lumbung padi atau Leuit yang biasa disebut oekh masyarakat Kasepuhan Cipta Gelar mempunyai fungsi sebagai tempat penyimpanan hasil padi yang terbuat dari bahan material alami seperti kayu, bambu, batu dan lainnya yang diperoleh di sekitaran Kasepuhan karena kondisi geografis Kasepuhan Cipta Gelar yang terletak di kaki Gunung Halimun. Pondasi Leuit dibangun memakai kayu hurubatu dengan dinding terbuat dari anyaman bambu, lalu atapnya terbuat dari hateup dan ijuk, alasnya pun menggunakan dua lapis daun terap.

Proses pembuatan Leuit ini dilakukan oleh seorang yang ahli dalam bidangnya atau seringkali juga masyarakat bergotong royong membuat Leuit ini. Leuit juga dianggap sebagai sesuatu yang sakral oleh masyarakat di sana Leuit tersebut adalah Leuit Jimat yang digunakan sebagai wadah hasil padi para masyarakat di sana.

Baca Juga:

3. Melestarikan ekosistem alam

Selain dalam hal pertanian masyarakat Kasepuhan Cipta Gelar pun meletarikan alam lainnya seperti hutan yang dibagi menjadi 3 wilayah zona, yang tujuannya agar kelestarian hutan tetap terjaga. Adapun pembagian zona wilayah tersebut dibagi sebagai berikut ini :

  • Leuweung Titipan: Kawasan wilayah hutan yang disakralkan oleh masayarakat Kasepuhan Cipta Gelar. Tidak boleh ada yang memasuki wilayah ini apalagi hingga menebang pohon atau mengambil sesuatu dari hutan ini, karena jika hal tersebut dilakukan dikhawatirkan akan terjadi bencana atau hal yang tidak diinginkan.
  • Leuweung Tutupan: Kawasan ini berfungsi sebagai penyangga kehidupan atau hutan yang dilindungi. Hutan ini dibolehkan untuk dimanfaatkan hasilnya oleh masyarakat di sana, namun tetap ada Batasan untuk mengambil hasil dari hutan ini.
  • Leuweung Garapan: Kawasan ini diperuntukan untuk area pemanfaatan dalam bidang sawah, ladang dan perkebunan. Masyarakat dapat memanfaatkan hutan ini dengan mengambil hasil alamnya tapi jangan sampai berlebihan.

4. Mempunyai Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

Pembangikt Listrik Tenaga Mikrohidro sudah dibangun sejak 1985, Pembangkit ini dibangun berdasarkan kebutuhan masyarakat Kasepuhan yang membutuhkan aliran air serta sumber energi yang ramah lingkungan tanpa merusak lingkungan.

Oleh karena itu Kasepuhan Cipta Gelar mengembangkan Mikrohidro dengan memanfaatkan aliran sungai di sekitaran Kasepuhan. Dengan adanya pembangkit ini masyarakat dapat menjaga kelestarian alam serta menjaga tradisi, nilai serta budaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

5. Mempunyai Saluran TV Komunitas dan Radio

Selain Pembangkit Listrik yang menggunakan teknologi mikrohidro, Kasepuhan Cipta Gelar mempunyai saluran televisinya sendiri bernama “Ciga TV”. Dalam saluran televisi “Ciga TV” Kasepuhan Cipta Gelar menampilkan keseharian masyarakat dalam bertani dan hal-hal yang berkaitan dengan pertanian. Selain itu terdapat juga saluran radio bernama Radio Swara Ciptagelar yang menampilkan lagu-lagu khas sunda yang seringkali didengarkan oleh masyarakat Cipta Gelar.

6. Menggunakan wifi

Meskipun masyarakat Cipta Gelar sangat kental akan budaya dan tradisinya, mereka pun tidak mau sampai ketinggalan informasi diluar yang dapat bermanfaat bagi kehidupan mereka. Oleh karena itu, Kasepuhan Cipta Gelar menggunakan wifi secara bersama-sama untuk dipakai mendapatkan informasi. Adapun untuk pengunannya tetap dibatasi agar nilai tradisi dan budaya di sana tetap diterapkan dan jangan sampai hilang tergantikan oleh budaya luar.

Baca Juga:

7. Menyelenggarakan pertunjukan seni tradisional Gacle khas kasepuhan Cipta Gelar

Selain budaya bertani dan menjaga kelestarian alam, masyarakat disana mempunyai kesenian sunda bernama Gacle yang merupakan penampilan seni yang dilakukan oleh beberapa orang pada malam hari dengan menggabungkan budaya seni tari, sulap dan drama.

Kesenian Gacle ini mengandung unsur magis di dalamnya dimana pada awal pertunjukan dimulai dengan para pemain dalam keadaan terikat tidak sadarkan diri lalu diiringi oleh tabuhan beberapa alat musik. Dalam setiap penampilannya, kesenian Gacle mempunyai makna tersendiri bagi para pemain maupun penontonnya. Sehingga tak heran jika kesenian Gacle ini masuk ke dalam Warisan Budaya Takbenda oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

Nah, itulah fakta unik dari Kasepuhan Cipta Gelar, keren dan patut ditiru ya menggabungkan kebudayaan dan teknologi untuk bisa bertahan hidup. Dari fakta-fakta diatas juga dapat diambil kesimpulan bahwa budaya dan teknologi dapat beriringan tanpa menghilangkan nilai asli dari budaya tersebut.

Jika kita menggunakan teknologi sebaik mungkin dan tetap menerapkan nilai budaya asli maka penggabungan seperti yang terjadi di Kasepuhan Cipta Gelar pun bisa kita terapkan. Mari kita tetap menerapkan nilai tradisi dan budaya sambil menggunakan teknologi sebaik mungkin.

Baca Juga: Mengenal Arsitektur 7 Rumah Adat Nusantara, Sederhana Namun Fungsional

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.


Emperor