Review Novel Paradigma, Memahami Gangguan Mental Dengan Cara Paling Lembut


Sampai di mana kalian mengenal kehidupan? Apakah sudah sampai pada memahami orang lain, atau tidak peduli terhadap orang lain?

Hari ini, saya memulai dengan review novel kembali, saya membawa novel dengan jenis bacaan yang sulit saya utarakan kembali, karena kisahnya yang sangat menyentuh. Untuk sebagian orang, gangguan mental mungkin dipandang mengada-ada, ataupun mungkin menganggap mereka yang memiliki keadaan seperti ini adalah hina, jadi wajib dikucilkan.

Itu salah besar! Itu salah kaprah!

Bahkan jika itu datangnya dari anak kecil sekalipun, itu adalah keadaan yang paling serius, butuh penanganan khusus, butuh perlindungan lebih ekstra, butuh dukungan yang paling tulus dari sesama kita.

Maka, untuk menghilangkan persepsi-persepsi yang buruk terhadap keadaan khusus seseorang, saya hadirkan review novel ini, agar kita semua paham dan saling memahami apa itu gangguan mental, agar kita sama-sama introspeksi diri, tidak melulu saling tuduh dan menghakimi.

Jadi mari saya ulas, novel yang banyak menginspirasi ini, simak!

Informasi Novel Paradigma:

  • Judul: Paradigma
  • Penulis: Syahid Muhammad
  • Penerbit: Gradien Mediatama
  • Tahun terbit: 2018
  • Jumlah halaman: 316 halaman
  • Ukuran Novel: 13 x 19 cm
  • ISBN: 978 – 602 – 208 – 169 – 2

Sinopsis Novel Paradigma

Novel Paradigma, berkisah tentang Rana, tokoh pria utama yang misterius, yang mempunyai kegemaran menggambar dan melukis. Rana mempunyai pikiran yang di luar orang-orang biasa pikirkan, dia juga kadang terlalu tenang dengan dunianya sendiri.

Kemudian di antara kisah Rana, ada Anya dan Ola yang menjadi pelengkap sekaligus yang membuat Rana tidak tau arah. Rana pria yang lembut, dengan pikiran yang kritis, sehingga bisa cocok dengan Anya yang menyukai dunia sastra. Tapi Rana lupa pada Ola, yang jelas-jelas adalah pacarnya sendiri, sehingga menimbulkan kesalahpahaman.

Cerita berkembang menjadi semakin kompleks, diawali dengan terungkapnya keadaan Rana yang jauh dari kata baik-baik saja, hingga kampus tempat Rana berkuliah sempat geger, karena Rana tiba-tiba menjadi pribadi lain dan datang ke kampusnya.

Pendapat Saya Tentang Novel Paradigma:

“Rasa bersalah itu adalah luka yang datang dari kehilangan kontrolnya akan diri sendiri.”

Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Mas Syahid Muhammad yang sudah menulis novel ini begitu indah dan bermanfaat.

Saya akan langsung memulai, pada saat saya selesai baca novel ini, kesan pertama terhadap novel ini adalah perang batin, sakit hati dan tiba-tiba membeku di tempat, sesak sekali rasanya.

Saya beberapa kali menyangkal keadaan, menyangkal beberapa kali rasa empati dan simpati, dan pura-pura lebih tegar untuk tidak menangis tersedu, namun nihil, saya hancur, ambruk, dan runtuh.

Saya sakit dan mencoba mencari titik terkuat saya kembali. Novel ini membuat saya bingung bagaimana saya harus mereview, dari sudut pandang mana saya harus bercerita. Sekali lagi novel ini membuat saya menyadari akan pentingnya keberadaan, dan ketiadaan.

Hancur sudah pertahanan saya, jalan ceritanya membuat saya merekam kejadian demi kejadian lalu yang memporak-porandakan kejiwaan saya. Menceritakan tentang masalah gangguan mental, sungguh sangat sulit dan sangat jarang orang akan menerima itu, tapi Mas Syahid Muhammad, mampu menjelaskan dengan detail dengan cara paling lembut, santun, dan puitis.

Pembahasannya meskipun berat, tapi masih bisa diterima, dan seakan menjadi kebutuhan saya untuk belajar lagi, memahami kehidupan. Bukan hanya tokoh utama yang sudah pasti disorot, tapi Mas Sayid juga membahas kehidupan setiap karakter dalam novelnya, jadi kita bisa memahami dari segala sudut.

Novel ini bercerita tentang keberadaan jiwa yang tak ingin mereka tonjolkan dan bahkan mereka juga tidak mengetahui keberadaan jiwa yang lain itu, jiwa yang dengan rentannya mereka sembunyikan dalam diri mereka yang paling dalam.

Tapi atas segala cengkeraman dalam dirinya itu, sesekali muncul juga, sekalipun pada sosok yang dengan siap menerima mereka dengan segala keterbatasan mereka akan sebuah pengertian dan pengetahuan.

Novel ini mengangkat sebuah tema yang bagi sebagian manusia lainnya aib, dianggap tabu, dengan adanya novel ini yang menyampaikan akan pentingnya sebuah keadaan psikologis manusia, serta kesehatan psikologis manusia diharapkan banyak dari kita mulai consent akan gejala yang menyerang dari keadaan psikologis seseorang, yang kesehatan psikologisnya sedang tidak baik-baik saja.

Novel ini juga ditujukan bagi mereka yang merasa berbeda dengan orang lain untuk menerima diri kalian dengan baik, mencintai lebih baik dari kalian mencintai orang lain, menyadari dan jangan takut untuk meminta bantuan kepada mereka yang kompeten dalam menangani keadaan spesial kalian. Masih ada kok, orang-orang yang peduli terhadap keadaan terpuruk kita, jangan khawatir mintalah bantuan pada mereka.

Baca Juga: Review Novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Pesan saya untuk sekalian makhluk yang mengatasnamakan dirinya “normal”

Keadaan ini sangat darurat, dan butuh semua orang untuk bekerja sama, jadi saya berharap, kalian dapat juga ikut andil dan peduli dalam penanganan dan pemulihan bagi saudara, teman ataupun mereka yang sangat membutuhkan kita.

Untuk itu, siapa pun kalian yang mendeklarasikan keadaan normal, mulailah paham atas mereka yang butuh perhatian lebih dari kita, mulailah sedikit meredam perasaan untuk mengasingkan mereka, karena sejatinya mereka juga sama seperti kita, ingin keberadaan mereka diterima dan diakui.

Dan bagi kita yang menganggap keadaan kita paling normal, saya dengan penuh rasa hormat mengajak kalian untuk menjadi yang pertama yang menerima keberadaan situasi spesial yang di derita oleh mereka. Sejatinya mereka juga sama ingin menjadi normal seperti kalian, namun bagaimana mereka menerima keadaan mereka sendiri, jika kita yang dengan bangganya mendeklarasikan keadaan kita normal menjatuhkan, bahkan mengucilkan mereka.

Sejatinya mereka juga sama seperti kalian yang menghindari keadaan yang serba menghakimi itu, dan sejatinya mereka juga sama seperti kalian yang ingin diakui dan dipandang seutuhnya tanpa paradigma yang memberatkan keberadaan kita.

Keberadaan kita penting dan penerimaan kita jauh lebih penting, bukankah sejatinya memberi itu jauh lebih baik dari pada menerima? Maka mulailah memberi rasa percaya diri kepada mereka yang kebetulan butuh bimbingan khusus dalam menjalani kehidupan mereka, berikanlah rasa nyaman dan cinta kasih, karena sesungguhnya sikap seperti itu juga yang akan memenuhi kebutuhan kita. Jangan memaksakan apa yang ingin kalian lihat, tapi lihatlah apa yang seharusnya kita rasakan, lihatlah apa yang seharusnya hati kalian inginkan.

Pesan untuk mereka yang tengah berjuang mencari sembuh

Halo apa kabar, aku ucapkan terima kasih sudah berjuang sejauh ini, dan teruslah berjuang ya, kita lalui ini bersama-sama.

Mulai sekarang, berterima kasihlah pada diri kalian karena bisa melewati masa yang tabu dan dipandang sebelah mata ini, kuatkan tekad dan hadapilah. Jangan pernah merasa sendiri, karena mereka yang peduli dengan kita akan merasa sedih.

Ulurkanlah tangan kalian, kita bisa menyeberangi jembatan ego ini, mari kita berjalan dalam nestapa ketabuan ini bersama-sama, mari kita edukasi bahwa apa yang mereka anggap aneh sejatinya juga bisa menampar segala kebohongan pada dirinya sendiri.

Sulit memang, kadang juga dari diri kita tak menyadari keadaan spesial itu, namun sedikitnya mereka yang menganggap kita aneh bisa lebih paham dan consent akan keberadaan spesial dalam diri kita sekalipun.

Mintalah bantuan, berbicaralah dengan mereka dengan nyaman, utarakan semua kesedihan, jangan pernah bergelut dengan kesendirian dan kesepian, karena keadaan tersebut adalah akar yang memunculkan gejala spesial itu. Biarkan mereka mengetahui keberadaan kita dan keadaan spesial kita, agar mereka bisa memahami dan ikut andil dalam penanganan jangka panjang tanpa menghakimi keberadaan kita.

So, review kali ini sedikit berbeda, karena saya merasa harus menyampaikan ini, jadi maafkan jika tiba-tiba bahasanya menjadi terlalu puitis, masih terbawa suasana soalnya. Tapi, mudah-mudahan dengan ini saya bisa mengajak semua orang untuk mulai peduli dengan sekitar.

Akhir kata, terima kasih semuanya, teruslah peduli dan mari berjuang sebentar lagi, semangat!

Baca Juga: Review Novel Sesuk karya Tere Liye

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.


Like it? Share with your friends!

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *