CerpenSastra

Kamar Mandi Belakang Rumah

Ina mulai merasa risih ketika ia tak sengaja melihat pintu kamar mandi belakang yang sudah lama tak digunakan itu terbuka secara perlahan dan menimbulkan suara yang sedikit membangun kan bulu kuduk.

Segera Ina cepat-cepat menyelesaikan cucian piringnya yang disuruh ibu tadi. Ina bergegas masuk ke dapur sampai hampir terpeleset, membuat sang ibu menegurnya.

“Ada apa sih na, kok buru-buru gitu. Biasa aja. Gak ada yang mau dikejar. Nanti piring-piring itu malah jatuh kalau kamu seperti itu. Kalau sudah selesai pintu belakang cepat dikunci. Hari sepertinya mau hujan.” Perintah ibu.

Ina yang sudah sejak tadi di dapur masih menyusun piring-piring di dalam rak piring menyahut mengiyakan perintah ibunya. Sebenarnya ada satu hal yang membuat Ina penasaran dengan kamar mandi belakang itu mengapa tak digunakan padahal kamar mandinya terlihat bersih. Sepertinya sering digunakan. Tapi mengapa ibu melarang menggunakan kamar mandi di belakang itu. Sesekali Ina berhenti sambil berpikir. Tangannya masih sibuk mengelap meja dapur, kompor dan membersihkan sisa-sisa gorengan yang tadi dijualnya. Ina curiga pasti ada apa-apa nya dengan kamar mandi itu.

“Mbak Ina, beli pisang goreng lima, bakwan tiga sisanya tempe ya. Ini uangnya. Nanti bisa gak minta tolong diantar ke rumah? Bunda lagi pergi, Aci gak bisa keluar rumahnya dikunci, bunda bawa kuncinya.”

Pesan di aplikasi warna hijau itu membuat Ina segera beranjak dari kursi dan menyiapkan apa yang dipesan oleh Aci, tetangganya depan rumah seberang jalan.

Ina mengambil gorengan yang tadi di pesan Aci di dapur. Hari ini Ina sudah menutup warung gorengannya lebih cepat karena Ina harus menemani ibu ke pasar untuk membuat bahan gorengan besok pagi. Ada pesanan cukup banyak untuk acara pengajian dirumah bundanya Aci hari Minggu besok.

Diluar ternyata sudah sangat gelap. Cuaca yang mendung membuat sore ini sudah seperti malam hari. Ditambah desiran angin yang cukup kuat diluar sana menandakan hari akan hujan. Gorden jendela dapur bergoyang-goyang terkena hembusan angin membuat gorden itu sedikit terbuka. Sambil mengecek pintu dapur sudah terkunci atau belum, Ina membetulkan gorden itu.

Eh tapi!! Sekilas mata Ina menangkap sesuatu diluar, tepatnya di dalam kamar mandi yang pintunya sedikit terbuka itu. Mata Ina terpejam, jantungnya berdebar dengan kencang. Sekujur tubuh Ina jadi terasa lemas. “Astaghfirullahalazhim. Ya Allah, apa itu yang barusan..” Ina membatin. Ina kemudian berdzikir dalam hati dan mulutnya komat kamit beristighfar dan berdzikir. Tapi ia begitu penasaran dengan apa yang baru saja dilihatnya itu. Walaupun sedikit takut untuk membuka matanya, tangan Ina yang masih memegang ujung gorden, perlahan membuka gorden jendela dapur.

“Astaghfirullah.. Allahu Akbar!! Jantung Ina berdetak kencang. “Ibuuuu…!! Mulut Ina memanggil ibunya. Tapi seolah suaranya tak keluar dari kerongkongannya. Kakinya pun seperti tak mau bergerak dari tempatnya berdiri walaupun ia merasa lemas.

“Ya Allah, tolong Ina, bu..” Ina membatin. Ia menutup matanya sambil terus mengingat kembali dzikir dan istighfar yang hampir Ia lupa mengucapkannya karena terlalu takutnya ia saat ini. Air matanya tiba-tiba menetes sendiri dengan deras. Plastik gorengan yang dipegang ditangan kirinya terlepas sendiri. Sementara tangan kanannya seperti masih melekat di ujung gorden jendela dapur yang dibukanya. Ina berusaha keras untuk memanggil ibunya, tapi lidahnya terasa beku. Kaki-kakinya juga tak mau diajak melangkah. Ina seperti ter-paralyze sendiri.

Matanya pun tak bisa lepas dari pandangan yang dilihatnya. Ina mencoba menutup matanya berkali-kali tapi selalu saja setiap membuka matanya “sesuatu” itu masih tetap ada disana. Degub jantung Ina mulai tak terkendali berdebar. Karena Ina pernah ingat ada temannya berkata bahwa ketika kita melihat makhluk halus atau hantu, tutup saja mata kita dalam sekali kedip ketika kita membuka kembali pasti mereka sudah hilang. Tapi ternyata itu tidak berhasil!! Makhluk itu masih ada! Dan Ina tetap bisa melihatnya walaupun Ina sudah berucap istighfar dan membaca semua ayat yang terlintas di pikirannya. Dan parahnya, Ina tidak bisa bergerak..

Sementara sesuatu yang dilihatnya itu perlahan mendekat dengan tertatih. Ia mengeluarkan suara seperti suara serak dan terdengar sangat lirih. Ia menyeret dirinya keluar dari kamar mandi. Kepalanya menunduk, rambutnya yang dikepang satu acak-acakan terlihat sangat panjang dan menyeramkan. Ina tidak bisa melihat jelas kakinya karena sebagian tertutup kain yang dipakai makhluk itu. Tapi Ina bisa melihat kalau satu kakinya sudah hampir putus dan potongan kakinya yang masih sedikit tersambung itulah yang menyebabkan suara seperti terseret ketika berjalan.

Kemudian ketika sudah keluar dari kamar mandi, kepalanya mulai berdiri, wajahnya terlihat jelas oleh Ina, satu matanya yang sudah tidak ada, membuat lubang dimatanya itu terus mengalirkan darah. Bagian kepala sebelah kiri seperti tidak mempunyai tempurung lagi sehingga semua isi kepalanya terlihat berurai keluar bersama ratusan belatung di rambutnya, raut mukanya datar dan pucat, satu matanya yang masih ada, melihat kearah Ina. Sambil terus menyeret dirinya berjalan keluar kamar mandi, matanya terus melihat Ina kemudian bibirnya perlahan menyeringai. Suara seraknya yang lirih makin lama makin jelas. Dan makhluk itu semakin lama semakin mendekati pintu dapur rumah Ina. Lampu rumah belakang yang tadinya sudah Ina hidupkan, tiba-tiba mati sendiri seiring makhluk itu mendekati dapur.

Ina yang masih beku di tempatnya tak bisa mengendalikan air matanya yang terus mengalir. Ia seperti merasa sedih sekaligus takut karena tak bisa berbuat apa-apa. Seluruh badannya merinding sekaligus berkeringat. Tiba-tiba lampu seisi rumah Ina padam. Jantung Ina berdetak semakin kencang. Rasanya ingin sekali menjerit dengan sekuat tenaganya tapi Ina masih tetap tak bisa berkata-kata kecuali hanya rintihan yang keluar dari bibirnya. Tapi Ina tidak mendengar ibu memanggilnya seperti biasa kalau listrik padam untuk mengambil lilin atau lampu emergency. Rasanya Ina sudah tidak sanggup lagi. Ia merasa capek dengan kebekuannya dan berusaha sekuat tenaga untuk bisa bergerak sambil terus beristighfar kuat dalam hati. Ina sampai berteriak walaupun yang keluar dari mulut Ina hanyalah lenguhan.

Tiba-tiba Ina merasakan hawa dingin di sekitarnya. Ina semakin takut, ia menutup matanya kuat-kuat sambil tak henti berdoa. Ada hembusan nafas di sekitar tubuhnya. Ina berpikir mungkin itu adalah ibunya. Perlahan Ina membuka mata. Ina tak bisa melihat apa-apa karena listrik masih padam. Tapi anehnya Ina sudah mulai bisa bergerak. Ia reflek cepat menutup gorden jendela dan Ina segera berbalik badan dengan niat lari dari dapur dengan segera. Tapi, ketika Ina berbalik, ia bertatapan dengan makhluk itu..

Ia tersenyum menyeringai dan Ina pun seketika ambruk..

#Suatu ketika di bulan Mei..

Baca Juga: Olimpiade Matematika

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button