5 Sifat Teladan Dari RA Kartini, Bisa Ditiru di Masa Kini
Lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879, Kartini dikenal sebagai seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang untuk hak-hak perempuan dan pendidikan wanita pada masa penjajahan Hindia Belanda. Dia memperjuangkan kesetaraan gender, hak pendidikan untuk wanita, dan menentang praktek-praktek tradisional yang membatasi kebebasan wanita. Dari hal tersebut, banyak teladan dari RA Kartini yang bisa kita ambil.
Kartini juga dikenal sebagai penulis yang produktif, terutama melalui surat-surat yang ia tulis kepada teman-temannya yang dijadikan buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang diterbitkan setelah kematiannya.
Kartini dianggap sebagai salah satu tokoh perintis pergerakan emansipasi wanita di Indonesia. Berikut ini lima sifat teladan dari RA Kartini, dan patut dicontoh oleh generasi milenial.
1. RA Kartini merupakan wanita cerdas dan memiliki motivasi yang kuat
Kartini merupakan seorang wanita cerdas dan memiliki motivasi yang kuat. Ia memiliki kecerdasan intelektual yang luar biasa dan semangat yang tak kenal lelah dalam mewujudkan cita-citanya. Kartini sangat berbakat dalam hal belajar dan memiliki minat yang besar terhadap pengetahuan.
Meskipun terbatas oleh kondisi sosial pada masanya, Kartini tidak menyerah dan terus belajar dengan tekun. Ia menggali pengetahuan melalui membaca buku-buku yang ada di perpustakaan keluarganya. Kartini juga berusaha mempelajari bahasa Belanda, yang pada waktu itu merupakan bahasa yang dominan, untuk memperluas wawasannya.
RA Kartini berhenti sekolah saat usia 12 tahun, meskipun begitu beliau tetap belajar. Tujuannya agar dapat memberikan manfaat dan pengaruh positif kepada orang-orang di sekitarnya. R.A Kartini suka membaca buku, majalah lokal dan internasional serta sastra, sosial dan politik.
Baca Juga:
2. RA Kartini merupakan anak yang patuh kepada orang tuanya
RA Kartini saat masih muda harus dipingit yaitu dilarang keluar rumah ketika berusia 12 tahun. Tradisi adat pada masa itu ketika anak perempuan yang berusia 12 hingga 16 tahun maka harus dipingit di dalam rumah. Pingitan akan berakhir setelah berumur 16 tahun.
Sikap patuhnya terhadap orang tuanya dapat dilihat sebagai bentuk rasa hormat dan penghargaan terhadap keluarga dan tradisi, namun tidak menghalangi niatnya untuk berjuang demi kebebasan dan kemajuan perempuan.
Meskipun Kartini mungkin patuh terhadap orang tuanya dalam hal adat dan tradisi keluarga, tetapi dalam pikirannya ia memiliki motivasi yang kuat untuk mengatasi keterbatasan tersebut dan melawan adat lama yang membatasi perempuan
3. RA Kartini merupakan wanita pemberani yang memperjuangkan kesetaraan perempuan
R.A Kartini menganggap bahwa perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki. Dia berpendapat bahwa perempuan harus memiliki pengetahuan dan pemikiran yang luas sehingga dapat berpikiran maju.
Kartini tumbuh dalam lingkungan keluarga bangsawan Jawa yang kental dengan adat istiadat. Namun, ia memiliki minat yang besar dalam bidang pendidikan dan keinginan untuk memperjuangkan hak-hak perempuan. Kartini menyadari bahwa banyak wanita pada masa itu dibatasi oleh tradisi dan tidak diberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan pria.
4. RA Kartini merupakan pejuang wanita yang memiliki cita-cita untuk melawan adat lama
RA Kartini adalah seorang pejuang wanita yang memiliki cita-cita untuk melawan adat lama yang membatasi perempuan. Ia menyadari bahwa banyak tradisi dan norma sosial pada masanya menghambat perkembangan perempuan, terutama dalam hal pendidikan dan kebebasan untuk mengembangkan potensi mereka.
Kartini sangat kritis terhadap tradisi yang membatasi perempuan hanya pada peran sebagai ibu dan istri, dan ia berusaha untuk membuka jalan bagi perempuan agar dapat meraih pendidikan yang setara dengan laki-laki. Ia ingin perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri, berpikir secara bebas, dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial.
Dalam surat-suratnya kepada teman-temannya di Belanda, Kartini mengekspresikan kegelisahan dan keinginannya untuk membebaskan perempuan dari kungkungan tradisi yang membatasi mereka. Ia berharap perempuan bisa mendapatkan hak pendidikan yang layak dan bebas dari perjodohan yang sering kali terjadi pada masa itu.
Baca Juga:
5. RA Kartini sangat peduli terhadap lingkungan sekitar
Pada zaman RA Kartini, kedudukan perempuan Indonesia sangat terbelakangan. Perempuan hanya dibolehkan mengurus anak dan rumah tangga. Sehingga perempuan Indonesia banyak yang tidak pintar dalam berbahasa Indonesia dan bahasa asing.
Kartini juga aktif dalam mendirikan sekolah untuk perempuan pribumi di Jepara, yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pendidikan kepada perempuan yang pada saat itu jarang memiliki kesempatan serupa. Upayanya dalam memperjuangkan pendidikan dan hak-hak perempuan diakui oleh banyak orang, dan Kartini dianggap sebagai pahlawan nasional Indonesia
Demikianlah lima sifat teladan dari RA Kartini. Kecerdasannya dan motivasinya yang kuat dalam memperjuangkan pendidikan dan hak-hak perempuan telah menginspirasi banyak orang untuk mengambil tindakan positif dalam mengatasi kesenjangan gender dan memperjuangkan kesetaraan.
Baca Juga: Mengenang Kartini, Pahlawan Yang Disingkirkan Belanda Secara Halus
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.