Tak Hanya Makanan Tradisional, Ini 3 Makna tersirat Rujak Gobet Khas Malang
Kota Malang memang kaya, tak hanya kaya akan wisata namun juga budayanya seperti makanan tradisional. Tak hanya rujak kikil, di Malang juga terkenal dengan rujak gobetnya. Rujak gobet sendiri hampir sama dengan rujak buah yang selama ini kita kenal. Bedanya, rujak gobet memiliki ciri khas yaitu lebih pedas dan berkuah.
Isian buahnya tidak selengkap rujak buah pada umumnya. Buah yang dipakai di rujak gobet umumnya hanya timun, mangga muda, bengkoang dan nanas. Potongannya pun diserut tidak seperti rujak buah yang dipotong tipis-tipis melebar. Selain itu, untuk bumbunya sendiri rujak gobet dominan berkuah pedas dan asam. Sedangkan rujak buah pada umumnya bumbunya bercita rasa pedas manis. Sehingga memang rujak gobet memiliki ciri khasnya sendiri
Rujak gobet sendiri sangat mudah ditemui di Malang, biasanya dijual oleh pedagang kaki lima dengan harga relatif murah. Harganya hanya berkisar antara 3000-5000 rupiah per bungkus. Selain dijual, biasanya rujak gobet juga dihadirkan dalam acara-acara tertentu dan mengandung makna tersirat. Lebih lengkap berikut merupakan makna tersirat dari makanan khas malang, yaitu rujak gobet.
1. Disajikan ketika selesai hajatan besar
Di masyarakat Malang sangat umum ketika selesai melakukan hajatan besar seperti pernikahan atau sunatan, tuan rumah membuat dan membagikan rujak gobet kepada sanak keluarga dan tetangga. Selain sebagai ungkapan rasa syukur karena acara sudah selesai, hal tersebut juga dilakukan sebagai ungkapan rasa terimakasih kepada keluarga dan tetangga yang sudah direpotkan dalam acara.
Terdapat juga arti filosofis lain yaitu, rujak gobet bisa sebagai penawar rasa capek untuk keluarga dan tetangga yang sudah mengerahkan tenaganya untuk rewang. Sehingga bagi beberapa masyarakat Malang, membuat rujak gobet selepas acara besar seperti hajatan merupakan sebuah kewajiban.
Baca Juga:
2. Sarana bersyukur dan berbagi dalam acara mitoni atau tujuh bulanan ibu hamil
Rujak gobet sangat umum dalam budaya dan masyarakat Jawa untuk disajikan di acara tujuh bulanan atau mitoni kehamilan. Tujuan utamanya adalah sebagai ucapan rasa syukur keluarga dalam menyambut kehadiran jabang bayi. Selain itu juga sebagai bentuk meminta perlindungan kepada Tuhan agar diberi keselamatan bagi ibu hamil menjelang kelahiran.
Buah yang dipakai dalam rujak gobet juga dominan terasa asam karena biasanya ibu hamil juga “ngidam” buah-buah tersebut. Selain itu, buah-buahan tersebut juga turut serta dalam menyumbang vitamin alami bagi ibu hamil. Sehingga selain untuk menuruti keinginan dan menjaga kesehatan ibu hamil, rujak gobet juga sebagai sarana menjalin silaturahmi dengan keluarga dan tetangga.
Hal ini karena dalam tradisi mitoni, umumnya mengundang keluarga dan tetangga untuk berdoa dan berbagi makanan termasuk salah satunya adalah rujak gobet.
Baca Juga:
3. Mengandung makna dan doa untuk calon bayi
Sebagai sajian yang harus ada dalam acara mitoni, rujak gobet juga memiliki makna dan doa yang indah untuk jabang bayi. Diantaranya, karena rujak gobet terdiri dari berbagai macam buah maka diharapkan calon bayi nantinya mudah bergaul dengan seluruh lapisan masyarakat. Dalam hal ini, berbagai macam buah diibaratkan sebagai berbagai macam karakteristik manusia.
Selain itu, rujak gobet juga dipercaya bisa sebagai sarana untuk menebak jenis kelamin calon bayi. Misalnya, jika rujak gobet yang dibuat terasa enak maka calon bayi akan berjenis kelamin perempuan. Sebaliknya, jika rasa rujak gobetnya kurang enak maka calon bayinya akan berjenis kelamin laki-laki. Namun itu merupakan kepercayaan orang Jawa, yang belum ada penelitian lebih lanjut.
Demikian merupakan tiga makna tersirat dari makanan khas Malang, yaitu rujak gobet. Semoga bisa menjadi sumber pengetahuan baru dan referensi makanan yang patut dicoba ketika berkunjung ke Malang!
Baca Juga: 7 Tradisi Jawa Untuk Menyambut Kelahiran Bayi, Dari Brokohan Hingga Setahunan
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.