Social & Culture

Sakral! Berikut 10 Budaya dan Upacara Adat di Pacitan Yang Masih Eksis Hingga Saat Ini

Kabupaten Pacitan di Provinsi Jawa Timur dapat dikategorikan sebagai “daerah perawan” karena alamnya masih asli, demikian pula seni budaya dan tradisi serta adat-istiadatnya yang masih dijunjung tinggi oleh komunitas masyarakatnya.

Pacitan memiliki budaya yang beragam di tiap kecamatannya. Tak heran jika di setiap tempat memiliki adat istiadat dan ciri khas masing-masing. Salah satunya adalah upacara adat desa setempat. Berikut upacara adat di Pacitan yang masih eksis sampai saat ini.

1. Jangrik Genggong

Upacara adat Jangkrik Genggong berasal dari desa Ngadirojo, kecamatan Ngadirojo. Upacara ini diadakan untuk acara bersih desa dengan menyewa tayub untuk tampil di acara tersebut. Upacara adat yang dilaksanakan setiap Selasa Kliwon (Anggara Kasih) bulan Selo (Longkang/Dzulqai’dah). 

2. Baritan

Upacara adat Baritan berasal dari dusun Pati, desa Gawang, kecamatan Kebon Agung. Upacara adat ini diadakan untuk upacara tolak bala di saat ada bencana atau wabah penyakit. Upacara adat ini diadakan setiap bulan Suro.

Baca Juga:

3. Methik Pari

Upacara adat Methik Pari berasal dari desa Jeruk kecamatan Bandar. Upacara adat ini diadakan ntuk acara memetik (memanen) padi. Upacara ini diadakan setiap panen padi untuk menghormati Dewi Sri dan Joko Sadono.

4. Badhutan Sinampurna

Upacara adat Badhutan Sinampurna berasal dari desa Tegalombo, kecamatan Tegalombo. Upacara adat ini diadakan untuk acara bersih agar tidak ada wabah penyakit. Upacara adat ruwatan yang dilakukan saat akan menikah atau hajatan, dengan penari yang mengenakan riasan badut. Upacara adat ini diadakan setiap bulan Suro.

5. Mantu Kucing

Upacara adat Mantu Kucing berasal dari desa Purworejo. Upacara adat ini diadakan ketika ada kemarau panjang agar segera diberi hujan. Caranya, Desa Purworejo mencari kucing betina dari desa tetangga lalu dinikahkan dengan kucing jantan dari Desa Purworejo itu sendiri.

6. Ceprotan

Upacara adat Ceprotan berasal dari desa Sekar, kecamatan Donorojo. Upacara adat ini diadakan untuk acara bersih desa dengan menggelar Sendratari Endang Loro Tompe dalam rangka mengingat-ingat dan penghormatan kepada Dewi Sekartaji/Galuh Candra Kirana ketika mencari kekasihnya yang bernama Raden Panji Asmarabangun/Panji Inu Kertapati. Upacara adat ini diadakan setiap bulan Lungkang.

7. Larung Samudro

Upacara adat Larung Samudro diadakan setiap bulan Suro. Caranya yaitu dengan membawa sesajen ke laut lalu dihanyutkan untuk memohon keselamatan dan kelancaran dalam mencari ikan bagi nelayan.

8. Eret

Eret digelar di Pantai Worawari, Desa Worawari Kebonagung, Pacitan. Eret adalah mencari ikan dengan metode jaring panjang yang dipasang melingkari teluk. Kedua ujung jaring ada di daratan dan kemudian ditarik bersama untuk menggiring ikan ke arah pesisir.

Ikan yang berhasil digiring nantinya akan terperangkap ke dalam jaring panjang tersebut, atau menangkap ikan jaring keruk. Kemudian hasil tangkapan ikan biasanya akan dibagi merata kepada seluruh warga yang ikut menarik jaring. Untuk upacara ini sendiri diawali dengan ritual doa dan memohon agar diberikan hasil tangkapan ikan yang melimpah. Eret dilaksanakan setiap tahun.

9. Kethek Ogleng

Kethek Ogleng adalah sebuah tari yang gerakannya menirukan tingkah laku kethek (kera). Tarian ini ditarikan oleh masyarakat Desa Tokawi Kecamatan Nawangan bertahun-tahun lamanya. Biasanya tarian ini dipentaskan pada waktu hajatan masyarakat setempat. Tarian Kethek Ogleng ini berasal dari sebuah cerita Kerajaan Jenggala dan Kediri.

10. Entas-Entas

Upacara adat tersebut menjadi kebiasaan warga setempat yang dilaksanakan setelah panen raya. Entas entas merupakan tradisi memungut/mengumpulkan sebagian (jimpit) hasil panen (gabah) seikhlasnya dari petani. Bulir padi yang terkumpul selanjutnya akan dibagikan kepada warga lain yang tidak ikut panen, mengalami gagal panen, atau dibagikan kepada warga yang membutuhkan.

11. Ritual Tetaken

Tetaken sendiri berasal dari kata “Tetekian”. Bahasa Sansekerta yang berarti “teteki” atau bertapa dan mendapat imbuhan “-an” sehingga menjadi “tetekian” yang berarti Pertapaan.

Upacara adat ini dilakukan secara turun-temurun oleh masyarakat sekitar Gunung Limo tepatnya di Desa Mantren, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan. Dalam pelaksanaannya, ritual yang kental dengan suasana religius ini digelar secara sederhana setiap 15 Muharam.

Baca Juga:

12. Jaranan Pegon

Jaranan Pegon merupakan seni tradisional dari Desa Mangunarjo Kecamatan Arjosari. Kesenian ini dilaksanakan saat warga mempunyai hajatan. Untuk memulai acara pertunjukkan Jaranan Pegon ini di tampilkan terlebih dahulu penari pegon (penari yang membawa kuda-kudaan), biasanya yang memainkan tarian ini adalah para lelaki yang masih berusia muda.

Setelah penari kuda tampil dilanjutkan penari yang membawa celeng (membawa duplikat babi ) dan seorang penari yang membawa kepala naga yang terbuat dari kayu dan dengan diiringi oleh gamelan jawa yang sangat khas. Lama kelamaan kedua penari tersebut terlarut dengan suara gamelan yang mengalun-alun dan akhirnya kedua penari itu kesurupan makhluk halus.

Demikianlah sekilas tentang Upacara Adat di Pacitan, semoga dapat membuat pembaca penasaran ingin melihat berbagai wisata budaya di Pacitan.

Baca Juga: 14 Istilah Dalam Tradisi Pernikahan Adat Jawa, Ritual Yang Sarat Makna!

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button