Menjadi Dewasa Seharusnya Menyenangkan, Tapi Ternyata Sulit?
Ada begitu banyak persepsi dari sudut pandang yang berbeda mengenai masa dewasa. Banyak yang mengatakan bahwa dewasa itu berat dan menyakitkan, namun tidak sedikit juga yang lebih menikmati kebebasan di masa dewasa. Nggak salah sih, setiap orang punya cara berpikir yang berbeda jika diambil dari sudut pandang yang berbeda pula. Lalu apakah konsep dewasa tersebut?
Dewasa itu sendiri secara fisik merupakan situasi di mana seluruh sel tubuh telah mengalami perkembangan yang signifikan. Sedangkan jika dilihat dari teropong kehidupan adalah proses di mana seseorang mulai terikat erat pada rutinitas yang menopang kehidupannya, di mana hal-hal baru yang siap atau tidak untuk dihadapi menjadi harus dihadapi.
Baca Juga:
Berbeda dengan masa remaja di mana seseorang menuntut dirinya sendiri untuk menemukan jati diri, masa dewasa tidak memberikan kesempatan untuk mencari lagi, melainkan terus bergerak dan menetapkan dengan matang. Sedikit ironis, tapi nyatanya kehidupan realita lebih kejam daripada kalimat tamparan.
Pertanyaannya adalah apakah dewasa benar-benar semenyeramkan itu atau malah sebaliknya? Mari kita buat sebuah gambaran sederhana dengan membandingkan dua kasus yang sama dalam kondisi berbeda lalu temukan kesimpulannya .
Kasus pertama
Kasus pertama tentang seorang anak kecil yang hidup dengan kondisi keluarga yang kurang baik penuh tekanan serta tidak jarang mengalami penyiksaan. Kehidupan masa kecil yang penuh dengan rasa sakit akan melahirkan trauma mendalam serta mental yang tanpa ia sadari sudah terluka, akan perlahan-lahan mempengaruhi kestabilan dalam mengelola emosi.
Di satu sisi ia berharap agar secepatnya dewasa sehingga bisa melindungi dirinya sendiri, hal yang tidak dapat ia lakukan di masa ini. Namun di sisi lain pula, ia tidak ingin menjadi dewasa karena merasa bahwa penderitaan di depan pasti akan lebih menyakitkan. Tak lama kemudian, gadis kecil ini pun tumbuh memasuki masa dewasa dengan membawa trauma fisik dan psikis yang menjadikan emosinya menjadi labil.
Di masa depan ia bahkan melakukan tindakan-tindakan yang dulu ia benci ketika orang lain memperlakukannya seperti itu, tanpa ia sadari luka yang tak pernah sembuh itu membawanya ke jurang yang semakin dalam. Bahkan ia sendiri tidak mengerti mengapa ia menjadi seperti itu, seolah lepas kendali dan senantiasa sulit untuk meredakan emosi negatif.
Namun pikirannya mengatakan bahwa dia seperti itu hanya untuk melindungi dirinya sendiri, dia tidak ingin kembali ke masa di mana ia hanya seorang gadis kecil yang lemah, yang hanya pantas menerima amarah dan pukulan tanpa mampu melawan. Ya, semata-mata agar tidak disakiti oleh siapapun. Ia selalu berfikir bahwa jika ia tidak bersikap demikian, maka hancurlah sudah.
Tidak ada yang membelanya, ia hanya punya diri sendiri yang lemah. Maka untuk mencegah diserang, ia memilih menyerang terlebih dahulu. Jika tidak maka akan ada orang lain yang memperlakukannya dengan demikian terlebih dahulu. Dapat dipastikan bahwa kehidupan dewasa yang ia alami bukanlah hal mudah, ia menjadi lebih kuat akibat luka dan rasa takut akibat trauma masa kecil yang sangat berdampak bagi masa dewasanya.
Kasus kedua
Berbeda dengan kehidupan si gadis pada kasus pertama, gadis kecil ini hidup bahagia dengan keluarga yang begitu menyayanginya. Kehidupan yang penuh cinta dan kasih sayang nyata yang ditunjukkan oleh keluarga membuatnya menjadi gadis kecil yang lembut dan penyayang. Pada saat itu muncul pemikiran berbeda dalam benaknya.
Sesaat ia berharap agar segera dewasa dan hidup bahagia seperti kehidupan ibu yang selalu ia impikan, memiliki suami yang baik, melahirkan anak-anak lucu serta finansial yang terjamin. Namun ada perasaan takut akan kehilangan kebahagiaan masa kecil serta waktu bersama keluarga yang ia sayangi.
Maka ketika memasuki masa dewasa, ia cenderung akan memperhatikan detail kehidupan dan menciptakan kebahagiaan bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitar. Namun masa kecil yang penuh cinta membuatnya menjadi patuh dan lembut sehingga lebih mudah terdistorsi oleh sekitar.
Ia menjadi seseorang yang peka dan mengutamakan kebahagiaan orang lain, tanpa sadar menciptakan kelemahan yang mudah terlihat. Namun kedewasaan membuatnya menghadapi segala hal dengan kepala dingin dan penuh perhitungan. Ia benar-benar tumbuh dari seorang gadis kecil menjadi wanita dewasa. Maka dilihat dari sudut pandangnya sendiri dewasa itu bukanlah hal yang menyeramkan sama sekali, melainkan proses menjadi lebih baik.
Baca Juga:
Maka kesimpulan yang dapat diambil dari dua kasus tersebut adalah? Putuskan sendiri berdasarkan sudut pandang masing-masing! Kita akan menemukan beragam pendapat berbeda dari sudut pandang dan pengalaman yang berbeda pula. Silahkan isi pendapat kalian sendiri di kolom komentar ya. Sesi tanya jawab dipersilahkan untuk dimulai.
Baca Juga: 10 Tips Menjadi Dewasa, Semua Butuh Proses!
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.