Sejarah

Menilik Peran Indonesia di Tengah Pusaran Perang Dingin Antara Blok Barat dan Timur

Kamu tahu apa itu perang dingin? Perang dingin itu bukan perang yang terjadi di musim dingin, ya. Perang dingin adalah istilah yang disematkan pada era saat terjadi perebutan kekuasaan dan pengaruh antara Blok Barat yang dipimpin Amerika dengan Blok Timur yang dipimpin Uni Soviet pasca Perang Dunia II. Tujuannya untuk memperkuat blok masing-masing dan tidak ada aksi militer yang dilakukan.

Perang dingin yang terjadi antara blok barat dan blok timur tersebut, telah menyeret hampir seluruh negara di dunia untuk turut serta dalam pergolakan. Indonesia sendiri sebagai negara berdaulat dipandang sebagai salah satu peta kekuatan yang strategis di mata dunia dan diharapkan menjadi bagian koalisi salah satu blok yang berseteru.

Namun demikian, Indonesia tidak memilih salah satu blok atau turut serta dalam perseteruan kedua blok tersebut, Indonesia memilih dan memposisikan diri sebagai penengah untuk menjaga perdamaian dunia. Ini  merupakan peran utama dalam keterlibatannya dalam perang dingin tersebut. Lalu peran apa saja yang dilakukan Indonesia dalam memainkan peranan tersebut?

Baca Juga:

Bagaimana terjadinya perang dingin?

Perang dingin terjadi pasca perang dunia kedua, di mana dua negara besar, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet memiliki perbedaan paham atau ideologi dan adanya keinginan untuk berkuasa. Ideologi kapitalisme diusung Amerika Serikat, sementara ideologi komunisme yang diusung oleh Uni Soviet.

Perang ini berawal ketika sekutu berhasil mengalahkan Nazi Jerman di Perang Dunia II. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata menjadi era baru kemunculan dua negara adidaya dunia yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Setelah Perang Dunia II berakhir, sekutu mencari tahu bagaimana pembagian perbatasan di Eropa. Saat itu, Amerika dan Inggris memiliki pandangan berbeda terhadap Stalin, pemimpin Uni Soviet saat itu. Amerika memandang Stalin sebagai sekutu potensial agar tujuan mereka dapat tercapai.

Sementara Britania memandang Stalin sebagai ancaman terbesar. Stalin sendiri terus memperluas kekuasaannya dengan menduduki negara-negara di Eropa Timur. Uni Soviet saat itu mencaplok beberapa negara Eropa Timur seperti Polandia Timur, Latvia, Estonia, Lithuania, Finlandia, Rumania, Jerman Timur, Cekoslowakia, Albania, Hungaria, Bulgaria.

Merespon kondisi Eropa dan sekitarnya yang mulai terancam dengan meluasnya kekuasaan Uni Soviet, Amerika Serikat juga mengambil insiatif dengan membentuk koloni yang beranggotakan negara seperti Kanada, Britania, Perancis dan 8 negara Eropa Barat lainnya. Kelompok negara itu kemudian mendirikan North Atlantic Treaty Organization (NATO) di bulan April 1949 dengan menandatangani Pakta Pertahanan Atlantik Utara.

NATO didirikan dalam rangka melindungi Eropa secara militer dan politis dari ancaman agresi Uni Soviet bersama negara komunis yang termasuk di dalam Pakta Warsawa.

Dampak Perang Dingin Bagi Indonesia

Meluasnya perang dingin yang melibatkan blok Barat dan Blok Timur dan sekutu-sekutunya tentu memiliki dampak bagi dunia, termasuk Indonesia. Lalu, dampak apa saja yang dirasakan Indonesia atas terjadinya perang dingin?

  1. Penerapan Demokrasi Terpimpin pada tahun 1960, pada saat itu pemerintah mengarahkan pandangan politiknya ke negara yang berhaluan komunis.
  2. Pendirian Poros Jakarta Hanoi Pyongyang Phnom Penh, yang terbentuk akibat kedekatan Indonesia dengan negara Blok Timur.
  3. Kebijakan Ekonomi Indonesia cenderung terlihat mengarah pada kolonialisme dan imperialisme.
  4. Munculnya Reformasi, karena berakhirnya pemerintahan Orde Baru
  5. Terjadinya krisis moneter karena ketergantungan Indonesia terhadap modal asing sangat tinggi dan terlalu berganting kepada barang impor.

Peran penting Indonesia dalam perang dingin

Adapun keterlibatan Indonesia dalam perang dingin tersebut bisa dilihat dari 4 peran penting diantaranya:

1. Konferensi Asia-Afrika (KAA)

Konferensi ini diawali dengan dilaksanakannya konferensi Colombo dan bertujuan untuk meredakan ketegangan dan perdamaian dunia pasca perang dingin. Indonesia mengupayakan adanya Konferensi seluruh Asia-Afrika di New Delhi yang persiapannya diadakan di Bogor pada 28-31 Desember.

Konferensi ini diadakan pada 18 -24 April 1995 di gedung Merdeka, Bandung, Indonesia dan dihadiri oleh 29 Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan dari benua Asia dan Afrika yang baru saja merdeka. Konferensi tersebut kemudian menyepakati Dasasila Bandung yang menjadi dasar pembentukan gerakan Non-Blok.

2. Gerakan Non-Blok (GNB)

Gerakan Non-Blok adalah salah satu tindakan yang tidak memihak antara salah satu blok yang ada di dunia. Sebenarnya gerakan ini bertujuan untuk mengatasi ketegangan dunia dari peperangan dan Indonesia sebagai negara kesatuan mempunyai peran yang sangat penting dalam gerakan Non-Blok.

Adapun peran Indonesia dalam Gerakan Non-Blok antara lain; Presiden Soekarno berperan dalam pembentukan Gerakan Non-Blok, Indonesia diberikan wewenang dalam memimpin Gerakan Non-Blok dan berhasil menggelar KTT X-GNB yang diselenggarakan di Bandung, Indonesia juga berhasil meredam aksi ketegangan daerah bekas pecahnya negara Yugoslavia pada tahun 1991.

3. Pengiriman Pasukan Garuda

Misi Garuda tidak terlepas dari terbentuknya United Nations Peacekeeping Operations (Misi Pemeliharaan perdamaian PBB). Hal tersebut merupakan salah satu bentuk komitmen Indonesia dalam melaksanakan Misi Pemeliharaan Perdamaian PBB.

Pasukan ini terdiri dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di Negara lain. Terbentuknya pasukan ini karena munculnya konflik di Timur Tengah pada 16 Juli 1959. Di mana, Inggris, Prancis, dan Israel melancarkan serangan gabungan terhadap Mesir dan menimbulkan perdebatan diantara negara-negara lainnya.

Baca Juga:

4. Deklarasi Juanda

Deklarasi Juanda menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara, dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI. Sebelum deklarasi Juanda wilayah Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda yaitu pulau-pulau di Nusantara dipisahkan oleh laut sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai yang mengindikasikan bahwa kapal asing boleh dengan bebas berlayar di laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.

Akhirnya, melalui Deklarasi ini dinyatakan bahwa laut teritorial Indonesia berjarak 12 mil laut diukur dari garis-garis dasar yang menghubungkan titik terluar dari pulau terluar. Deklarasi Djuanda kemudian dikukuhkan melalui Perpu No.4 tahun 1960 dan melahirkan konsep “Wawasan Nusantara” agar diakui oleh negara lain.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Perjanjian Linggarjati, Perundingan Awal Indonesia Dengan Belanda di Awal Kemerdekaan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button