Tahukah kalian, bahwa ada makanan yang namanya keripik elod?
Mungkin tidak banyak yang tau dengan makanan ini, mendengar namanya saja tentunya asing, bukan?
Tapi, di daerah tempat tinggal saya, Majalaya dan juga Ciparay, Kabupaten Bandung, keripik elod menjadi cemilan yang sangat diincar di kala santai, maupun ketika sedang berkumpul bersama keluarga dan teman-teman.
Keripik elod selalu menjadi bintang utama di antara cemilan yang lainnya, karena rasanya yang gurih dan teksturnya yang renyah menjadi daya tarik tersendiri, membuat kita ketagihan.
Dari tadi bahas keripik elod terus, lantas apa dong, keripik elod itu?.
Yuk, simak ulasannya di bawah!
1. Apa itu keripik elod?
Keripik elod itu adalah sejenis makanan ringan yang dibuatnya dari sari pati singkong yang kemudian diolah dan dikeringkan, khas daerah Ciparay, Kabupaten Bandung. Keripik elod biasa diolah menjadi sebring atau seblak kering, yang sedang digandrungi masyarakat.
Baca Juga: Rahasia Mie Nikmat Ala Warmindo
2. Cara membuat keripik elod
Cara membuat keripik elod ternyata cukup mudah, saya berkesempatan untuk mencari tahu dari Teh Erni, selaku pembuat dan penjual keripik elod. Teh Erni, berbaik hati menjelaskan kepada saya bagaimana proses pembuatan keripik elod. Yuk, simak!.
Hal pertama yang harus disiapkan tentu saja singkong atau orang Sunda biasa menyebutnya ‘sampeu’. Kupas singkong dari kulit luarnya, setelah itu cuci dengan air hingga bersih. Langkah selanjutnya, parut singkong, bisa menggunakan mesin maupun diparut manual dengan alat parutan tradisional, yang penting singkong harus benar-benar hancur dan halus.
Kemudian, peras dan tampung air perasan, yang digunakan hanya airnya saja, lalu endapkan selama satu malam. Setelah satu malam diendapkan, buanglah air dan sisakan endapannya saja. Nah, endapan atau disebut juga kanji inilah yang nantinya akan diolah menjadi elod.
Kanji yang sudah dipisahkan dari air pengendapan, lalu diberi bumbu, seperti garam, penyedap rasa, dan bumbu-bumbu lainnya, kemudian aduk sampai merata.
Didihkan dengan api kecil dan aduk secara berkala sampai adonan mengental, setelah mengental lalu dicetak menjadi bentuk bulat tipis-tipis, kemudian dijemur hingga kering.
Setelah kering, goreng dengan sedikit minyak. “Jangan lama menggorengnya, kalo lama nanti malah kayak kerupuk, paling dua menit, biar garing ,” jelas Teh Erni.
Setelah proses goreng selesai, bumbui kembali dengan berbagai rasa, Teh Erni membuat tiga varian rasa, yaitu rasa original, keju dan pedas. Diakui Teh Erni, keripik elod dengan bumbu pedas dan original paling banyak peminatnya.
Begitulah proses pembuatan keripik elod, mudah, bukan? Pasti kalian bisa mengikutinya, selamat mencoba!
3. Keuntungan dari bisnis keripik Elod
Lebih jauh lagi, saya menanyakan keuntungan dari penjualan keripik elod ini. Dengan bahan yang mudah didapat dan murah, keuntungan yang dihasilkan sangat memuaskan. Teh Erni memasarkannya sudah keliling daerah, juga dengan penjualan online.
Satu bungkus keripik elod dijual dengan harga mulai dari Rp.5000,- hingga Rp. 15.000,- tergantung ukuran pengemasan.
Dalam satu hari bisa terjual lebih dari 100-500 bungkus. “Sangat menguntungkan, modalnya sedikit, dan Alhamdulillah selalu laris,” tutur Teh Erni.
Dengan penjualan seperti itu, keuntungan yang didapat setiap harinya bisa mencapai satu juta, bahkan lebih. Teh Erni enggan menyebutkan nominal. “Pokoknya sekitaran segitulah, kalo bisa menjual lebih dari itu, ya pasti lebih dari yang diperkirakan itu,” katanya.
Seperti itulah perbincangan saya dengan Teh Erni, sangat menggiurkan, bukan?
Meskipun pamornya sempat meredup, karena kalah saing dengan produk makanan ringan yang datang dari negara lain, namun kini keripik elod bisa mendapatkan tempat di hati masyarakat, elod menjadi cemilan murah meriah.
Jika kalian main ke Bandung, sempatkanlah mencicipi keripik elod, saya rekomendasikan yang pedas, gurih, renyahnya tidak akan mengecewakan.
Baca Juga: 5 Kuliner Khas Purwakarta, Unik dan Menggugah Selera!
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.
0 Comments