Memahami Makna Hari Pendidikan Nasional di Era Digital, Refleksi Untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045

Hari Pendidikan Nasional atau HARDIKNAS, diperingati setiap tanggal 2 Mei. Hari Pendidikan Nasional sekaligus merupakan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara yang memiliki nama asli Raden Mas Soewardi. Dahulu pada zaman penjajahan Belanda, pendidikan untuk warga pribumi tidaklah mudah.
Ki Hajar Dewantara adalah pelopor dan pendiri Perguruan Taman Siswa (Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Pola kepemimpinan yang beliau ajarkan adalah “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani”.
Karena jasanya di bidang pendidikan melalui surat keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959 beliau dinobatkan sebagai salah satu Pahlawan Pergerakan Nasional dan diangkat menjadi Bapak Pendidikan Indonesia serta hari kelahirannya 2 Mei (1889) diabadikan menjadi Hari Pendidikan Nasional.
Tanggal 2 Mei merupakan hari yang mempunyai makna penting bagi seluruh komponen bangsa. Terlebih para pendidik maupun tenaga kependidikan, serta peserta didik dari jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi baik jalur pendidikan formal, non formal maupun informal.
Lalu apa makna Hari Pendidikan Nasional di era digital saat ini?
Menghargai jasa pahlawan pendidikan bangsa
Salah satu makna Peringatan hari pendidikan Nasional antara lain untuk mengenang jasa Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara dan seluruh pejuang pendidikan yang patut kita kenang dan hargai.
Segala sesuatunya butuh perjuangan, tak terkecuali Ki Hajar Dewantara yang sempat di buang oleh kolonial Belanda akibat tulisan kritikan beliau yang berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda). Tulisan beliau mengkritisi masalah perayaan 100 tahun bebasnya Negeri Belanda dari penjajahan Perancis pada bulan November 1913. Setelah masa pembuangan tersebut, beliau kemudian mendirikan organisasi Taman Siswa tempat belajarnya anak anak Indonesia tahun 1922 di Jogjakarta yang menjadi cikal bakal pendidikan di Indonesia.
Kata-kata peninggalan dari Bapak Pendidikan Nasional yang sangat terkenal adalah “ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Di depan (guru) memberi contoh, di tengah (guru) memberi bimbingan, dan di belakang (guru) memberikan dorongan. Sebagai tanda jasa atas perjuangan beliau. Peringatan Hardiknas tidak semata-rnata dimaksudkan untuk mengenang hari kelahiran Ki Hajar Dewantara selaku Bapak Perintis Pendidikan Nasional, namun kita jadikan momentum untuk mengoreksi diri serta lebih memacu semangat berinovasi dan berkreasi guna penyelenggaraan pendidikan ke depan yang lebih baik.
Baca Juga:
Pentingnya pendidikan bagi semua elemen masyarakat guna kemajuan bangsa
Dewasa ini, pendidikan tidaklah sesulit zaman dahulu karena adanya diskriminasi terhadap warga Indonesia dengan tak boleh belajar, akan tetapi hanya anak anak dari orang Belanda saja yang boleh mengenyam bangku pendidikan. Pendidikan saat ini dapat dinikmati oleh hampir semua kalangan, walaupun ada juga beberapa kalangan yang menganggap pendidikan merupakan sesuatu yang mahal.
Namun, begitu pentingnya pendidikan bagi semua elemen masyarakat guna kemajuan bangsa. Dalam tatanan pemerintahan pun, anggaran biaya untuk pendidikan sangat besar, sesuai dengan amanat undang-undang. Tetapi sesuai atau tidaknya dalam pelaksanaannya, hanyalah orang yang berwenang yang mengetahuinya.
Lalu bagaimana kondisi pendidikan saat ini? Haruskah kita melaluinya dengan perjuangan orang-orang terdahulu saat hendak pergi menuntut ilmu? Dengan kemajuan zaman dan teknologi, pendidikan sudah sangat maju dan berkembang. Sebagai pemuda penerus bangsa, kondisi Indonesia kelak ada di genggamanmu!
Momentum untuk merenungkan, merefleksikan diri, dan mengintropeksi terhadap masa depan pendidikan nasional
Peringatan Hari pendidikan Nasional merupakan momentum untuk merenungkan, merefleksikan diri, dan mengintropeksi apa yang telah dilakukan, dan memprespektifkan apa yang akan dilakukan untuk masa depan yang lebih baik bagi pendidikan nasional.
Makna lain yang tak kalah penting adalah momentum untuk merefleksi diri, apakah kita telah melaksanakan ajaran Ki Hajar Dewantara yaitu “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani”. Ajaran tersebut mengajak kepada segenap komponen bangsa mulai dari para penyelenggara negara, politisi, tokoh agama, tokoh masyarakat, para pendidik, tenaga kependidikan dan orang tua peserta didik untuk berperilaku “Di depan Memberi Tauladan, Di Tengah Memberi Semangat, Di Belakang Memberi Dorongan” kepada peserta didik.
Baca Juga:
Pentingnya pendidikan karakter di zaman digital
Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, merupakan daya upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuh anak secara utuh, agar kita dapat melahirkan anak yang jujur dan berprestasi.
Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter, sehingga anggota masyakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-sendi Negara Kesatuan Indonesia Republik Indonesia (NKRI) dan norma-norma sosial di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama.
Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan, karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun, sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun masyarakat pada umumnya.
Pembangunan watak (character building) amat penting untuk membangun manusia Indonesia yang berakhlak dan berwatak baik, berbudi pekerti dan berperilaku baik, bermoral dan beretika baik dalam ucapan maupun perbuatan.
Pembangunan watak yang kita inginkan itu dapat dimulai dengan melaksanakan ajaran Ki Hajar Dewantara yaitu “Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani”. Berhasil atau tidaknya pembangunan karakter dan pendidikan karakter bukan hanya tergantung pada tenaga pendidik dan tenaga kependidikan semata, melainkan seluruh komponen bangsa.
Baca Juga: Pendidikan Dalam Bingkai Prestasi