Melihat Proses Pembuatan Bakpia Patuk 75 Yang Legendaris

Bakpia merupakan salah satu kuliner khas yang terkenal di Yogyakarta selain gudeg. Kampung bakpia di Jogja ada di Patuk. Kampung ini menjadi pusatnya oleh-oleh legendaris asal Yogyakarta.
Bakpia adalah kue berbentuk bulat pipih yang terbuat dari adonan tepung terigu dengan isian kacang hijau tumbuk yang dicampuri gula. Makanan khas yang satu ini sangat legendaris dan mudah ditemukan di pusat-pusat wisata kuliner.
Salah satu bakpia terkenal di Jogja adalah Bakpia Patuk 75. Tapi tahukah kamu, nama Bakpia Patuk ternyata diambil dari sebuah kampung yang ada di Kalurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta. Kampung Patuk menjadi pusat pembuatan bakpia yang sangat legendaris.
Sejarah bakpia patuk 75
Bakpia sebenarnya adalah bukti akulturasi antara Jawa dan Tionghoa. Namun tak banyak lagi yang merasakan aroma Tionghoa dalam kue bakpia. Apalagi setelah kue yang aslinya dari terigu dan isi kacang hijau tumbuk ini sejak sekitar tahun 1980 diberi label “oleh-oleh khas Yogyakarta”, kebanyakan orang tahunya kue itu diproduksi oleh masyarakat kota gudeg.
Berdasarkan referensi yang saya dapat, Goei Gee Oe, keturunan Tionghoa yang tinggal di kawasan Pathuk, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta, adalah orang pertama yang membuat dan memulai berjualan bakpia, tahun 1930-an silam. Ia menjajakan bakpia dalam lemari kaca yang dipikul berkeliling. Dia akhirnya membuka toko di Jalan Ngupasan 55 (sekarang bernama Jalan Bhayangkara 63) yang sekaligus adalah rumahnya, sekitar tahun 1940. Toko itu hingga kini bertahan dengan mengusung merek “Bakpia Pathuk 55”.
Kisah serupa dilakoni Liem Bok Sing, yang tinggal di Jalan Pathuk (sekarang Jalan Karel Satsuit Tubun, tidak jauh dari Jalan Bhayangkara), membuka sebuah toko kecil dengan jualan bakpia, pada tahun 1948.
Usaha yang kini diteruskan cucunya itu lantas terkenal sebagai “Bakpia Pathuk 75”. Hingga tahun 1985, hanya ada satu toko bakpia di jalan tersebut. Karena mulai muncul beberapa toko bakpia di kanan-kiri, maka dipakailah nama “Bakpia Patuk 75” sebagai penanda.
Belum diketahui persis apakah bakpia ada di negeri China. Dulunya, makanan di sana yang paling mirip bakpia adalah tong cu pia, roti isi daging babi dibungkus tepung terigu, yang ukurannya sedikit lebih besar dari bakpia. Kemungkinan bakpia adalah kreasi warga Tionghoa yang berinisiatif menjual makanan sesuai lidah warga Yogyakarta (Jawa) sehingga diisi dengan kumbu kacang yang terkenal manis.
Baca Juga:
Proses Produksi Bakpia patuk 75
Pertama kali masuk ke dalam area produksi bakpia, hawa sekitar mulai menghangat akibat panas tungku yang menyeruak pada pojokan ruangan. Area produksi ini dipenuhi pekerja dari masing-masing bidang kerja, area kerja bagian pertama bertugas untuk membuat adonan kulit bakpia yang telah selesai diulen dari mixer.
Sedangkan, area kerja bagian kedua bertugas untuk mengisi kumbu dan kemudian selanjutnya memasukkan bakpia ke dalam tungku pemanas.
Kumbu yang terletak di area produksi ini memang tidak dikerjakan di pabrik yang kita kunjungi kali ini, sehingga sayang sekali saya tidak memiliki dokumentasi pembuatan kumbu yang rasanya mantap sekali. Bakpia patuk 75 ini memiliki kekhasan, kulitnya yang terasa sangat kering dan kumbunya yang mantap.
Setelah bakpia melewati tungku pemanas, akhirnya bakpia siap dikemas dalam kotak. Bakpia ini tahan hingga seminggu bahkan lebih. Hal ini karena sifat produk bakpia yang tidak terlalu banyak kandungan Aw atau air bebasnya sehingga masa simpan lebih lama daripada produk basah lainnya.
Satu hal yang membanggakan, pekerjanya telah sadar akan adanya keamanan pangan yang harus dijaga, yaitu menggunakan masker dan sarung tangan dalam proses pembuatan bakpia.
Baca Juga: 4 Resep Makanan Khas Yogyakarta Praktis, Bikin Makin Kangen Jogja!


















