PuisiSastra

Isi Kalbu

Aku jeremba kepada malapetaka

Bukan karena ingin mencambar kehidupan

Bukan pula karena ingin kama

Tapi karena aku ingin belajar untuk memiliki hati nirmala

Sedari temaram

Aku berdoa tentang amaraloka

Nan aksa dipandangan

Aku sadar bahwa malapetaka anitya

Sebab itu aku menerimanya dengan penuh atma

Mungkin bilur mudah sembuh

Tapi tentang candala yang selalu terngiang di hati

Kurasa hal itu sudah abadi mengabdi di hati

Mungkin kedengarannya sungguh faktisius

Tapi hal itu terjadi secara ambisius

Malam dan temaram menjadi saksinya

Dimana tembok bisa mengulurkan air mata

Dimana bantal bisa bercerita dengan penuh diksi

Dimana selaksa uraian kesedihan melalui air yang menetes dengan kramat

Aku menyendiri di kamar

Menikmati segalanya sendirian

Aku bilang aku sedang bilur

Namun aku selalu persistensi untuk menyadari bahwa hidupku sangat istimewa

Aku berbaring menghadap utara

Sembari berpikir apa yang cocok untuk kujalani dengan penuh darah

Aku hanya bisa sadarah

Rinai memberikan ribuan inspirasi kepadaku

Tengah malam juga memberikan kehangatan

Imajinasiku lingar

Menatap lintang yang kirana

Aku mulai menulis bait demi bait keluh-kesah

Yang sudah kusimpan sedari dulu di hatiku

Aku mendadak menjadi kimpoidra

Padahal aku sendiri taksa terhadap diksi

Namun kata demi kata mengintip di balik jamanika

Ingin segera kuselesaikan tulisanku

Agar hati bisa menjadi lega

Aku tak tega

Jika terus-menerus bernyawa namun tak bersenyawa

Aku tidak ingin hanya hidup di dalam jiwa yang kosong

Aku belajar menjadi yang lebih baik

Aku mengeluarkan semua duka di kalbu

Aku meninggalkan semua luka yang masih terngiang di otak

Aku berharap luka dan duka bisa hirap

Melalui bait-bait cerita yang kukemas dengan indah

Aku ingin menuangkan semua kecemasan yang ada di hatiku

Melalui puisi

Sebab bercerita paling indah adalah dengan menulis puisi

Bukankah tidak semua orang bisa melakukannya?

Mungkin jiwaku memang lakawigna

Tapi bukan berarti aku tak berhak menetap di kehidupan

Aku hanya terbuang dari kumpulan yang tak paham makna menghargai

Bukan dibuang oleh Tuhan

Dengan cara yang paling halus

 

Baca Juga: Lebih Baik Setelah Kepergiannya

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button