Rembang terkenal karena garam dan pahlawan wanita, RA Kartini. Pahlawan emansipasi wanita yang dimakamkan di Desa Mantingan, Kecamatan Bulu. Perjuangannya menginspirasi kaum wanita mendapatkan pendidikan yang layak dan kehidupan yang setara dengan kaum pria. Rembang juga terkenal karena mantan menteri pendidikan Nugroho Notosusanto, juga menteri agama, Maftuh Basuni dan Yaqut Kholil Qoumas.
Keterkenalan Rembang, menjadikan pantai di sepanjang pesisir Rembang terkenal. Salah satunya Pantai Kartini yang ada di sebelah barat kantor DPRD dan kantor Bupati Rembang.
Dulu saat saya masih kecil, pantai tersebut ramai dikunjungi dan jadi tujuan wisata pantai di wilayah Rembang. Letaknya di seberang Jalan Nasional menjadikan transportasinya mudah. Itu dulu.
Kini nasibnya mengenaskan. Sungguh ironi pantai yang dulu jadi tujuan wisata, sekarang sepi tak ada pengunjungnya. Kok bisa ya? Tentu ada banyak alasan, pudarnya tempat wisata tersebut.
1. Ganti nama menjadi Dampo Awang Beach
Pudarnya TRPK (Taman Rekreasi Pantai Kartini) sudah muncul sejak awal tahun 2000 an. Pengunjung sudah jarang yang datang. Pengelola pun menambah fasilitas berupa kolam renang. Kemudian dikelola swasta dan menggantinya dengan Dampo Awang Beach.
Penamaan Dampo Awang berhubungan dengan cerita tokoh tersebut yang mendarat di Rembang dan berdebat dengan Sunan Bonang. Alhasil, Dampo Awang kalah.
Penamaan baru disertai dengan penambahan wahana dan penataan pedagang. Awalnya ramai dengan promosi yang gencar. Namun, hanya berlangsung beberapa bulan. Selanjutnya sepi seperti sedia kala.
Baca Juga:
2. Pantainya kotor dan kering
Sepinya pengunjung disebabkan pantainya kotor dan banyak sampah. Sampah rumah tangga dari masyarakat sebelahnya yaitu penduduk kampung Pabean desa Tasikagung dan Pandean, membuat pantai kotor dan bau. Sampah rumah tangga mengalir ke laut dan menjadikan air laut tercemar. Terutama limbah industri perikanan di Tasikagung.
Pantainya juga mengalami pendangkalan dan kering. Air laut tidak sampai ke bibir pantai. Sehingga yang terlihat hanya endapan lumpur, bukan pasir pantai yang bersih.
3. Pembangunan pelabuhan di Tasikagung menjadikan pendangkalan pantai
Pelabuhan Tasikagung itu pelabuhan pendaratan ikan terbesar di Rembang. Tempat pelelangan ikan hasil tangkapan nelayan dari Juwana dan Rembang.
Saat tahun 2000an, pelabuhan Rembang tersebut diperbesar dan dilakukan pengurukan laut. Jadi, pengurukan dilakukan untuk menambah jumlah kapal yang berlabuh dan membongkar muatan. Emang sih, pelabuhan menjadi lebih menjorok ke laut dan luas sekali. Sayangnya, pantai di sekitarnya ikut mengalami pendangkalan. Air laut tidak lagi sampai ke bibir pantai termasuk pantai Kartini yang ada di sebelah timur pelabuhan Tasikagung.
Pendangkalan itu menjadikan anjungan di pantai Kartini yang dulu ada di atas air laut, kini di atas lumpur. Sebab airnya sudah jauh surut di utara.
Baca Juga:
4. Kolam renang dan fasilitas sudah rusak
Kolam renang yang pernah diharapkan jadi penarik wisata, kondisinya memprihatinkan. Selain kotor juga jarang sekali dikuras.
Lokasi tempat wisata juga kotor sebab banyak daun berserakan. Akibatnya, pengunjung tidak tertarik datang.
Walau sering diadakan even di depan taman Kartini, tetap saja gak ada pengunjung. Bahkan saat diadakan pesta syawalan atau kupatan, saat itulah pantai ini ramai pengunjung. Banyak pedagang dan pengunjung yang datang dan mencoba menikmati pantai Kartini.
Masyarakat akan lebih memilih pantai Karangjahe, pantai Wates atau Pantai Caruban yang lebih terawat dan asri. Demikian, ironi pantai Kartini Rembang yang seolah tinggal kenangan. Ditunggu penanganan serius dari pemda sehingga pantai tersebut menjadi tempat wisata yang baik. Terima kasih.
Baca Juga: Membangkitkan Potensi Unggulan Kabupaten Rembang, Ini 6 Pekerjaan Rumahnya
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.