Lika-liku Kehidupan


Foto: Ilustrasi Kehidupan (Pixabay)

Mimpi dan Obsesi

Kulihat tubuh kecil itu bergerak

Seolah meminta belaian lembut

Tangan ini siap mengabulkannya

Dengan dukungan cinta dan kasih sayang

 

Momen ini sudah lama dinanti

Akhirnya terwujud setelah tiga tahun

Aku tampak bahagia dan lega

Namun tidak dengan sang pasangan

 

Seringkali sulit memahami situasi

Rasa bersalah pun kian menyelimuti

Terbesit dia yang mungkin menolak

Memiliki keturunan dalam waktu dekat

 

Durasi itu bahkan sangat lama

Terlebih aku yang kerap dicecar

Oleh ribuan pertanyaan sama

Hingga muak dan hanya bisa pasrah

 

Dia kemudian mengatakan sesuatu

Anak itu tak pernah ada

Segala yang kulakukan rupanya miris

Sebab terjebak mimpi dan obsesi

 

Baca Juga: Menjadi Asing Kembali

Arah Diri

Tajam tak hanya milik pisau

Mulut menjadi contoh lainnya

Jika dipakai menyalahi aturan

Bisa membuat orang lain terluka

 

Kalimat itu sering muncul tiba-tiba

Tepat di saat amarah menguasai diri

Entah mengapa kepala berhenti berpikir

Sampai rela menyakiti hati

 

Ada kalanya memilih diam lebih baik

Suasana bahkan tak semakin keruh

Meski emosi terus bergejolak

Jangan membawanya ke dalam api

 

Penting membuat diri mampu terarah

Pastikan sudah ada kedamaian di hati

Kurang mencaci pada keadaan yang tak selaras

Jika tidak ingin merasakan kehilangan

 

Baca Juga: Meratapi Senja

Sebut Dia Pantai

Langit membentang ditemani awan

Burung-burung tampak melepas penat

Nyanyiannya begitu syahdu didengar

Angin pun sampai ikut bergoyang

 

Air laut turut memperindah suasana

Dengan warna yang bahkan sepadan

Desiran ombak kian membuatku nyaman

Masalah hidup bahkan terlupa sejenak

 

Keindahannya seolah menjebakku

Untuk selalu singgah seumur hidup

Bayangkan menikmati masa tua di sana

Senyuman terukir di momen terakhir kita

 

Aku tidak pernah merasa sedamai ini

Sebelum akhirnya menemukanmu

Tempat indah dengan sebutan pantai

Teman terbaik saat lelah menghampiri

 

Baca Juga: Buffer Kehidupan 

Makhluk Serupa

Beban ini terus berpijak di bahu

Tiap detik berharap segalanya berlalu

Belum lagi ada secercah rasa malu

Saat seseorang memintaku mengaku

 

Aku memang belum bisa setara

Apakah tiap orang harus bernasib sama?

Keberagaman jadi tak ada gunanya

Menghilang termakan kerasnya dunia

 

Sangat sulit menjadi anak pertama

Ekspektasi tinggi kerap menyiksa

Gagal sekali sakit diterima

Seperti tak boleh lelah dalam bekerja

 

Pernahkah mereka sedikit berpikir

Tentang kondisi tubuhku secara utuh

Terus berkata ingin merasa bahagia

Tanpa peduli apa aku bisa tersenyum

 

Ingat bahwa diriku makhluk serupa

Tak selalu bisa memenuhi keinginan

Terlebih dengan adanya paksaan

Masih ada di bumi pun sebuah kebanggaan

 

Baca Juga: INGIN WALAU

Babak Baru

Kalimat tajam kerap kuterima

Hingga dada sulit merasa lega

Seringkali tampak berpura-pura

Meski membuatnya kian semena-mena

 

Momen itu kujadikan alasan

Untuk menyendiri tanpa teman

Namun nyatanya tak bisa bertahan

Saat diri ini mulai merasa bosan

 

Kupikir selalu sendiri keputusan tepat

Sebab kita tak perlu menerima hujat

Sepi yang membuatnya buruk

Hidup pun semakin ikut terpuruk

 

Babak baru kembali dicoba

Aku yang bisa menghadapi fakta

Caci maki tak dipendam dalam hati

Cukup pahami bahwa itu tanda dengki

 

Pastikan pula tak semua orang sama

Cukup percaya dan jalani apa adanya

Terapkan semuanya secara nyata

Niscaya bahagia bisa terus menerpa

 

Baca Juga: MENGHARAP CINTA HADIR

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Like it? Share with your friends!

Explorer

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *