Sejarah

3 Model Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Melawan Tentara Jepang

Jepang mendarat pertama kali di Indonesia pada 11 Januari 1942, tepatnya di Tarakan, yang dulunya termasuk wilayah Kalimantan Timur.

Salah satu alasan Jepang menjajah Indonesia dan menduduki Hindia Belanda adalah untuk mendapat cadangan logistik dan bahan industri perang, seperti minyak bumi dan aluminium.

Keberhasilan Jepang menguasai beberapa wilayah Indonesia, merupakan akibat dari propaganda-propaganda yang dilakukan oleh Jepang terhadap bangsa Indonesia, tujuannya adalah menarik simpati sehingga rakyat tidak melakukan perlawanan.

Banyak masyarakat yang menderita saat wilayahnya dikuasai oleh Jepang. Hal ini dikarenakan, mereka dipaksa untuk membuat parit, jalan, lapangan terbang, dan juga dipaksa oleh Jepang untuk menjadi Romusha. Romusha adalah sebutan untuk orang-orang yang dipekerjakan sebagai buruh secara paksa oleh Jepang ketika menduduki Indonesia.

Pada masa pendudukan Jepang, organisasi kebangsaan yang berdiri sejak zaman penjajahan Belanda dibubarkan. Para pemimpin organisasi kebangsaan yang telah dibubarkan selalu dicurigai dan diawasi. Jepang betul-betul menguasai keadaan politik Indonesia. Sebelum menyerbu Indonesia, tentara Jepang telah dilengkapi berbagai macam dokumen tentang situasi politik Indonesia zaman Hindia Belanda, termasuk para tokoh pemimpin bangsa Indonesia.

Baca Juga:

Menghadapi kenyataan yang serba sulit, para pemimpin bangsa Indonesia tidak kehilangan semangat perjuangan. Mereka selalu mencari cara yang paling tepat dan baik untuk mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka.

Bangsa kita kemudian mencoba untuk membuat berbagai siasat untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang. Masyarakat kita saat itu tidak dijadikan sebagai Romusha. Cara-cara perjuangan kemerdekaan Indonesia yang ditempuh oleh para pahlawan bangsa, antara lain sebagai berikut.

1. Perjuangan Terbuka Melalui Organisasi Bentukan Jepang

Para pemimpin bangsa Indonesia banyak yang terpaksa bekerja sama dengan pihak Jepang. Bahkan, para pemimpin tersebut ada yang menduduki jabatan penting dalam lembaga bentukan Jepang. Misalnya, Ir. Sukarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur (Empat Serangkai). Mereka menduduki pimpinan Pusat Tenaga Rakyat (Putera).

Putera merupakan sebuah organisasi yang dibentuk Jepang pada bulan Maret 1943 dan bertujuan menggerakkan rakyat Indonesia untuk mendukung Jepang dalam berperang menghadapi Sekutu.

Setelah Putera dibubarkan, Jepang membentuk Jawa Hokokai. Salah satu bagian dari Jawa Hokokai adalah barisan pelopor (Suishintai) yang dipimpin Ir. Sukarno dan dibantu oleh beberapa tokoh Indonesia yang lain. Melalui barisan pelopor ini, para pemimpin bangsa Indonesia juga menanamkan semangat nasionalisme ke hati sanubari para pemuda.

2. Perjuangan Bawah Tanah

Pengertian perjuangan bawah tanah adalah perjuangan yang dilakukan secara tertutup atau rahasia. Perjuangan bawah tanah pada umumnya dilakukan oleh para pemimpin bangsa Indonesia yang terpaksa bekerja di instansi pemerintah Jepang. Walaupun mereka bekerja sebagai pegawai di instansi pemerintah Jepang, di balik itu mereka menghimpun dan menyatukan rakyat untuk meneruskan perjuangan mencapai Indonesia merdeka.

Perjuangan perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui gerakan bawah tanah tidak terbatas di Jakarta, tetapi juga di Semarang, Bandung, Surabaya, dan Medan. Di Jakarta terdapat beberapa kelompok yang melakukan perjuangan bawah tanah atau secara rahasia. Antara kelompok perjuangan satu dengan yang lain selalu berhubungan. Kelompok perjuangan tersebut, antara lain Kelompok Ahmad Subarjo, Kelompok Sukarni, Kelompok Pemuda, dan Kelompok Syahrir.

Baca Juga:

3. Perjuangan kemerdekaan Indonesia melalui perlawanan bersenjata

Selain perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan memanfaatkan organisasi bentukan Jepang dan perjuangan bawah tanah, para pemimpin bangsa Indonesia juga berjuang melalui perlawanan bersenjata. Hal itu didorong oleh kekejaman tentara Jepang yang mengakibatkan penderitaan rakyat. Perlawanan bersenjata melawan Jepang, antara lain sebagai berikut:

  1. Pemberontakan rakyat Biak di wilayah Papua pada tahun 1943.
  2. Perlawanan rakyat di daerah Aceh, seperti di Tjot Plieng pada tahun 1942. Perlawanan itu mereda pada tahun 1944.
  3. Pemberontakan rakyat di Indramayu pada bulan April tahun 1944 di bawah pimpinan H. Madriyas.
  4. Perlawanan rakyat di Pontianak pada tahun 1944 yang mengakibatkan jatuhnya korban rakyat di daerah ini secara besar-besaran.
  5. Pemberontakan di Singaparna, Tasikmalaya pada bulan Februari 1944 yang dipimpin oleh Haji Zaenal Mustafa.
Perlawanan yang dilancarkan prajurit Peta, antara lain sebagai berikut:
  1. Perlawanan Peta di Blitar yang dipimpin oleh Supriyadi pada tanggal 14 Februari 1945;
  2. Perlawanan Peta di Gumilir, Cilacap;
  3. Perlawanan Peta di Aceh yang dipimpin oleh Teuku Hamid.

Di antara perlawanan Peta terhadap tentara pendudukan Jepang yang paling besar adalah perlawanan di Blitar. Perlawanan Peta di Blitar dapat dipatahkan oleh Jepang, tetapi menyebabkan lemahnya pertahanan tentara Jepang pada saat menghadapi serangan besar-besaran tentara Sekutu.

Baca Juga: Mengenal Sejarah Perjanjian Linggarjati, Perundingan Awal Indonesia Dengan Belanda di Awal Kemerdekaan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button