Melihat Kembali Peran dan Nilai Guru Penggerak di Zaman Milenial
Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah meluncurkan program Guru Penggerak.
Program ini bertujuan untuk menciptakan guru-guru yang tidak hanya kompeten dalam mengajar, tetapi juga mampu menjadi agen perubahan dalam ekosistem pendidikan.
Nilai dan peran dari guru penggerak
Guru Penggerak adalah seorang guru yang mandiri untuk bertanggung jawab atas perannya, bahkan mengimbaskan perubahan yang positif kepada lingkungan sekitarnya, baik kepada murid maupun kepada guru lainnya.
Seorang Guru Penggerak harus mampu melakukan refleksi akan segala hal yang sudah dikerjakannya untuk dapat menilai apa yang berhasil dan apa yang harus diperbaiki untuk ke depannya.
Namun, tentu saja seorang Guru Penggerak tidak akan mampu melakukan segala perubahan itu sendiri. Guru Penggerak harus berkolaborasi dengan guru lain, kepala sekolah serta instansi terkait lainnya agar semua tujuan dan praktik baik ini juga dapat dikerjakan secara bersama-sama sehingga mampu menghasilkan perubahan yang berarti bagi murid dan pendidikan di Indonesia di zaman milenial.
Dalam pelaksanaan perannya, seorang Guru Penggerak harus memiliki jiwa yang kreatif dan inovatif. Seorang Guru Penggerak perlu untuk selalu memunculkan gagasan-gagasan baru serta menggunakan metode metode baru yang tepat untuk mengembangkan segala pembelajaran. Hal ini sangat penting karena merupakan tuntutan zaman.
Baca Juga:
Anak zaman sekarang sebagai digital native memiliki ketertarikan dan keterikatan pada teknologi digital. Oleh karena itu, Guru Penggerak juga harus mampu melibatkan teknologi digital dalam pembelajaran atau perubahan lainnya untuk mendapatkan engagement dari murid. Kreativitas serta keinginan untuk menciptakan inovasi baru terkait pembelajaran adalah roh perubahan dari Guru Penggerak.
Akan tetapi segala peran Guru Penggerak di atas tidaklah memiliki makna bila Guru Penggerak tidak memiliki keberpihakan pada murid. Kepentingan murid sebagai subyek dari pembelajaran harus diutamakan, dan kebutuhan mereka yang berbeda beda harus difasilitasi oleh guru agar mereka benar-benar memperoleh manfaat dari proses pembelajaran ini.
Keberpihakan kepada murid ini adalah salah satu pemikiran utama Ki Hajar Dewantara yaitu guru harus menghamba pada murid. Guru wajib untuk menuntun segala kodrat yang ada pada murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai manusia. Segala hal yang dibutuhkan murid dalam belajar harus sebisa mungkin difasilitasi oleh guru.
Seorang guru bertindak sebagai ‘pamong,’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya.
Ki Hajar Dewantara mengingatkan juga bahwa pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan lokal budaya Indonesia.
Selaras dengan filosofi Ki Hajar Dewantara
Dari penjelasan di atas, dapat dinilai bahwa segala peran dan nilai-nilai Guru Penggerak selaras dengan pemikiran serta filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara. Peran Guru Penggerak untuk menciptakan dan mengawal perubahan positif pendidikan Indonesia telah sesuai dan sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Guru merupakan sosok yang harus dapat menuntun, mengarahkan, memberi teladan, dan memberdayakan murid. Murid membutuhkan sosok panutan, penuntun, kawan yang percaya padanya, untuk menghantarkannya ke masa depannya. Belajar adalah sarana dan segala upaya untuk menuntun murid menemukan jati dirinya serta mengajarkan segala karakter baik kepada murid.
Pendidikan harus memberi makna bagi kehidupan murid sehingga menjadi kendaraan bagi mereka menuju masa depan yang gilang gemilang. Peran seorang guru adalah sebagai pembentuk generasi masa depan. Tidak dapat dipungkiri, segala pengalaman yang terjadi di masa sekolah, baik TK, SD, SMP dan SMA, membentuk pribadi dan karakter seorang anak.
Guru dapat menjadikan seorang manusia yang berbudi pekerti dan berkarakter baik, atau sebaliknya, menghancurkan citra diri dan kepribadian seorang anak dengan kata-kata dan perbuatannya. Guru dapat mengajarkan anak untuk menjadi mandiri dan berdikari, atau membuatnya bahkan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Oleh karena itu, Guru Penggerak harus dapat terlebih dahulu melakukan perubahan itu dalam kesehariannya. Bila rekan guru lain dapat melihat dan menikmati perubahan positif yang kita kerjakan, semoga mereka juga ingin melakukan perubahan yang sama bahkan melebihi apa yang sudah kita coba lakukan. Tugas Guru Penggerak adalah memotivasi dan menciptakan budaya baru agar semua guru di Indonesia dapat memiliki keberpihakan yang positif pada kepentingan murid murid yang dipercayakan pada mereka.
Baca Juga:
Membutuhkan dukungan dari berbagai pihak
Yang pertama adalah dukungan sekolah dan instansi terkait karena perubahan harus disetujui oleh kepemimpinan sekolah. Bila telah dapat disetujui, maka segala upaya perbaikan dari Guru Penggerak akan didukung sehingga lebih mudah.
Selain itu, tentu saja guru lainnya, terutama yang ada di level yang sama. Murid tidak mungkin diajar seorang diri melainkan kolaborasi dengan guru lainnya. Oleh karena itu kerjasama yang baik demi mencapai tujuan yang sama sangat dibutuhkan.
Sinergi positif akan semakin memperbesar keberhasilan peran Guru Penggerak. Tentu saja, murid dan orang tua juga sangat berperan. Murid sebagai subyek pembelajaran dan orang tua sebagai wali murid adalah stakeholder yang sangat penting untuk tercapainya peran dan nilai seorang Guru Penggerak.
Oleh karena itu, hanya dengan sebuah kolaborasi dan kebersamaan cita cita perubahan pada pendidikan di Indonesia akan tercapai. Mari kita bergandengan tangan menuju Indonesia yang maju.
Baca Juga: Guru dan Orang Tua yang Jahat: Menguak Sebuah Fakta dalam Pendidikan