4 Tradisi di Bengkulu yang Masuk Warisan Budaya Tak Benda
Bengkulu memang merupakan provinsi yang kecil. Bagi sebagian orang, Bengkulu lebih dikenal dengan bunga bangkai atau rafflesia arnoldi yang tumbuh di dalam hutan.
Namun, ternyata Bengkulu merupakan wilayah strategis karena banyak kerajaan pernah berdiri di sana. Selain itu, British East India Company (EIC) juga pernah membuat pusat perdagangan di wilayah tersebut. Ini semakin menunjukkan bahwa wilayah Bengkulu ini terbilang strategis.
Sejarah panjang itu membuat ada banyak budaya dan tradisi di Bengkulu yang cukup unik dan menarik. Bahkan akhirnya menjadi warisan budaya tak benda di Indonesia. Bukan tidak mungkin, suatu saat nanti naik kelasnya menjadi warisan dunia.
Berikut beberapa tradisi di Bengkulu yang jadi warisan budaya tak benda.
1. Kain besurek
Kain besurek adalah salah satu kain batik hasil kerajinan tradisional daerah Bengkulu yang telah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Meskipun kain besurek diyakini sebagai hasil budaya fisik masyarakat Melayu Bengkulu, tapi pada motifnya terlihat pengaruh unsur-unsur kebudayaan Islam, yaitu motifnya yang bernuansa kaligrafi Arab. Dalam perkembangan selanjutnya motif-motif tersebut dimodifikasi dengan menambahkan raflesia atau bunga kibut.
Kain besurek merupakan salah satu pakaian yang biasa digunakan di upacara adat tradisi Bengkulu. Namun, saat ini sudah lebih populer dan penggunaannya lebih masif. Kain besurek sudah jadi warisan budaya tak benda sejak 2015 silam.
Penggunaan kain besurek pada mulanya hanya terbatas untuk upacara-upacara adat seperti dipakai oleh pengapit pengantin pria (detar atau topi khas Bengkulu) pada acara nikah; untuk pengantin putri pada acara siraman atau mandi, berdabung atau acara mengikir gigi; dalam rangkaian upacara perkawinan sebagai hiasan yang disampirkan pada bilik pengantin. Selain itu digunakan pula untuk malam inai curi ke kubur, penutup jenazah; dan acara cukur bayi penggunaannya sebagai hiasan tiang buaian bayi.
Baca Juga:
2. Dendang Bengkulu
Selanjutnya, ada dendang Bengkulu yang baru jadi warisan budaya tak benda sejak 2021 lalu. Dendang jadi warisan tradisi Bengkulu yang khas. Kesenian dendang merupakan salah satu kesenian rakyat yang mempunyai latar belakang agama islam. Syair lagu yang dibawakan terbentuk pantun yang berisikan nasihat-nasihat bahwa dalam kehidupan ini hendaklah selalu teringat kepada Allah.
Asal mula kesenian dendang yang terdapat di Kota Bengkulu berasal dari kerajaan Pagaruyung di Sumatra Barat, akan tetapi ada versi lain yang mengatakan bahwa kesenian Dendang berasal dari sebuah cerita atau legenda dua orang kakak beradik yaitu Dang Kumbang dan Ding Kumbang yang mengajari anaknya berlatih silat. Pada waktu berlatih mereka menghentak hentakkan kakinya ke tanah sehingga menimbulkan bunyi “Dang…dung…dung”, sedangkan kata “Den” berasal dari penyebutan kedua orang ini yang berasal dari keturunan bangsawan yang biasa disebut “Raden”.
Suatu bentuk seni ataupun sastra lesan sudah pasti memiliki fungsi dalam kehidupan masyarakat. Begitu juga dengan seni dendang melayu Bengkulu. Setiap penyelenggaraan Seni Dendang dalam upacara perkawinan adat di Bengkulu senantiasa dihadiri oleh seluruh lapisan masyarakat baik anak-anak, remaja, maupun orang tua, berkumpul dan berbaur dalam acara berdendang.
Pada kesempatan itulah para pedendang memanfaatkan kesempatan baik untuk memberi nasehat, petuah, dan ajaran-ajaran sebagai bekal hidup anak-anak muda dan remaja, untuk mencari ilmu setinggi-tingginya dan untuk selalu ingat pada Sang Pencipta yaitu Allah SWT.
3. Dhol
Ada budaya dan tradisi Bengkulu lain yang menjadi warisan budaya tak benda. Budaya itu yakni alat musik dhol. Uniknya, dhol merupakan campuran budaya wilayah itu dengan India. Sejaranya, dhol dibawa oleh sosok Syekh Burhanudin dari Pakistan.
Alat musik Dhol sudah menjadi milik masyarakat Kota Bengkulu, dan merupakan alat kesenian tradisi yang perlu kita banggakan dan dilestarikan. Dhol ini dahulunya dibawa oleh Keluarga Keturunan India yang datang ke Bengkulu dan bekerja pada pasukan Inggris sekitar tahun 1600-an, dan dari informasi Ir. Syafril (Mamu) pertama kali Dhol datang ke Bengkulu pada abad 15 di bawah oleh Syekh Burhanudin (Imam Senggolo) yang berasal dari Punjab bangsa Arab (Pakistan).
Alat musik Dhol ini merupakan alat pendukung pada kegiatan Tabut yang diselenggarakan setiap tahunnya yaitu pada tanggal 1-10 Muharram. Dhol ini digunakan sebagai satu kesatuan upacara tabut, yang terangkai dalam tahapan-tahapan upacara tabut. Alat musik Dhol memiliki keunikan tersendiri sebagai alat musik tradisi di Kota Bengkulu alat musik ini mampu memberikan sebuah ciri khas hingga menjadi salah satu daya tarik masyarakat Kota Bengkulu, saking populernya alat ini banyak dicari dan dipelajari oleh seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Sekilas Dhol ini serupa atau mirip dengan bedug. Dhol Berbentuk setengah bulat lonjong dan berhiaskan ornamen warna-warni. Alat musik Dhol terbuat dari kayu atau bonggol kelapa yang sudah tua.
Baca Juga:
4. Marhaban Buai Anak
Selanjutnya, ada tradisi di Bengkulu lain yang merupakan warisan budaya tak benda yakni marhaban buai anak. Ini merupakan upacara adat tradisional yang terinspirasi dari proses kelahiran dan pasca kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Marhaban Buai Anak adalah salah satu kegiatan atau prosesi yang mengiringi kegiatan akiqah dan cukuran rambut anak yang baru saja di lahirkan. Sebuah adat budaya yang kental sekali dengan nilai agama. Syiar Agama Islam sangatlah mempengaruhi kegiatan adat dan budaya khas Melayu Bengkulu.
Bayi berusia satu minggu hingga tiga bulan akan dibuai dalam upacara ini. Sambil diiringi bacaan-bacaan doa untuk anak. Tradisi ini tak bisa lepas dari budaya Melayu yang kuat di Bengkulu.
Selain 4 hal tadi, masih ada banyak tradisi di Bengkulu dan budayanya yang menjadi warisan tak benda penting di Indonesia.
Baca Juga: Pentingnya Melestarikan Budaya Tradisional Indonesia, Bukan Sekedar Warisan Masa lalu