Jangan Mau di Rumah Saja, Saatnya Kembali Ke Sekolah


Bermain dengan teman di sekolah (unsplash.com/Bayu Syaits)

Pada awal tahun 2020, dunia dilanda pandemi virus Covid-19. Laju penyebaran virus covid-19 tidak terbendung. Indonesia merupakan negara yang cukup parah dalam penyebaran virus covid-19. 

Untuk menghentikan laju penyebaran virus Covid-19, berbagai upaya dilakukan. Seperti menemukan obat Covid-19, memproduksi dan memberikan vaksin kepada masyarakat, dan membatasi ruang gerak masyarakat.   

Siswa sekolah merupakan salah satu yang terdampak, karena sistem pembelajaran dilakukan secara daring sejak tahun 2020-2021.

1. Kendala dan tantangan pada sistem pembelajaran daring saat pandemi virus Covid-19

Ilustrasi gangguan saat belajar online di rumah (pixabay.com/geralt)

Pada awal tahun 2020, tepatnya sejak awal pandemi Covid-19, kegiatan tatap muka dalam proses belajar mengajar dihentikan. Semua proses pembelajaran dilakukan secara online atau daring.

Metode tersebut membuat para siswa dan guru harus menyiapkan perangkat pembelajaran. Terlebih bagi siswa, mereka harus menyiapkan komputer, handphone, dan kuota internet agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Tidak semua siswa memiliki perangkat belajar seperti komputer, handphone dan kuota internet. Terlebih bagi siswa yang orang tuanya merupakan bagian dari masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah. Apalagi para orang tua dari siswa yang terdampak langsung pembatasan sosial saat pandemi covid-19. Banyak dari mereka yang menjadi korban PHK, usahanya menjadi bangkrut, hutang semakin menumpuk, dan tidak dapat mencari nafkah.

Para siswa yang tidak memiliki perangkat belajar secara daring, akhirnya meminjam atau bergantian menggunakan perangkat tersebut dengan orang tua, ataupun dengan teman yang memiliki perangkat untuk mengikuti pembelajaran secara daring. Hal ini membuat para siswa yang tidak memiliki perangkat, terlambat dalam menerima informasi atau pembelajaran dari sekolah. Bisa dibayangkan jika dalam satu keluarga, tidak hanya satu anak saja yang mengikuti pembelajaran secara daring.

Kendala lain yang sering dirasakan oleh siswa dalam mengikuti pembelajaran daring, mereka tidak dapat fokus dalam mengikuti pembelajaran. Bisa jadi disebabkan oleh gangguan adik yang masih balita, atau pun sibuk membantu orang tua untuk berdagang dan membersihkan rumah.

2. Bercermin pada sistem pembelajaran daring saat pandemi Covid-19

Ilustrasi bermain games (unsplash.com/Erik Mclean)

Setelah 2 tahun lebih para siswa mengikuti sistem pembelajaran secara daring, banyak hal yang dapat kita cermati. Hal yang pertama terlihat adalah bertambahnya beban orang tua dalam mendidik anak. Dengan siswa belajar di rumah, maka orang tua terutama para ibu memiliki peran ganda sebagai ibu rumah tangga dan sebagai guru.

Hal kedua yang terlihat adalah semakin akrabnya para siswa dengan handphone dan internet. Jika sebelum pandemi Covid-19 banyak orang tua yang sangat membatasi penggunaan handphone pada anak, maka pada saat pandemi para siswa memegang kendali penuh handphone di tangannya. Dengan memberikan handphone kepada anak, ibarat dua mata pisau. Di satu sisi akan sangat membantu anak dalam mengakses pembelajaran daring dan memperoleh berbagai informasi tentang ilmu pengetahuan. Namun di sisi lain dapat merusak perkembangan anak, karena kecanduan game, mengakses pornografi, dan lain sebagainya. 

Hal ketiga sebagai simpulan, dapat dilihat pemahaman anak terhadap materi yang diberikan sangat kurang. Dengan pola pembelajaran daring, guru hanya fokus kepada materi belajar saja. Namun pengawasan terhadap anak tidak bisa dilakukan sepenuhnya. Banyak terjadi ketika guru menerangkan pelajaran melalui aplikasi pertemuan online seperti zoom meeting, siswa tidak sepenuhnya fokus terhadap pelajaran yang diberikan. Bisa saja mereka malah sibuk bermain game, chatting dengan teman, atau menonton video di handphone.

Hal keempat yang sering terjadi adalah para guru tidak sepenuhnya menggunakan aplikasi pertemuan online sebagai sarana belajar. Sering para guru hanya memberikan arahan melalui grup komunikasi kelas. Kemudian siswa diminta membaca materi sendiri, mengerjakan soal, lalu mengirimkan kembali ke guru. Hal seperti ini yang membuat siswa merasa sangat terbebani, karena harus belajar sendiri tanpa ada bimbingan dari guru langsung.

3. Menilik perbandingan efektivitas pertemuan tatap muka dengan daring pasca pandemi Covid-19

Bermain dengan teman di sekolah (unsplash.com/Bayu Syaits)

Siswa tetap membutuhkan komunikasi verbal secara langsung agar dapat menangkap materi pelajaran dengan baik. Berdiskusi dengan guru di sekolah secara langsung dapat lebih dipahami oleh siswa, jika dibandingkan dengan komunikasi melalui media daring. Peran guru menjadi lebih optimal dalam membagi ilmu kepada para siswa. 

Dengan sistem pembelajaran secara tatap muka, siswa dapat bertemu, berkomunikasi, bermain, dan berdiskusi dengan teman sekelasnya secara langsung di kelas. Hal ini akan menambah motivasi tersendiri bagi siswa dalam menempuh pelajaran. Siswa menjadi lebih bersemangat dalam belajar. Jika dibandingkan dengan belajar secara daring, komunikasi anak hanya terbatas melalui handphone.

Dengan sistem pertemuan tatap muka langsung, tugas-tugas dan pekerjaan rumah diselesaikan dengan tepat waktu dan serius, karena harus dibawa dan dikumpulkan ke guru di sekolah. Pada saat pembelajaran daring, banyak siswa yang mencontek tugas temannya, kemudian tinggal foto dan kirim. Budaya malas dan plagiarisme siswa semakin berkembang. Karena tidak ada proses membaca dan belajar mengerjakan sendiri tugasnya.

Dengan sistem tatap muka langsung, peran orang tua khususnya kaum ibu menjadi lebih fokus dengan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Saat pembelajaran daring, orang tua berperan sebagai pengawas dan pendidik anak saat jam belajar. Kemampuan orang tua yang berperan ganda sebagai pendidik di rumah sangatlah terbatas. Walaupun orang tua berprofesi sebagai guru, sangatlah sulit untuk mendidik anak sendiri.

Tahun ajaran baru tentu banyak dinanti oleh para siswa. Setelah sekian lama hanya belajar melalui media daring, ini saatnya untuk kembali belajar di sekolah.

Sumber:

Abidin, Z., Hudaya, A., & Anjani, D. (2020). Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh Pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 1(1), 131. https://doi.org/10.30998/rdje.v1i1.7659

Baca juga: Literasi Gaya Bahasa Indonesia Versi Anak Milenial


Like it? Share with your friends!

Life is Beautiful

0 Comments

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *