Pendidikan

Cara Efektif Menghapal Pelajaran Dengan Teknik Mind Map, Sudah Digunakan Untuk Menghapal Al-Qur’an

Mengapa peserta didik mengalami kesulitan dalam menghadapi pelajaran, terutama pelajaran yang menuntut hapalan seperti geografi, sejarah, ataupun biologi?

Para pendidik sering menjumpai momok semacam ini pada anak didiknya saat kegiatan belajar dan pembelajaran. Tentu, hal ini mengundang kendala mereka untuk mentransfer pengetahuan sepenuhnya kepada peserta didik. Dan kesulitan semacam ini, sangat perlu segera diatasi.

Salah satu penyebab kesulitan dalam kegiatan belajar dan pembelajaran adalah kebiasaan para pendidik menjejalkan berlembar-lembar catatan dalam waktu relatif singkat. Ibarat orang yang sudah kenyang, terus dipaksa makan. Akibatnya, selezat apapun makanan yang tersaji, rasanya pasti kelezatannya hilang.

Dalam sistem kerja otak, ketika otak mengalami hambatan untuk menggambarkan dan memvisualisasikan apa yang didapatnya dari pengalaman kognitif, maka kemampuan seseorang memperoleh pengetahuan akan terhambat.

Walau, misalnya, ada peserta didik yang terkategori cerdas, namun karena daya ingatnya rendah, belum tentu ia akan mampu mendapatkan gambaran pengetahuan secara baik. Karena pengetahuan yang diperolehnya, walau berulangkali, tetap saja tak mampu terpatri dengan baik di otak.

Cara Kerja Otak

Otak manusia didesain untuk mencari makna. Sel-sel saraf otak akan hebat apabila diberi tantangan dan rangsangan-rangsangan baru. Bahkan, Rager Sperry, ahli biologi peraih Nobel tahun 1981 bidang fisiologi dan kedokteran, berhasil menunjukkan bahwa otak memiliki dua belahan yang masing-masing bekerja secara sangat berbeda.

Menurutnya, otak kiri bersifat rasional. Sedangkan otak kanan lebih emosional. Menurut penelitiannya, otak damat merespons kata-kata kunci, gambar, dan warna, maupun mengasosiasikannya. Tugas merespon ini dilakukan oleh kedua fungsi otak, kiri dan kanan.

Tokoh-tokoh brilian tersohor seperti, Albert Einstein, Leonardo Da Vinci, Pablo Picasso dan Winston Churcill pun ternyata menggunakan gambar-gambar yang menyerupai susunan cara berpikir. Mereka kerap menuangkannya dalam catatan pelajaran, saat mereka bersekolah.

Dari sini, Tony Buzan penemu teknik mind map menilai, para tokoh itu mampu memanfaatkan kedua bagian otaknya saat menyerap informasi.

Bagaimana caranya? Menurut Buzan, orang-orang terkenal itu biasa menggunakan gambar-gambar (fotograph memory). Mereka memanfaatkan gambar dan teks untuk mengungkap sesuatu yang mereka terima. Dan saat itulah kedua belahan otaknya berfungsi sinergis.

Baca Juga:

Apa itu Mind Map?

Mind Map atau peta pikiran, merupakan sebuah jalan pintas yang bisa membantu siapa saja untuk mempersingkat waktu, hingga setengahnya, dalam menyelesaikan tugas. Teknik temuan Buzan ini bisa dilakukan dalam banyak aktivitas. Seperti menyusun daftar belanja, presentasi, rapat, menyiapkan pesta, dan sebagainya. Pun ketika belajar.

Peta pikiran dibentuk oleh kata, warna, garis, dan gambar. Menyusunnya tak sulit, bisa dilakukan anak kecil maupun dewasa. Dan dapat diterapkan untuk keperluan apa saja. Anak empat tahun, tentu sudah bisa membedakan gambar, atau mengasosiasikannya.

Menurut beberapa peserta didik yang menempuh pengalaman belajar di pesantren, menghapal merupakan tingkat pembelajaran paling sulit dalam belajar. Padahal, jika menggunakan mind map, cara menghapal yang baik akan didapati. Dan menghapal akan menjadi mudah.

Mind map merupakan sistem yang membantu kinerja otak dengan memberi rangsangan-rangsangan berupa gambar, warna, dan kata. Mind map tak lain adalah metode mempelajari konsep. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi.

Hasil penelitian menunjukkan, otak manusia tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi. Tapi, dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabang-cabang, yang apabila dilihat sekilas, akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Dari fakta itu dapat disimpulkan, jika cara kita menyimpan informasi baik, maka akan semakin baik pula informasi itu tersimpan. Akhirnya, tentu saja proses belajar menjadi kian mudah.

Membiasakan mata mengenali kata-kata dalam pelajaran hapalan, tak jauh berbeda dengan menangkap gambar maupun warna. Namun, agar fungsi kognitif otak bekerja dengan baik, ada baiknya dibuat pengelompokan-pengelompokan dalam menghapal. Misalnya, memulai hapalan dari kata perkata, frasa demi frasa. Hingga akhirnya, jika sudah terbiasa, otak akan dengan mudah menerima kalimat demi kalimat.

Baca Juga:

Contoh menggunakan teknik mind map

Berikut ini beberapa hal penting dalam membuat mind map atau peta pikiran:

1. Pastikan tema utama terletak di tengah-tengah

Contohnya, apabila kita sedang mempelajari sejarah kemerdekaan Indonesia, maka tema utamanya adalah Sejarah Indonesia.

2. Dari tema utama, akan muncul tema-tema turunan yang masih berkaitan dengan tema utama

Dari tema utama “Sejarah Indonesia”, maka tema-tema turunan dapat terdiri dari: periode, wilayah, bentuk perjuangan, dan lain-lain.

3. Cari hubungan antara setiap tema, dan tandai dengan garis, warna, atau simbol

Dari setiap tema turunan tertama, akan muncul lagi tema turunan kedua, ketiga dan seterusnya. Maka langkah berikutnya adalah mencari hubungan yang ada antara setiap tema turunan.

Gunakan garis, warna, panah, atau cabang, dan bentuk-bentuk simbol lainnya untuk menggambarkan hubungan antara tema-tema turunan tersebut.

Pola-pola hubungan ini akan membantu kita memahami topik yang sedang kita baca. Selain itu, peta pikiran yang telah dimodifikasi dengan simbol dan lambang yang sesuai selera kita, akan jauh lebih bermakna dan menarik, dibanding peta pikiran yang “miskin warna”.

4. Gunakan huruf besar

Huruf besar akan mendorong kita untuk hanya menuliskan poin-poin penting saja di peta pikiran. Selain itu, membaca suatu kalimat dalam gambar, akan jauh lebih mudah apabila dituliskan dalam huruf besar, dibanding huruf kecil. Penggunaan huruf kecil bisa diterapkan pada poin-poin yang sifatnya menjelaskan poin kunci.

5. Buatlah peta pikiran di kertas polos, dan hilangkan proses edit

Ide dari peta pikiran adalah agar kita berpikir kreatif. Karenanya, gunakan kertas polos, dan jangan mudah tergoda untuk memodifikasi peta pikiran pada tahap-tahap awal.

Karena, jika kita terlalu dini melakukan modifikasi, maka fokus kita akan sering berubah, sehingga menghambat penyerapan pemahaman tema yang sedang kita pelajari.

6. Sisakan ruang untuk penambahan tema

Peta pikiran yang bermanfaat, biasanya adalah yang telah dilakukan penambahan tema dan modifikasi berulang kali selama beberapa waktu.

Setelah menggambar Peta Pikiran versi pertama, biasanya kita akan menambahkan informasi, menulis pertanyaan atau menandai poin-poin penting. Karenanya, selalu sisakan ruang di kertas peta pikiran untuk penambahan tema.

Baca Juga: Kesulitan Dalam Belajar? Ini 5 Tips Bagaimana Cara Belajar Yang Baik

Nur Asiah

Teruslah bermimpi untuk dapat bertahan hidup

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button