Opini

Resolusi Jihad Santri Menghidupi Pancasila Religius

Bulan oktober selain melekat dengan adanya peristiwa ‘Sumpah pemuda’ kita juga tidak boleh lupa adanya peristiwa penting yakni ‘Resolusi jihad’ yang bertepatan tanggal 22 Oktober 1945. Diawali seruan K.H Hasyim Asy’ari untuk mengumpulkan santri dan kiai di surabaya yang bertujuan untuk jihad membela tanah air serta mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Dengan adanya fatwa Resolusi jihad oleh K.H Hasyim Asy’ari terlahirlah pertempuran dahsyat antara laskar santri dan rakyat Indonesia melawan penjajah sekutu hingga puncaknya pada tanggal 10 November yang kini diperingati hari Pahlawan.

1.Hikmah Sejarah Resolusi Jihad

Perjuangan tersebut patut untuk di peringati sebagai rasa menghormati jasa-jasa pahlawan dan agar rasa jiwa nasionalisme dan semangat perjuangan tidak luntur di jiwa para santri maupun seluruh rakyat indonesia
Dengan adanya sejarah tersebut bisa disimpulkan bahwa santri mempunyai peran penting dan menjadi salah satu elemen berdirinya sekaligus mempertahankan Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari berbagai ancaman dari segi eksternal maupun internal.

2.Pancasila Religius

Apalagi dengan adanya faham ‘Negara Religius’ yakni negara meyakini Tuhan dan rakyatnya berhak memeluk keyakinan sesuai dengan pilihan pilihan mereka. Kini santri harus bisa berkontribusi besar untuk menjaga serta memajukan negara Indonesia.

Adanya sila pertama Pancasila ‘KETUHANAN YANG MAHA ESA’ serta pidato I.r Soekarno pada 1 Juni 1945 ‘Bukan saja bangsa Indonesia yang bertuhan, tapi masing masing rakyat Indonesia hendaknya bertuhan dan hendaknya Negara Indonesia satu negara yang berTuhan’ ini meyakinkan bahwa negara pancasila sebagai negara religius.

Saya katakan sekali lagi bukan negara agama akan tetapi negara religius dalam artian negara bukan sepenuhnya  milik agama tertentu (agama bukan menjadi kiblatnya negara), akan tetapi Indonesia memiliki sistem pemerintah sendiri yang dibuat oleh pejuang maupun pemuka negara. Hanya saja pada ruang negara religius ini negara menekankan agama serta negara memberikan ruang yang luas untuk agama memberikan kontribusi  yang besar yang menjadi tolak ukur berjalannya negara.

Jadi, bisa diartikan antara negara dan agama menjadi satu kesatuan yang terikat sehingga menciptakan simbiosis mutualisme antara keduanya. Negara melindungi agama serta pemeluknya sedangkan agama menjadi peran penting untuk berjalannya negara.

3. Upaya santri menghidupi Pancasila

Seperti yang diungkap di atas bahwasanya ‘agama menjadi setirnya negara’ sedangkan saja agama mayoritas di Indonesia adalah agama islam  dan islam sendiri subjek utama nya adalah santri. Jadi kalo di gambarkan negara menjadi mobil, agama menjadi setirnya sedangkan santri menjadi pengemudinya. jadi seolah-olah berjalan atau tidaknya negara tergantung santri. Santri juga harus sadar sesadar-sadarnya,  bahwa bangsa ini bangsa yang besar sehingga ancaman-ancaman untuk menghancurkan bangsa ini juga besar.

Dengan begitu, sudah semestinya santri selalu berpikir  dan berjiwa besar strategi yang bagaimana yang mampu untuk memajukan suatu bangsa serta santri harus menyadari realitas posisi kebesaranya untuk selalu bertanggung jawab menghadapi tantangan ke depan.

Sebagai bangsa yang besar sungguh menjijikan apabila bangsa ini terseret, terombang ambing ombak lautan maka dari itu, santri harus menjadi garda depan yang siap menjadi pemecah ombak tersebut dan santri harus bisa lebih extra menggunakan kekuatannya karena dengan posisi bangsa yang besar tentu tantangan tantangan tersebut juga semakin besar.

Apalagi ditambah dengan adanya tema Hari Santri Indonesia 2022 yang dikutip dari situs resmi Kementerian Agama (Kemenag RI) yakni ‘Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan’ tema tersebut menggambarkan bagaimana peran santri menjaga martabat kemanusiaan karena hal tersebut sudah menjadi esensi agama atau tugas utama agama serta bukti pengamalan sila Pancasila ke-2 dan karena dengan menjaga martabat kemanusiaan berarti juga menjaga Negara Indonesia.

Serta dengan tema tersebut mengingatkan kita bahwa untuk mempertahankan persatuan kesatuan negara Indonesia bukan hanya menghadapi sebuah tantangan yang berupa militerisasi yang sebagaimana dilakukan para pejuang di tahun 1900 an akan tetapi di era milenial ini untuk mempertahankan persatuan kesatuan negara Indonesia tidak cukup  hanya sekedar mengumpulkan kekuatan fisik atau militer karena dijaman sekarang ini tantangan bukan hanya di bidang militerisasi akan tetapi tantangan tantangan yang berusaha meruntuhkan bangsa ini semakin meluas seperti halnya di bidang pendidikan, teknologi, pola pikir manusia, ekonomi, politik  atau yang lebih populer dengan bahasa perang digitalisme.

Ini bukan tantangan sepele,  karena dengan digital itu bisa menyerang psikologis serta mental seseorang sehingga orang yang mengendalikan digital tersebut bisa dengan mudah mempengaruhi pola pikir manusia tersebut. Maka tidak biasa di zaman sekarang banyak kejahatan kejahatan yang bersumber dari dunia maya atau sosial media.

Maka dari itu, santri harus bisa  menjadi multitalenta siap sedia ditempatkan dimana saja. Santri bukan hanya mahir di bidang ilmu agama saja akan tetapi santri juga harus bisa menguasai ilmu teknologi dan ilmu pengetahuan sehingga santri mengolaborasi antara ilmu agama dengan teknologi.

Dengan tersebut, santri lebih bisa membuat ruang yang lebih besar untuk ikut serta menghadapi tantangan tantangan yang mengancam persatuan  kesatuan Negara Kesatuan  Republik Indonesia.

Maka dari itu untuk membuktikan hal tersebut cukup menghidupi atau merevilitasi Pancasila dengan nilai-nilai Ketuhanan (ajaran-ajaran agama) sebagai modalitas untuk pengamalan sila ke-2 menjunjung tinggi martabat manusia sehingga dengan hal tersebut,  mampu menciptakan pengamalan sila ke-3 Persatuan, dengan adanya persatuan maka terciptakan sila ke-4 Kemusyawaratan sehingga negara mampu meraih sila ke-5 yakni keadilan yang sebagai final di negara Indonesia. Serta negara mampu meraih cita cita bangsa yang sebagaimana sudah terlampir di “Pembukaan UUD 1945”

Baca Juga: 7 Manfaat Memasukkan Anak di Pondok Pesantren

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button