Beberapa waktu yang lalu muncul tulisan bahwa Kurikulum Merdeka membunuh pramuka, yang menyoroti pramuka dalam koridor Kurikulum Merdeka. Setelah saya renungkan dan rasakan dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka, saya menemukan beberapa hal unik tentang Kurikulum Merdeka yang biasa disingkat kurmer.
Saat melaksanakan kurmer, semua guru harus mengerjakan PMM di platform. Guru berselancar sendiri di dunia maya untuk mengetahui tentang kurmer dan proses pelaksanaannya. Tidak ada sosialisasi secara luring. Semuanya daring. Jadi mau tidak mau, guru harus berselancar di situs PMM dan memahami kurmer lewat teks den video.
Menghadapi pelaksanaan kurmer yang diberlakukan secara nasional, saya merasa ada hal yang salah khususnya terhadap guru. Bahkan seolah guru sebagai orang yang terjajah dalam kurikulum merdeka.
1. Mengikuti program guru penggerak dan pengajar praktik
Pelaksanaan kurikulum merdeka diawali dengan program guru penggerak dan pengajar praktik. Program tersebut sangat baik dan bermanfaat. Bahkan ada konsekuensi bahwa untuk menjadi calon kepala sekolah dan pengawas harus lulus guru penggerak. Menjadi guru penggerak seolah menjadikan individu tersebut lebih baik dan sekolah dianggap bagus. Semakin banyak guru penggerak di sekolah, semakin tinggi akreditasinya.
Bahkan kepala sekolah menggerakkan guru-gurunya untuk ikut program tersebut. Akibatnya, guru tidak fokus pembelajaran pada siswa tapi mengerjakan tugasnya sebagai calon guru penggerak. Seperti yang dialami putri saya. Saat kelas 5, jarang diajar gurunya sebab guru tersebut sibuk zoom meeting mengikuti program guru penggerak. Jadi, program ini baik asal dikerjakan di lain waktu pembelajaran siswa. Jangan jadi guru penggerak jika hak siswa diabaikan.
Baca Juga:
2. Mengerjakan e-kinerja dengan mengunggah dokumen
Pelaksanaan e-kinerja sebenarnya baik dan pantas  dilaksanakan. Namun, dalam prosesnya ternyata ada kewajiban mengunggah dokumen berupa bukti fisik seperti sertifikat pelatihan, sertifikat webinar, laporan tugas dan lain-lain.
Banyaknya nilai ditentukan yaitu minimal 32 jam. Akibatnya, banyak guru yang mengikuti diklat online demi sertifikat. Mengikuti webinar dan mengerjakan pelatihan di platform merdeka mengajar (PMM). Mengikuti webinar dan diklat online hanya demi sertifikat dan bukan pengetahuan. Itu yang terjadi di lapangan.
3. Mengkuti pelatihan PMM
Guru diharuskan membuka Platform Merdeka Mengajar (PMM). Mereka harus mengisi e-kinerja, mengikuti pelatihan dan banyak hal di sana. Saat mengikuti keguatan lewat PMM tersebut, guru memerlukan waktu dan biaya. Mengerjakan PMM saat pagi berarti menghilangkan hak siswa untuk belajar. Mengerjakan setelah pulang sekolah atau malam menghilangkan hak keluarga dan anak. Terus guru harus bagaimana?
Selain itu guru di Indonesia sebanyak itu membuka PMM semua, berarti mereka melihat mengklik platform tersebut. Coba bayangkan jika satu juta guru mengklik PMM di hari itu dan per klik 1 rupiah saja, maka penghasilannya per hari satu juta rupiah. Jumlah yang besar dari pengelola PMM. Hanya bisnis semata kan?
4. Mengikuti webinar di malam hari demi memenuhi e-kinerja
Demi memenuhi 32 jam nilai dalam e-kinerja, guru mengikuti webinar dan diklat online. Artinya tidak ada waktu untuk anak dan keluarga. Kok bisa? Sebab pagi guru mengajar siswa di kelas, siang mengerjakan pelatihan PMM dan malam webinar atau diklat online.
Hal itu tambah parah, jika guru memiliki anak kecil. Bisa jadi anak tidak terurus hanya memenuhi beban e-kinerja. Belum lagi guru harus menyiapkan materi ajar bagi siswa esok hari. Tidak ada waktu luang sedikitpun.
Baca Juga:
5. Perlu menyiapkan administrasi yang banyak sehingga tidak fokus mendidik siswa
Guru sudah terlalu dibebani dengan banyak administrasi. Saking banyaknya, guru tidak bisa fokus mengajar siswanya. Akibatnya guru hanya mengajar asal-asalan. Tidak pernah menyiapkan pembelajaran yang bermakna. Tidak pernah fokus pendidikan anak. Hanya fokus dirinya sendiri.
Demikian, keadaan guru di kurikulum merdeka. Guru tidak merdeka, tetapi justru terjajah. Benar-benar terjajah.
Baca Juga: Kerjaan Menumpuk Gaji Sulit, Pengalaman Menjadi Guru Wiyata Bakti di Sekolah Negeri
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.