9 Jenis Rujak Asli Indonesia, Pedasnya Bikin Nagih!

Bukan hanya dikenal sebagai makanan yang terbuat dari campuran sayur-sayuran, buah-buahan, atau kombinasi dari keduanya saja, tapi rujak ternyata memiliki runut historis yang sudah ada sejak zaman Jawa Kuno dalam sebuah prasasti dari tahun 901 M.
Dalam bahasa Jawa, hidangan dengan siraman bumbu berwarna cokelat yang memiliki cita rasa asam, manis, dan pedas ini bermakna menghancurkan atau memotong-motong halus.
Selain itu, masyarakat Jawa kerap menggunakan rujak untuk berbagai upacara tradisional dengan tujuan yang berbeda-beda.
Adapun rujak yang kepopulerannya sudah merebak hingga ke beberapa negara di Asia Tenggara ini memiliki beragam variasi dengan keunikannya masing-masing sesuai karakter daerah asalnya.
Seperti apa variasi dari jenis rujak tersebut? Simak pembahasannya di bawah ini.
1. Rujak Petis

Salah satu dari sekian banyak jenis rujak di Indonesia ini berhasil menimbulkan kesan rasa yang sangat berwarna seperti manis, asam, pedas dan gurih sehingga lidah seakan begitu sungkan untuk tidak mengecapnya secara berulang kali.
Rujak Petis diketahui berasal dari provinsi yang menjadi titik kunci sebuah kegemilangan era kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa (Medang, Kahuripan, Singasari, dan Majapahit), yaitu Jawa Timur.
Adapun beberapa bahan yang diperlukan untuk membuat rujak yang didominasi oleh campuran buah-buahan dan sayuran segar ini ialah nanas, mentimun, mangga muda, bengkuang, jambu biji, kangkung rebus, taoge, potongan tahu goreng, dan petis yang terbuat dari fermentasi pasta udang.
Kenikmatan akan terasa semakin meresap saat menyantap rujak ini di atas piring dengan lontong dan ditambahkan pugasan (topping) kerupuk.
Baca Juga:
2. Rujak Bebek

Umumnya, hidangan tradisional bercita rasa asam, pedas, dan manis ini dijajakan oleh pedagang yang memanggul dagangannya di pundak pada pinggiran kota Jakarta.
Proses pembuatan rujak ini memerlukan berbagai varian bahan utama seperti kedondong, ubi jalar, bengkuang, dan mangga muda. Lalu, tambahkan dengan siraman saus yang terbuat dari kombinasi cabai, terasi, asam jawa, gula aren, dan garam.
Sebelum ditambahkan saus, biasanya buah harus melalui proses ‘bebeg’ terlebih dahulu, yaitu metode penumbukan yang menggunakan alu dan lumpang kayu.
Rujak bebek biasanya disajikan dalam sebuah lembaran daun pisang yang dibentuk seperti kerucut.
Adapun keberadaan rujak ini bisa dikatakan sebagai bagian penting dari sebuah upacara adat Jawa, yaitu Naloni Mitoni yang menyimbolkan pengharapan agar persalinan seorang ibu dapat berjalan lancar.
3. Rujak Gobet

Berbeda dengan jenis rujak lainnya yang menggabungkan unsur buah dan sayur, rujak gobet ini didominasi oleh buah-buahan yang terdiri dari pepaya muda, mentimun, kedondong, bengkuang, nanas, dan mangga muda yang diolah satu per satu melalui proses pemarutan untuk memunculkan tekstur berair dan lembut.
Kesegaran rasa asam, manis, dan pedas pada rujak yang cocok dinikmati sebagai camilan musim panas ini akan semakin tampak menggiurkan dengan guyuran bumbu yang terbuat dari asam jawa, terasi, gula merah, cabai, dan garam.
Selain itu, rujak yang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur ini biasanya tersaji di dalam mangkuk dan sendok kecil.
4. Rujak Soto

Pada tahun 1970-an di Banyuwangi, Jawa Timur, rujak sayuran ini mulai sering ditemukan di warung-warung sederhana sehingga menjelma sebagai ikon wisata kuliner setempat.
Kesan gurih yang dipadukan rasa asam, manis, dan pedas dari rujak soto berasal dari varian bahannya yang cukup kompleks seperti sayuran rebus (tauge, kangkung, dan kacang panjang) dan digabungkan unsur-unsur yang identik dengan soto (daging sapi, daging ayam, atau babat). Kemudian, tidak lupa untuk menambahkan tahu dan tempe goreng yang disiram kuah soto dan bumbu rujak.
Untuk menemukan sensasi nikmat yang tiada tara, rujak soto bisa dipadukan oleh beberapa pugasan seperti bawang goreng, seledri, dan daun bawang.
5. Rujak U Groh

Dalam bahasa Indonesia, kata ‘u groh’ memiliki makna batok kelapa muda. Tidak salah jika disebut demikian, karena rujak yang berasal dari Aceh ini menggunakan batok kelapa muda yang dikerik hingga tipis dan dicuci sampai bersih.
Rujak u groh memiliki cita rasa asin, manis, pedas, dan segar yang didapatkan dari perasan jeruk nipis.
Adapun siraman bumbu untuk mengombinasikan seluruh elemen pada rujak yang konon ditemukan oleh seorang pekerja lokal karena kelaparan setelah bekerja di ladang ini terdiri dari beberapa campuran sederhana seperti gula aren, asam jawa, dan cabai.
6. Rujak Mi

Unsur perpaduan antara kuliner Tionghoa dan Melayu berhasil menjadi panganan populer untuk berbuka puasa sekaligus sebagai salah satu ciri khas kuliner tradisional di Sumatera Selatan.
Rujak Mi memiliki kombinasi bahan yang tergolong kompleks seperti tahu, tauge, mentimun, bihun, dan mi kuning. Lalu, rasa segarnya didapatkan dari siraman kuah dengan campuran bahan seperti cuka, gula merah, dan beberapa bumbu halus (ebi, bawang putih, cabai merah, dan garam).
Rujak dengan cita rasa manis, pedas, dan gurih ini juga terasa semakin menggiurkan ketika dipadukan dengan pempek.
7. Rujak Cingur

Hidangan tradisional yang populer di Surabaya dan sekitaran Jawa Timur ini biasanya terbuat dari campuran buah dan sayuran segar seperti mangga muda, nanas, kedondong, bengkuang, tauge, bendoyo (timun krai khas Jawa), kangkung, dan kacang panjang.
Semua bahan itu dipadukan dengan lontong, tahu, dan tempe yang disiram oleh saus dengan bahan-bahan dasar berupa petis, air, gula merah, cabai, kacang tanah goreng, bawang goreng, garam, dan irisan tipis pisang klutuk muda.
Tidak lupa untuk menambahkan sajian kuliner bercita rasa asam, manis, dan pedas ini dengan sebuah ‘cingur’ yang mengacu pada irisan mulut atau lidah sapi setelah semua bahan telah tergiling secara merata menggunakan ulekan.
Konon, rujak cingur telah eksis di Surabaya sejak taun 1930-an yang terpengaruh dari budaya Jawa, Melayu, dan Tionghoa.
8. Rujak Juhi

Sekilas, rujak khas Betawi ini sedikit mirip dengan gado-gado. Hal tersebut karena rujak juhi disiram dengan saus kacang yang dipadukan cabai, cuka, gula, dan bawang.
Selain itu, hidangan yang dapat disajikan dalam kondisi basah atau kering ini terdiri dari beberapa bahan utama seperti kentang, mentimun, mi kuning, beragam sayuran, dan sebuah ikon utamanya berupa juhi (cumi-cumi asin yang telah melalui proses fermentasi).
Kata ‘juhi’ sendiri pada rujak yang cocok disantap selama bulan Ramadhan ini disinyalir berasal dari bahasa Hokkien.
Baca Juga:
9. Rujak Kuah Pindang

Bali juga memiliki varian rujaknya sendiri yang terbuat dari buah-buahan segar (nanas, kedondong, mangga muda, dan jambu air) yang diiris-iris tipis. Lalu, semua bahan tersebut disiram dengan kuah rebusan ikan pindang dan tambahan berbagai rempah.
Sebagai hidangan tradisional Pulau Dewata, rujak yang dapat memberikan sensasi kesegaran di tengah-tengah musim panas ini kerap ditemukan di beberapa warung lokal sederhana.
10. Rujak Kweni

Rujak kweni atau yang populer dengan nama rujak aceh juga menjadi kuliner khas Aceh dengan cita rasa khas. Rujak Kweni Aceh memiliki bumbu yang khas dan kuat dengan perpaduan pedas, manis, asam, dan gurih. Bumbu rujak Aceh kweni terbuat dari campuran cabai rawit, cabe merah, bawang putih, terasi, gula merah, dan air asam jawa.
Bumbu ini memberikan aroma dan cita rasa yang khas pada rujak Aceh Kweni, menjadikannya lebih menggugah selera. Sementara isian rujak aceh sama seperti rujak buah pada umumnya, yaitu berbagai macam buah-buahan lokal, seperti jambu air, nanas, mentimun, bengkoang, pepaya mengkal, kolang-kaling, dan lain sebagainya.
11. Rujak Buah

Ini merupakan jenis rujak yang paling umum di Indonesia. Isinya terdiri dari berbagai macam buah segar dengan bumbu kacang, gula merah, dan cabai.
Itulah beberapa jenis rujak asli dari Indonesia yang bisa ditemukan dengan mudah di daerah asalnya. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: 8 Makanan Khas Pati, Tradisional dan Ikonik dari Bumi Mina Tani


















