6 Julukan Kota Lasem Rembang, Dari Little Tiongkok Hingga Tempat Transit!
Lasem, sebuah kota kecamatan di Kabupaten Rembang yang berbatasan dengan laut di sebelah utara dan pegunungan di selatan. Kota Lasem sudah dikenal sejak dulu kala. Bahkan di zaman Kerajaan Majapahit, Lasem dikenal dikepalai oleh raja vasal yaitu Duhitendu Dewi, dan termasuk anggota inti kerajaan Majapahit.
Sebagai daerah yang menghasilkan ikan, garam, kayu dan pertanian, Lasem pernah menjadi pusat pemerintahan baik sebagai kerajaan maupun sebagai kadipaten. Namun, kini status Lasem hanya sebuah kecamatan di Kabupaten Rembang.
Walau hanya sebagai kota kecamatan, Lasem lebih maju dan memiliki beragam kehidupannya. Luas wilayah 45,04 kilometer persegi, Lasem terbagi dalam 20 desa. Dari 20 desa tersebut, terdapat desa-desa kuno yang memiliki ciri khas dalam bangunan dan adat istiadatnya.
Karena sebagai kota tua pusat peradaban dan telah lama ditinggali manusia, otomatis Lasem memiliki banyak budaya dan julukan. Berdasarkan budaya dan julukannya, kita bisa mengenal Lasem secara lebih mendalam.
Apa saja julukan buat Kota Lasem tersebut? Penulis berhasil merangkum beberapa julukan yang dimiliki kota Lasem. Berikut penjelasannnya.
1. Little Tiongkok (China Kecil)
Lasem dikenal sebagai China Kecil sebab di kota ini banyak ditemukan pemukiman China atau Pecinan. Beberapa wilayah di Lasem memiliki Pecinan yang luas dengan bangunan yang ikonik dan bertahan hingga kini.
Beberapa Pecinan di Lasem yaitu desa Karangturi dengan bangunan Rumah Oma Opa, Rumah Tegel L2 dan Rumah Merah (Omah Abang). Desa Soditan berupa Rumah Candu (Lawang Ombo), Kelenteng Chu An Kiong dan Rumah Kapitan. Desa Gedongmulyo berupa Masjid Tiban. Desa Babagan berupa Klenteng Harmoni atau Klenteng Pecinan.
Keberadaan kampung Pecinan ini tidak lepas dari keadaan Lasem tempo dulu yang berupa pelabuhan ramai dan adanya galangan kapal sehingga Lasem adalah pusat perekonomian. Sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian, Lasem sudah pas jika jadi pusat tujuan orang mencari kehidupan yang lebih baik sehingga banyak suku dan bangsa yang datang dan menetap di Lasem ini.
Baca Juga:
2. Kota Santri
Lasem memang dikenal kota santri. Di wilayah Lasem terdapat pondok pesantren yang jumlahnya banyak sekali. Hal ini dipengaruhi oleh sejarah Lasem sebagai kota pelabuhan dan penyebaran agama Islam yang intens terjadi di Lasem.
Sebagai kota santri, Lasem memiliki sekitar 25 pondok pesantren besar di beberapa desa di sekitar masjid Jami Lasem. Pondok pesantren tersebut menampung banyak santri yang belajar agama islam dan belajar di sekolah umum. Ponpes tersebut kebanyakan di desa Soditan, Sumbergirang, Ngemplak, Karangturi dan Gedongmulyo. Desa Soditan, Ngemplak dan Sumbergirang berada di dekat masjid Jami Lasem sebagai pusat penyebaran Islam di kota santri ini.
3. Kota Batik
Selain dikenal kota santri, Lasem juga dikenal sebagai kota batik. Batik bukan hanya Pekalongan dan beberapa daerah di Indonesia. Lasem juga terdapat sentra batik dengan corak yang berbeda dengan batik daerah lain.
Batik Lasem sudah ada sejak jaman Majapahit dan memiliki ciri khas tersendiri. Beberapa motif batik Lasem adalah latohan (sejenih rumput laut), naga yang melambangkan kekuatan, phoenik yang melambangkan kecantikan, motif bunga yang melambangkan kecantikan dan keindahan, motif kricakan yang melambangkan kerja rodi.
Motif batik Lasem sangat dipengaruhi oleh budaya China dan terjadinya akulturasi budaya menjadikan motif batik mengalami perubahan menuju perpaduan budaya Jawa dan China.
Saat ini, sentra batik Lasem bisa ditemui di desa Karangturi, Babagan, Gedongmulyo dan Tuyuhan. Adapun beberapa pengusaha batik Lasem antara lain Batik Pusaka Beruang, Batik Nyah Kiok, Batik Nyah Sutra, Batik Maranatha, Batik Kidang Mas, Batik Purnomo dan Kampung Batik Babagan.
4. Kota Tua
Sebagai pusat pemerintahan dan kota pelabuhan penting di zaman Majapahit, secara otomatis Lasem termasuk kota tua. Sebagai penunjuk kota tua, di Lasem banyak sekali bangunan-bangunan yang besar dan megah bergaya China dan Eropa. Bangunan di Lasem memiliki arsitektur khas China Fujian, China Hindia, Indische Empire, dan Eropa khususnya Belanda.
Bangunan tua tersebut bisa dilihat di sekitar masjid Jami Lasem dan di sebelah barat masjid khususnya dekat dengan Sungai Bagan. Beberapa bangunan di Pecinan, bangunan pemerintah Belanda yang sekarang jadi kantor Polsek Lasem dan masih banyak lagi. Yang jelas, Lasem memang kota yang sudah ada sejak lama dan masih bertahan hingga kini.
5. Kota Sejarah
Sebagai sebuah kerajaan di zaman Majapahit, Lasem menyimpan banyak sejarah. Bahkan dalam sejarah Majapahit, pernah terjadi pemberontakan oleh anggota Bhayangkari yaitu Ra Semi di Lasem.
Menurut naskah Veda Badra Santi dan Kitab Carita Lasem, ada beberala penguasa Lasem dan dimulai saat Bhre Lasem berkuasa yaitu Duhitendu Dewi bersama suaminya Bhre Mataun, Rajasawardana. Selanjutnya ada Pangeran Badrawardana, Pangeran Wijayabadra, Pangeran Badranala, Pangeran Wirabajra, Pangeran Wiranegara yang beristrikan Nyi Ageng Maloka, putri Sunan Ampel.
Selain penguasa tersebut, Lasem juga penuh sejarah saat terjadi pemberontakan China di Batavia dan akhirnya merambat ke Lasem. Masyarakat China dan Jawa bersatu melawan VOC Belanda. Bahkan saat perang Diponegoro, penguasa dan rakyat Lasem juga turut mendukung perang tersebut. Maka tidak heran jika Lasem dikenal juga sebagai kota sejarah.
Baca Juga:
6. Kota Transit
Sebagai kota pelabuhan dan memiliki galangan kapal, Lasem juga dikenal sebagai kota transit. Persinggahan kapal dan barang sungguh menjadikan Lasem sebagai kota transit.
Apalagi saat ini, kota Lasem di jalur pantura benar-benar menjadi kota transit. Banyak kendaraan besar dari Surabaya di timur Jawa atau Semarang dan Jakarta di barat Jawa berlalu lalang melawati Lasem. Letaknya yang di tengah dalam perjalanan, menjadikan Lasem sebagai tempat transit. Jadi pas jika dikatakan Lasem sebagai kota transit.
Demikian, 6 julukan kota Lasem. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: Berpetualang Menjelajahi Kota Kretek, Berikut 9 Tempat Wisata di Kudus Terkini
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.