17 Tarian dari Jawa Tengah; Gemulai, Anggun dan Penuh Makna

Jawa Tengah, sebuah provinsi yang kaya akan warisan budaya, menyimpan khazanah seni tari yang tak terhingga. Tarian-tarian tradisionalnya bukan hanya sekadar gerak tubuh yang indah, melainkan juga cerminan dari filosofi hidup, sejarah, dan nilai-nilai luhur masyarakat Jawa.
Secara umum, tarian dari Jawa Tengah memiliki ciri khas yang menonjol. Gerakan yang dilakukan cenderung halus, anggun, dan penuh penghayatan. Gerakan tangan (hasta), kaki (sikil), dan ekspresi wajah (ekspresi) menyatu dalam harmoni yang sempurna, menciptakan kesan ketenangan dan keagungan.
Seringkali, tarian-tarian ini diiringi oleh alunan gamelan yang lembut dan syahdu, menambah nuansa magis pada setiap pertunjukan. Berikut beberapa tarian dari Jawa Tengah yang masih banyak dipentaskan pada saat ini.
1. Tarian Bambangan Cakil
Tari Bambangan Cakil merupakan salah satu tari klasik yang ada di Jawa khususnya Jawa Tengah. Tari ini sebenarnya diadopsi dari salah satu adegan yang ada dalam pementasan Wayang kulit yaitu adegan Perang Kembang Tari ini menceritakan perang antara kesatria melawan raksasa. Kesatria adalah tokoh yang bersifat halus dan lemah lembut, sedangkan Raksasa menggambarkan tokoh yang kasar dan beringas.
Di dalam pementasan wayang jawa tengah, adegan perang kembang ini biasanya keluar tengah-tengah atau di Pathet Sanga. Perang antara Kesatria (Bambangan) melawan raksasa ini sangat atraktif, dalam adegan ini juga bisa digunakan sebagai tempat penilaian seorang dalang dalam menggerakkan wayang. Makna yang terkandung dalam tarian ini adalah bahwa segala bentuk kejahatan dan keangkaramurkaan pasti kalah dengan kebaikan.
Baca Juga:
2. Tari Ebeg
Ebeg merupakan bentuk kesenian tari daerah Banyumas yang menggunakan boneka kuda yang terbuat dari anyaman bambu. Tarian Ebeg di daerah Banyumas menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda.
Gerak tari yang menggambarkan kegagahan diperagakan oleh pemain Ebeg. Diperkirakan kesenian Ebeg ini sudah ada sejak zaman purba tepatnya ketika manusia mulai menganut aliran kepercayaan animisme dan dinamisme. Salah satu bukti yang menguatkan Ebeg dalam jajaran kesenian tua adalah adanya bentuk-bentuk in trance (kesurupan) atau wuru.
Bentuk-bentuk seperti ini merupakan ciri dari kesenian yang terlahir pada zaman animisme dan dinamisme. Selain itu Ebeg dianggap sebagai seni budaya yang benar-benar asli dari Jawa Banyumasan mengingat didalamnya sama sekali tidak ada pengaruh dari budaya lain. Berbeda dengan Wayang yang merupakan apresiasi budaya Hindu India dengan berbagai tokoh-tokohnya.
Ebeg sama sekali tidak menceritakan tokoh tertentu dan tidak terpengaruhi agama tertentu, baik Hindu maupun Islam. Bahkan dalam lagu-lagunya justru banyak menceritakan tentang kehidupan masyarakat tradisional, terkadang berisi pantun, wejangan hidup dan menceritakan tentang kesenian Ebeg itu sendiri. Lagu yang dinyanyikan dalam pertunjukan Ebeg hampir keseluruhan menggunakan bahasa Jawa Banyumasan atau biasa disebut Ngapak lengkap dengan logat khasnya.
3. Tari Ronggeng
Ronggeng adalah jenis kesenian tari jawa di mana pasangan saling bertukar ayat-ayat puitis saat mereka menari diiringi musik dari rebab atau biola dan gong. Ronggeng mungkin berasal dari Jawa, tetapi juga dapat ditemukan di Sumatera dan Semenanjung Malaya. Ronggeng mungkin telah ada di Jawa sejak zaman kuno, relief di bagian Karmawibhanga pada abad ke-8 Borobudur menampilkan adegan perjalanan rombongan hiburan dengan musisi dan penari wanita.
Di Jawa, penampilan ronggeng tradisional menampilkan rombongan tari perjalanan yang berjalan dari desa ke desa. Pasukan tari terdiri dari satu atau beberapa penari wanita profesional, disertai oleh sekelompok musisi memainkan alat musik: rebab dan gong. Istilah “ronggeng” juga diterapkan untuk penari wanita.
Selama penampilan ronggeng, para penari profesional perempuan diharapkan untuk mengundang beberapa penonton laki-laki atau klien untuk menari dengan mereka sebagai pasangan dengan memberi uang tips untuk penari wanita, diberikan selama atau setelah tarian. Pasangan tarian intim dan penari perempuan mungkin melakukan beberapa gerakan yang mungkin dianggap terlalu erotis dalam standar kesopanan etiket keraton Jawa.
Di masa lalu, nuansa erotis dan seksual dari tarian ronggeng memberinya reputasi buruk sebagai Prostitusi yang terselubung seni tari.
4. Tari Emprak
Tari Emprak adalah jenis pengembangan kesenian rakyat Emprak, berupa seni peran yang mengangkat pesan moral, diiringi dengan musik yang biasanya berupa salawatan. Tari ini berasal dari Jepara, Jawa Tengah. Emprak tradisional dimainkan oleh 9-15 orang, semuanya lelaki. Pengiringnya adalah alat musik rebana besar, kecil, dan kentongan, pakaian dan rias wajah seadanya berupa kaos, sarung, dan topi bayi.
Waktu pementasan semalam suntuk di atas lantai dengan gelaran tikar lesehan. Sementara emprak masa kini bisa dimainkan mulai dari 5 orang, beberapa di antaranya wanita, dengan diiringi rebana besar, kecil, kentongan, dan tambahan alat musik modern seperti orgen, gitar, dan suling. Kostum pemain diperbaharui dengan rompi dan sarung, rias wajah yang lebih baik, serta waktu pementasan yang bisa dibatasi lebih pendek dalam 1-2 jam. Pementasan dilakukan di panggung khusus.
Baca Juga:
5. Tari Golek
Tari tradisional lain dari Jawa Tengah adalah tari Golek. Ini adalah satu jenis tarian yang disimpan di keraton dan ditampilkan pada acara budaya tertentu.
Sebuah tarian solo yang menggambarkan seorang gadis muda tumbuh menjadi seorang wanita dewasa. Postur dan teknik dasarnya mengingatkan pada tarian Bedhaya dan Serimpi, tetapi gerakan deskriptif mengungkapkan kecantikan gadis itu sendiri.
Nama Golek terkait dengan Wayang Golek, dan tradisi ini memiliki kesejajaran dalam sejarah Wayang Golek. Tari Golek secara tradisional ditampilkan pada resepsi pernikahan yang meriah.
6. Tari Tayub
Tari Tayub, atau acara Tayuban, merupakan salah satu kesenian Jawa Tengah yang mengandung unsur keindahan dan keserasian gerak. Tarian ini mirip dengan tari Jaipong dari Jawa Barat. Unsur keindahan diiikuti dengan kemampuan penari dalam melakonkan tari yang dibawakan. Tari tayub mirip dengan tari Gambyong yang lebih populer dari Jawa Tengah.
Tarian ini biasa digelar pada acara pernikahan, khitan serta acara kebesaran misalnya hari kemerdekaan Rapublik Indonesia. Perayaan kemenangan dalam pemilihan kepala desa, serta acara bersih desa. Anggota yang ikut dalam kesenian ini terdiri dari sinden, penata gamelan serta penari khususnya wanita.
Penari tayub bisa dilakukan sendiri atau bersama, biasanya penyelenggara acara (pria). Pelaksanaan acara dilaksanakan pada tengah malam antara jam 9.00-03.00 pagi. Penari tarian tayub lebih dikenal dengan inisiasi ledhek.
Tari tayub merupakan tarian pergaulan yang disajikan untuk menjalin hubungan sosial masyarakat. beberapa tokoh agama islam menganggap tari tayub melanggar etika agama , dikarenakan tarian ini sering dibarengi dengan minum minuman keras. Pada saat menarikan tari tayub sang penari wanita yang disebut ledek mengajak penari pria dengan cara mengalungkan selendang yang disebut dengan sampur kepada pria yang diajak menari tersebut.
7. Tari Topeng Ireng
Topeng Ireng adalah satu bentuk tradisi seni pertujukan yang berasimilasi dengan budaya lokal Jawa Tengah. Topeng Ireng yang juga dikenal sebagai kesenian Dayakan ini adalah bentuk tarian rakyat kreasi baru yang merupakan hasil metamorfosis dari kesenian Kubro Siswo. Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, kesenian Topeng Ireng mulai berkembang di tengah masyarakat lereng Merapi Merbabu sejak zamaan penjajahan dan dilanjutkan perkembangannya tahun 1960-an.
Pada saat zaman Pemerintahan Belanda, pemerintah jajahan pada masa lalu melarang masyarakat berlatih silat sehingga warga mengembangkan berbagai gerakan silat itu menjadi tarian rakyat. Tarian itu diiringi dengan musik gamelan dan tembang Jawa yang intinya menyangkut berbagai nasihat tentang kebaikan hidup dan penyebaran agama Islam.
Setelah itu perkembangan Seni Pertunjukan Topeng Ireng berkembang apabila umat Islam membangun masjid atau musala, sebelum mustaka (kubah) dipasang maka mustaka tersebut akan diarak keliling desa. Kirab tersebut akan diikuti seluruh masyarakat disekitar masjid dengan tarian yang diiringi rebana dan syair puji-pujian. Dalam perjalanannya kesenian tersebut berkembang menjadi kesenian Topeng Ireng.
8. Tari Serimpi
Tari serimpi merupakan tari klasik yang berasal dari Jawa Tengah. Tari klasik sendiri mempunyai arti sebuah tarian yang telah mencapai kristalisasi Keindahan yang tinggi dan sudah ada sejak zaman masyarakat feodal serta lahir dan tumbuh di kalangan isatana. Kebudayaan tari yang sudah banyak dipentaskan ini memiliki gerak gemulai yang menggambarkan kesopanan, kehalusan budi, serta kelemah lembutan yang ditunjukkan dari gerakan yang pelan serta anggun dengan diiringi suara musik gamelan.
Tari serimpi Jawa ini dinilai mempunyai kemiripan dengan tari Pakarena dari Makasar, yakni dilihat dari segi kelembutan gerak para penari. Sejak dari zaman kuno, tari Serimpi sudah memiliki kedudukan yang istimewa di keraton-keraton Jawa dan tidak dapat disamakan dengan tari pentas yang lain karena sifatnya yang sakral.
Dulu tari ini hanya boleh dipentaskan oleh orang-orang yang dipilih keraton. Serimpi memiliki tingkat kesakralan yang sama dengan pusaka atau benda-benda yang melambang kekuasaan raja yang berasal dari zaman Jawa Hindu, meskipun sifatnya tidak sesakral tari Bedhaya.
9. Tari Bedhaya Ketawang
Bedhaya Ketawang terdiri dari kata Bedhaya dan Ketawang. Bedhaya artinya penari wanita di Istana.Ketawang berasal dari kata ‘tawang’ yang berarti bintang di langit. Tarian ini sangat kental dengan budaya Jawa dan dianggap sakral.
Tari yang digelar satu tahun sekali ini diperagakan oleh sembilan perempuan dengan tata rias seperti pengantin Jawa. Sembilan pernari tersebut memiliki sebutan masing-masing, yaitu: Batak, Endhel Ajeg, Endhel Weton, Apit Ngarep, Apit Mburi, Apit Meneg, Gulu, Dhada, Dan Boncit.
Nomor sembilan juga dapat direpresentasikan sebagai konstelasi bintang-bintang dari arti Ketawang. Tari Bedhaya Ketawang mencerminkan hubungan yang sangat khusus antara penguasa pertama Mataram, Panembahan Senopati, dengan Dewi Laut Selatan, bernama Ratu Kencanasari atau biasa disebut Kanjeng Ratu Kidul – sebutan di kalangan masayrakat Jawa.
10. Tari gambyong
Tari Gambyong merupakan tari kreasi baru dari perkembangan Tari Tayub. Biasanya tari gambyong dilakukan bersama-sama oleh beberapa penari. Unsur estetis dari tari yang dilakukan bersama-sama terletak pada garis dan gerak yang serba besar. Gerak tangan, kaki dan kepala tampak lebih indah dan ekspresif karena ditarikan bersamaan.
Tarian ini semakin elok apabila penari dapat menyelaraskan gerakan dengan irama kendhang. Sebab, kendhang sering pula disebut otot tarian dan pemandu gendhing. Secara umum, Tari Gambyong terdiri atas tiga bagian, yaitu: awal, isi, dan akhir atau dalam istilah tari Jawa gaya Surakarta disebut dengan istilah maju beksan, beksan, dan mundur beksan.
11. Tari Bondan
Tari Bondan ini berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Tarian ini menceritakan bahwa kasih sayang ibu kepada anaknya melalui menggendong bayi dengan payung terbuka dengan hati-hati dan perhatian.
Tari Bondan ini dilakukan oleh seorang wanita dengan menggendong boneka bayi dengan payung terbuka yang harus hati-hati karena dia menari di atas kendi dan kendi itu tidak boleh sampai pecah.
12. Tari prawiroguno
Tarian ini menggambarkan situasi kondisi peperangan di masa penjajahan. Tari ini menggambarkan seorang prajurit yang sedang berlatih diri dengan perlengkapan senjata berupa pedang untuk menyerang musuh dan juga tameng sebagai alat untuk melindungi diri.
13. Tari Calung
Calung adalah suatu bentuk kesenian rakyat dengan menggunakan bunyi- bunyian semacam gambang yang terbuat dari bambu, lagu-lagu yang dibawakan merupakan gending Jawa khas Banyumas. Juga dapat untuk mengiringi tarian yang diperagakan oleh beberapa penari wanita. Sedangkan untuk Begalan biasanya diselenggarakan oleh keluarga yang baru pertama kalinya mengawinkan anaknya. Yang mengadakan upacara ini adalah dari pihak orang tua mempelai wanita.
14. Tari Dolalak
Pertunjukan ini dilakukan oleh beberapa orang penari yang berpakaian menyerupai pakaian prajurit Belanda atau Perancis tempo dulu dan diiringi dengan alat-alat bunyi-bunyian terdiri dari kentrung, rebana, kendang, kencer, dllnya. Menurut cerita, kesenian ini timbul pada masa berkobarnya perang Aceh di jaman Belanda yang kemudian meluas ke daerah lain.
Baca Juga:
15. Tari Kuda Lumping
Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu atau bahan lainnya yang di anyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda, dengan dihiasi rambut tiruan dari tali plastik atau sejenisnya yang di gelung atau di kepang. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna.
Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia.
16. Tari Beksan Wireng
Ingin mengenalkan anak muda Indonesia dengan kebudayaan Jawa lewat sebuah tarian? Tari Beksan Wireng adalah salah satunya.
Padahal, tarian ini konon sudah ada sejak abad ke-12. Tarian tradisional Jawa Tengahan ini berasal dari keraton Jawa yang dilestarikan di Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran.
Tarian Beksan Wireng dibuat saat Amiluhur menjadi raja. Amiluhur ingin semua orang bisa berjuang mempertahankan kerajaannya, maka terciptalah tarian ini.
Untuk menghormati dan mengabadikannya, banyak penari Jawa Tengah mencoba menampilkan tarian seperti Beksan Wireng ini.
17. Tari Gambir Anom
Gambir Anom adalah tarian tradisional Jawa Tengah yang populer di Surakarta. Tarian Gambir Anom menampilkan Irawan, putra Arjuna yang sedang jatuh cinta. Tokoh yang sedang jatuh cinta mengekspresikan dirinya melalui pakaian, rambut, riasan, dan pakaian yang rapi. Ada gerakan cermin, mondar-mandir, seolah-olah pujaan hatinya berdiri di hadapannya.
Itulah beberapa tarian dari Jawa Tengah yang masih bertahan di era milenial saat ini. Semoga bermanfaat.
Baca Juga: 6 Tarian Dari Jakarta Yang Masih Bertahan, Patut Dilestarikan!
BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.


















