Ulasan Film Perayaan Mati Rasa, Ketika Iqbaal Ramadhan Tidak Dapat Memenuhi Harapan Orang Tua

Beberapa film baru yang tayang di bioskop, salah satunya adalah Perayaan Mati Rasa yang diproduksi oleh Sinemaku Pictures. Film ini sekaligus menjadi film ketiga yang disutradarai oleh aktor Umay Shahab, setelah menggarap Ketika Berhenti di Sini dan Kukira Kau Rumah.
Selain menjadi sutradara dan produser, Umay Shahab juga ikut terjun sebagai pemain di Perayaan Mati Rasa. Iqbaal Ramadhan turut memegang dua peran penting, yaitu memainkan tokoh utama dan menjadi produser eksekutif.
Sinopsis Film Perayaan Mati rasa
Perayaan Mati Rasa menceritakan kisah Ian Antono (diperankan oleh Iqbaal Ramadhan), seorang pemuda berbakat yang berjuang mengejar mimpinya di dunia musik. Namun, tekanan keluarga dan ekspektasi yang tinggi membuatnya merasa terjebak. Ian kerap dibandingkan dengan adiknya, Uta, yang dianggap lebih sukses dan memenuhi harapan orang tua.
Ian berusaha merintis karir sebagai musisi bersama group band Midnight Serenade, sedangkan Uta telah lebih dulu mencapai kesuksesan sebagai podcaster terkenal.
Konflik semakin memanas ketika Ian dan Uta harus menghadapi kehilangan orang tua secara mendadak. Kepergian orang tua yang mereka cintai meninggalkan luka mendalam dan membuat mereka harus belajar untuk hidup tanpa kehadiran sosok yang selama ini menjadi sandaran. Dalam upaya untuk mengatasi kesedihan dan mencari makna hidup, Ian dan Uta menjalani perjalanan emosional yang penuh lika-liku.
Mereka harus berhadapan dengan berbagai masalah, mulai dari konflik internal hingga tekanan eksternal. Melalui proses ini, keduanya perlahan-lahan belajar untuk melepaskan masa lalu, menerima kenyataan, dan menemukan kekuatan di dalam diri sendiri.
Baca Juga:
Ulasan Film Perayaan Mati Rasa
Secara visual, Perayaan Mati Rasa bermain dengan kontras yang tajam. Dunia Midnight Serenade dipenuhi cahaya dan warna-warna hangat, menggambarkan pelarian Ian ke dalam mimpinya. Sebaliknya, rumah keluarga Antono direpresentasikan dengan palet warna yang lebih pudar. Visual ini mempertegas perbedaan antara dua dunia yaitu dunia mimpi dan realita.
Ada beberapa adegan yang terasa terlalu panjang, seolah mengulur emosi tanpa benar-benar memberikan alur penting dan fungsional pada cerita. Namun, dialog dalam film sebagian besar berhasil menggambarkan konflik keluarga yang nyata. Percakapan Ian dan Uta terasa seperti perdebatan sehari-hari antara kakak dan adik yang tidak pernah sepenuhnya akur. Titik balik hubungan keduanya justru terjadi saat kehilangan sang ayah.
Plot film ini menarik walaupun cenderung bermain aman. Kehadiran teknologi AI untuk memalsukan suara sang ayah adalah ide yang segar, dan cukup baik dimanfaatkan sebagai cerita sisipan. Tapi, subplot yang mengangkat konflik Midnight Serenade dengan label musik yang memanfaatkan tragedi keluarga terasa terlalu kaku dan terburu-buru.
Iqbaal Ramadhan memberikan performa terbaiknya sebagai Ian yang membawa beban emosional karakter ini dengan natural, seperti tangisan, kemarahan, dan keputusasaan. Tidak ada momen yang berlebihan; semua disampaikan dengan presisi. Umay Shahab, sebagai Uta, menjadi karakter penyeimbang. Ia menggambarkan adik yang sukses tapi tetap menyimpan kerinduan pada kakaknya. Umay cukup berhasil membagi perannya dalam film, terutama karena ia juga merupakan sutradara dari film ketiganya ini.
Baca Juga:
Film Perayaan Mati Rasa adalah film yang menyentuh emosi penonton lewat perpaduan drama keluarga dan musikalitas yang kuat. Meski beberapa bagian terasa kurang matang, kekuatan emosional film ini tetap sampai pada penonton, terutama lewat akting memukau Iqbaal Ramadhan dan Umay Shahab.
Dengan durasi 2 jam 5 menit, film produksi Sinemaku Pictures ini berhasil menyampaikan pesan bahwa kejujuran dan cinta adalah kunci untuk menyembuhkan luka terdalam. Film Perayaan Mati Rasa sudah tayang di bioskop sejak 29 Januari 2025.
Baca Juga: Sedang Tayang di Bioskop! Berikut Review Film Sebelum 7 Hari