Review Film Never Let Go, Kisah Perjuangan Seorang Ibu Melindungi Anaknya di Tengah Hutan
Film Never Let Go yang dibintangi Halle Berry sudah tayang di bioskop tanah air pada 20 September 2024.
Film bergenre psychological horror dengan balutan thriller ini disutradarai oleh pria asal Prancis bernama Alexandre Aja yang sukses mengarahkan sejumlah film bergenre sama, seperti The Hills Have Eyes (2006) dan Crawl (2019).
Pemain dalam film Never Let Go
Film Never Let Go ini dibintangi oleh aktris Hollywood pemenang Oscar, Halle Berry, sebagai tokoh si ibu.
Selain Halle Berry, film yang skenarionya ditulis oleh KC Coughlin dan Ryan Grassby ini juga dibintangi oleh Anthony B. Jenkins sebagai Samuel, dan Percy Daggs IV sebagai anak kembar dari Halle Berry.
Kemudian juga ada aktris Stephanie Lavigne yang berperan sebagai The Evil. Stephanie pernah membintangi film berjudul Heretic (2024) dan bermain dalam serial televisi populer Turner & Hooch (2021).
Sinopsis Film Never let Go
Film ini bercerita tentang Seorang ibu (diperankan oleh Halle Berry) tinggal bersama dua anak kembarnya, Samuel dan Nolan, di sebuah rumah tua di tengah hutan. Sang ibu atau Momma ini, hampir seumur hidupnya dihantui oleh iblis. Ketakutannya ini kemudian ia tularkan pada anak kembarnya.
Karena ketakutannya itu, sang ibu mengajak anak kembarnya tinggal di tengah hutan. Namun, ketakutannya itu ternyata masih terus menghantui si ibu.
Di tengah hutan yang jauh dari siapa-siapa, keluarga kecil ini hidup dengan ketakutan bahwa ada entitas bernama The Evil yang selalu mengikuti dan mengancam mereka.
Sang Ibu pun selalu mengatakan kepada anak-anaknya, bahwa bila mereka pergi ke luar rumah, dan masuk ke dalam hutan yang sangat jauh, The Evil akan merasuki mereka dengan satu sentuhan.
Saking takutnya, sang Ibu kemudian mengikatkan tali kepada anak kembarnya, agar mereka tidak pergi ke mana-mana dan tidak dirasuki atau diculik oleh The Evil.
Satu-satunya yang menjadi pelindung nyata keluarga kecil ini adalah Cole, anjing peliharaan mereka.
Review Film Never let Go
Alexandre Aja, yang juga menyutradarai Crawl dan Oxygen, kembali memperlihatkan kepiawaiannya membangun ketegangan yang perlahan meningkat dan atmosfer mencekam. Meski ada kemiripan dengan karya-karyanya sebelumnya, Never Let Go lebih banyak menekankan dinamika keluarga dan elemen psikologis, mengingatkan pada pendekatan Aja dalam High Tension.
Berbeda dari karyanya yang lebih ringan dan komedi-horor seperti Piranha 3D, film ini lebih serius dan introspektif, dengan fokus pada ketegangan emosional dan psikologis. Elemen isolasi dan ancaman tak terlihat membawa nuansa dari film seperti A Quiet Place (2018) dan It Comes at Night (2017), yang sama-sama mengandalkan ketegangan yang dibangun dari ketakutan akan apa yang tidak diketahui.
Penggunaan tali untuk menjaga keluarga tetap terikat dengan rumah juga mengingatkan pada unsur cerita rakyat dan dongeng. Semua ini membantu menciptakan suasana yang ambigu dan menakutkan, dengan perpaduan antara horor psikologis dan supranatural yang efektif.
Salah satu kekuatan utama Never Let Go adalah penampilan memukau Halle Berry sebagai ibu yang berjuang melindungi keluarganya dari ancaman tak terlihat. Berry berhasil menghadirkan karakter yang kuat dan rapuh secara bersamaan, dengan emosi yang menyentuh dan ketakutan yang nyata.
Penampilannya memunculkan ambiguitas yang mengundang penonton bertanya-tanya, apakah ancaman itu benar-benar nyata atau hanya ilusi dari pikirannya yang lelah.
Baca Juga:
Selain itu, film ini menyentuh isu-isu seperti kesehatan mental, memperlihatkan bagaimana trauma dapat mengubah cara seseorang memandang dunia. Penonton diajak untuk berpikir tentang bagaimana rasa takut dapat mengendalikan kehidupan seseorang dan bagaimana keluarga dapat menjadi pelindung terkuat dalam menghadapi ancaman tersebut.
Secara keseluruhan, Never Let Go berhasil menggabungkan ketegangan emosional dengan elemen horor supranatural yang ambigu.
Baca Juga: Bikin Tegang, Review Film Korea Rampant: Serangan Zombie dan Pengkhianat Kerajaan