5 Tanda Kedewasaan Pada Seseorang, Apakah Anda Termasuk Salah Satunya?


ilustrasi orang dewasa (pixabay.com/StartupStockPhotos)

Secara harfiah, kedewasaan adalah suatu fase bagi seseorang yang telah meninggalkan masa anak-anak dan remaja. Seorang dewasa dianggap mampu untuk menyelesaikan masalah sosial, melakukan pekerjaan untuk menghasilkan uang, menjalani rumah tangga, dan sebagainya. Namun, umur yang sudah tua ternyata belum tentu memiliki sifat-sifat kedewasaan, lho.

Banyak orang di luar sana yang sudah mencapai usia kepala tiga, yaitu 30 tahun ke atas, yang tidak tampak pada dirinya tanda-tanda kedewasaan. Pun sebaliknya, banyak orang yang usianya masih muda, namun di dalam dirinya jelas terlihat sifat-sifat seseorang yang sudah dewasa. Apakah Anda salah satu dari orang yang sudah memiliki tanda-tanda kedewasaan tersebut?

Di bawah ini, kami telah merangkum dari berbagai sumber, tentang mengenali 5 tanda-tanda sifat kedewasaan yang ada pada diri seseorang. Apa saja itu, langsung saja simak penjelasan di bawah ini sampai tuntas.

1. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi

Tanggung jawab adalah aspek penting yang harus dimiliki seseorang dalam hidup. Tanpa adanya rasa tanggung jawab, seseorang akan berbuat seenaknya tanpa mempedulikan orang lain yang ada di sekitar. Dengan sikap bertanggungjawab, seseorang dinilai pantas untuk mengemban amanah, karena ia akan menerima konsekuensi dari tugasnya, baik positif maupun negatif.

Seseorang yang memiliki tugas sebagai pengantar barang, ia harus bertanggungjawab dengan barang-barang yang ia antarkan. Selain itu, ia juga melaksanakan tanggung jawab sebagai pengantar barang sesuai dengan ikatan kontrak yang dibuat oleh perusahaan. Jika terdapat kelalaian atau kesalahan dari apa yang ia kerjakan, ia harus siap menerima apa pun konsekuensinya.

Kemudian, salah satu dari sifat tanggung jawab adalah berusaha menepati janji. Janji yang sudah disepakati antara kedua belah pihak atau kelompok, mau tidak mau harus ditepati sebisa mungkin. Namun, jika terpaksa tidak mampu menepatinya, hal itu harus dibicarakan baik-baik dan dicarikan solusinya, sebagai ganti karena tidak dapat memenuhi janji. Jika dalam kesepakatan terdapat konsekuensi berupa denda atau semacamnya, wajib untuk diterima.

Selanjutnya, seseorang yang dinilai bisa bertanggungjawab adalah mereka yang mampu mengurus dirinya sendiri dengan baik dan bijak. Tidak selalu menggantungkan nasibnya pada orang lain, tidak menjadi beban, dan tidak menyusahkan bagi orang lain. Jika sudah memiliki keluarga, terutama bagi seorang laki-laki, harus bertanggungjawab terhadap kehidupan keluarganya.

Baca Juga:

2. Mampu mengendalikan emosi dan hawa nafsu

Emosi dan hawa nafsu sering kali menggiring seseorang untuk berbuat zalim dan aniaya terhadap diri sendiri maupun orang lain. Seseorang yang hatinya mudah terpancing oleh hal-hal yang bisa membuatnya marah, tentu sangat sulit untuk mengendalikan emosi. Padahal, emosi yang tak terkendali dapat merusak diri sendiri, bahkan hubungannya dengan orang lain.

Oleh karena itu, penting bagi seseorang belajar untuk mengelola stress. Stress sendiri dapat disebabkan dari faktor biologis, seperti sering tidur larut malam, makan-makanan yang tidak sehat, pergaulan yang tidak semestinya, dan lainnya. Anda dapat mulai mengelola stress dengan menata kebiasaan baik dan membuang kebiasaan-kebiasaan lama yang buruk tersebut.

Seseorang yang mudah terpancing oleh emosi, pikirannya tidak karuan, dan mudah dipengaruhi angan-angan negatif atau prasangka buruk. Oleh karena itu, cobalah untuk berpikir secara rasional, buang jauh-jauh segala was-was dan prasangka terhadap orang lain. Ketahuilah, bahwa sebenarnya tidak ada orang yang ingin tahu tentang diri Anda, karena mereka sibuk dengan dunia masing-masing.

Terakhir, cara untuk mengendalikan emosi dan hawa nafsu adalah meningkatkan rasa empati terhadap perasaan orang lain. Hal yang perlu Anda sadari adalah, bahwa orang lain juga memiliki emosi dan nafsu seperti Anda. Jika orang lain berbuat salah atau melakukan kekeliruan, ada baiknya untuk menanyakan terlebih dahulu, daripada berprasangka buruk dan meluapkan emosi kepada mereka.

3. Memiliki nalar yang kritis

Manusia adalah ciptaan Tuhan yang memiliki nalar, mampu membedakan benar dan salah, serta memiliki nilai-nilai aturan dalam kehidupan. Dengan nalar, seseorang dapat mengetahui hal-hal yang sebelumnya asing, dan mencari tahu sesuatu yang baru. Nilai-nilai aturan atau norma mengendalikan hawa nafsu manusia dengan akalnya yang tak terbatas.

Seseorang yang sudah dianggap dewasa harus memiliki nalar yang kritis agar tidak mudah terpengaruh dengan berita bohong, adu domba, dan sesuatu yang tidak jelas asal-usulnya. Kritis bisa juga diartikan sebagai “teliti” atau “mendalam” terhadap sesuatu hal, artinya seseorang harus mengerti secara mendalam sebelum ia menarik sebuah kesimpulan.

Dengan nalar yang kritis, seseorang akan berpikir dua atau tiga kali untuk mengambil sebuah keputusan dan tindakan. Ia harus melihat ke berbagai sudut pandang, apakah keputusannya akan merugikan orang lain, apakah keputusannya adil, atau apakah ia terburu-buru. Hal ini selanjutnya disebut sebagai kebijaksanaan, yaitu dapat mengambil keputusan dengan bijak.

Orang yang memiliki nalar kritis dan mampu mengendalikan emosinya, tentu akan terbuka dengan segala macam masukan, dan menimbangnya dengan adil. Baginya, sudut pandang orang lain yang beragam itu sangat berharga, karena ia tidak tahu, bisa jadi suatu keputusan itu baik baginya, namun buruk bagi orang lain.

4. Membangun hubungan sosial dengan baik

Manusia adalah makhluk sosial, saling membutuhkan satu sama lain, memiliki kebutuhan yang bergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya. Di zaman modern seperti sekarang ini, manusia membutuhkan orang lain dari segala aspek, mulai dari tempat tinggal, makan, pakaian, dan pendidikan. Dengan kebutuhan yang semakin beragam, sangat tidak mungkin kita bisa hidup sendiri.

Karena itulah, seseorang yang sudah mencapai usia dewasa harus memiliki hubungan yang baik dengan masyarakat sosial. Untuk membangun hubungan sosial yang baik, seseorang harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik pula. Mengerti tempat dan kondisi saat bercanda dan serius.

Hubungan sosial akan melahirkan empati dan tenggang rasa antar sesama manusia, hal tersebut menjadi faktor penting dalam pekerjaan sehari-hari, terutama dalam tim. Seseorang yang dapat dikatakan mencapai kedewasaan pada titik ini mampu menjalin kerjasama yang baik dengan rekan kerjanya. Tidak mementingkan diri sendiri, dan tidak ingin menonjolkan hasil kerjanya.

Seperti yang disebut pada paragraf di atas, hubungan sosial yang baik dapat melahirkan empati. Empati sendiri adalah rasa kepedulian dari diri sendiri terhadap orang-orang atau lingkungan yang ada di sekitarnya. Seseorang yang tidak peduli akan lingkungan dan orang-orang di sekitar, bisa dikatakan memiliki empati yang rendah, bertolak belakang dengan sifat kedewasaan.

Baca Juga:

5. Mempunyai karakter yang kuat

Sebagaimana yang telah diketahui, karakter adalah buah dari pembiasaan sifat yang dilakukan sejak kecil. Seseorang yang memiliki kebiasaan buruk sejak kecil, seperti membuang sampah sembarangan, cenderung memiliki karakter yang abai terhadap lingkungan. Pun sebaliknya dengan seseorang yang memiliki kebiasaan baik sejak kecil, akan memiliki karakter yang baik saat dewasa.

Seseorang dengan karakter yang kuat, tidak akan malu bila ada orang lain yang mengoreksi tentang dirinya saat ada yang salah. Justru, kritik dan saran dari orang lain akan membuatnya semakin semangat untuk berbenah dan memperbaiki diri. Seseorang dengan karakter yang sudah dewasa memiliki tujuan hidup yang jelas, oleh karena itu mereka mempersiapkannya sejak awal.

Seperti saat seseorang berada di bangku sekolah, anak yang memiliki pemikiran yang sudah dewasa akan belajar dengan sungguh-sungguh dan mengabaikan hal-hal negatif di sekitarnya. Sebab, apa yang ia cita-citakan bukan hal yang sepele, seperti masuk perguruan tinggi favorit dan mendapatkan beasiswa, menabung untuk modal berwirausaha, dan hal-hal besar lainnya.

Terakhir, yang perlu diingat dari kelima ciri-ciri di atas adalah bahwa kedewasaan itu sendiri bukanlah tujuan akhir. Kedewasaan merupakan proses yang terus berjalan selama seseorang hidup dan beraktivitas. Kelima tanda di atas hanyalah indikator umum, dan setiap pribadi memiliki kecenderungannya masing-masing dalam menjalani proses kedewasaan mereka.

Baca Juga: Menjadi Dewasa Seharusnya Menyenangkan, Tapi Ternyata Sulit?

BekelSego adalah media yang menyediakan platform untuk menulis, semua karya tulis sepenuhnya tanggung jawab penulis.


Explorer